Saat ini, permainan latto-latto telah menjadi fenomena tren yang sangat digemari di Indonesia. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun juga meramaikan demam lato-lato.
Permainan latto-latto pada umumnya adalah permainan tradisional yang ada di Indonesia. Namun belakangan ini kita mendengar kabar kurang enak karena adanya anak-anak yang terluka akibat terkena latto-latto. Lantas untuk anak-anak, apa untungnya permainan latto-latto?
Dokter Hiperkes di RS Orthopaedi, dr. Rosa Indiarto, menjelaskan bahwa latto-latto sama seperti permainan lainnya yang bermanfaat untuk kecerdasan anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lato-lato bermanfaat untuk kecerdasan anak. Seperti halnya yoyo, gasing, dll," kata dr. Rosa Indiarto kepada detikSumut, Jumat (13/1/2023).
Kehadiran latto-latto menurut dr. Rosa Indiarto adalah alternatif bagi anak-anak yang saat ini cenderung berfokus kepada permainan di gadget.
"Positifnya seperti itu. Latto-latto dapat motorik, fokus, kerjasama, dll,"
Permasalahan Latto-latto
dr. Rosa Indiarto dalam wawancara detikSumut menjelaskan bahwa tak hanya latto-latto yang memiliki permasalahan dalam permainan. Namun dari penjelasan dr. Rosa Indiarto bahwa terdapat tiga masalah dalam permainan latto-latto dan di banyak permainan lainnya.
"Ada empat masalahnya: masalah keselamatan, risiko kesehatan, dan waktu bermain," sambungnya.
dr. Rosa Indiarto juga menambahkan bermain latto-latto dapat membahayaakan apabila tidak hati-hati. Hal itu menurutnya perlu dibuat batasan usia dan siapa saja yang boleh memainkan latto-latto. Selain itu, apabila anak-anak yang bermain latto-latto harus didampingi orang tua.
"Pendampingan orang tua juga perlu untuk anak-anak sebab menjaga dari bahaya kecelakaan seperti bola pecah, putus tangkainya, dll," jelasnya.
Bising yang diakibatkan latto-latto
Latto-latto sebagai permainan yang membenturkan dua bola di udara pastinya menimbulkan kebisingan. Tingkat kebisingan yang ada dalam permainan latto-latto juga beragam. Terkait hal tersebut, dr. Rosa Indiarto mengatakan bahwa lato-lato memiliki risiko kesehatan atas kebisingan dari permainan latto-latto.
"Untuk anak-anak, sebaiknya pendamping seperti orang tau atau kakak. Bisa juga mengalokasi waktu bermain latto-latto secara terbatas," terangnya.
Permainan latto-latto menurut dr. Rosa Indiarto juga harus memperhatikan tempat. dr. Rosa Indiarto menyarankan bermain latto-latto di luar rumah agar tidak membahayakan dan mengganggu ketenangan.
Terkait waktu bermain, latto-latto bisa dimainkan bagi anak-anak dalam waktu tertentu seperti pulang sekolah hingga magrib.
"Kalau sudah lewat magrib tidak boleh. Disipilin kan perlu ditegakkan di rumah," katanya.
dr. Rosa Indiarto berpendapat bahwa kebisingan latto-latto secara ergonomik mengganggu kesehatan jika tidak diatur waktu bermainnya. Kebisingan tersebut pastinya dapat mengganggu kesehatan.
"Mungkin saja jika keras dan berlanjut. Ambang batas bising adalah 85 dB," terangnya.
dr. Rosa Indiarto menjelaskan apabila di tingkat suara di atas 85dB akan berisiko terhadap damaged noise. Parahnya, bisa menurunkan fungsi pendengaran atau bahkan merusak.
dr. Rosa Indiarto berpendapat banyak orang yang memainkan latto-latto dengan putaran yang keras sehingga membuat kedua bola berbenturan keras.
"Mungkin suara itu bisa di atas 85dB," tambahnya.
Namun dr. Rosa Indiarto menjelaskan apabila permainan latto-latto dimainkan di luar dapat menurunkan tingkat kebisingan. Serta permainan latto-latto, saran dr. Rosa Indiarto, dimainkan jangan terlalu keras untuk menghindari risiko pecah dan bisa melukai mata, kulit, dll.
Siasat mengurangi kebisingan dari latto-latto
dr. Rosa Indiarto menjelaskan bahwa sepanjang tidak merasa terganggu meski ada orang bermain latto-latto di sekitar kita tidak menjadi masalah.
"Namun kalau di ruangan beda lagi," jelasnya.
dr. Rosa Indiarto menyarankan jika ada di sekitar kita yang bermain-main latto-latto sehingga tak membuat nyaman maka bisa ditegur.
"Jika terlalu bising, stop saja. Toh semua permainan juga perlu batas waktu, agar tidak menyebabkan kecanduan," katanya.
Namun dr. Rosa Indiarto juga menyarankan dalam menyiasati kebisingan tersebut dengan pelindung pendengaran.
"Bisa digunakan earplug. Khususnya lansia," sambungnya.
Hal tersebut dikarenakan bunyi yang diciptakan bisa merusak pendengaran. dr. Rosa Indiarto membuat analogi atas suara motor atau suara mesin.
"Bunyi 70dB saja sudah bising. Apalagi jika terlalu lama didengar," tutupnya.
(afb/afb)