Seorang warga Keumala, Pidie, M Affan meninggal dunia setelah diinjak gajah liar di kebunnya. Pemerintah diminta segera menangani konflik gajah di sana agar tidak lagi memakan korban jiwa.
"Konflik gajah dengan manusia ini terkesan dibiarkan sehingga di lapangan masyarakat menghadapi sendiri gajah-gajah liar ini dengan cara-cara membakar mercon," kata Muhammad Nur dari LSM Jaringan Aspirasi Rakyat Aceh (JARA) kepada detikSumut, Senin (31/10/2022).
Muhammad mengatakan, pengusiran gajah menggunakan mercon membuat satwa dilindungi itu semakin ganas karena terusik keberadaannya. Dia menyarankan pemerintah membuat semacam parit di jalur-jalur yang menjalani lintasan gajah.
"Jika pemerintah tidak menunjukkan itikad baik dalam penyelesaian konflik ini sejak tahun 2015, maka sama artinya pemerintah membiarkan pembunuhan manusia terhadap gajah, atau pembunuhan gajah terhadap manusia," jelasnya.
Dia mencatat, sejumlah warga di Pidie menjadi korban amukan gajah dalam beberapa tahun terakhir. Satu di antara korban meninggal dunia yakni M Affan, warga Keumala Dalam.
Muhammad menyebutkan, penyelesaian konflik gajah dengan manusia menjadi tanggungjawab BKSDA. Dia meminta lembaga konservasi tersebut menyerahkan wewenang penanganan ke daerah masing-masing bila tidak sanggup melakukan penyelesaian.
"Karena masyarakat butuh solusi yang konkret dan efektif, karena selama ini ada desas desus di lapangan jika uangnya cair mereka baru turun ke lapangan sehingga konflik gajah manusia ini terkesan proyek semata- mata," ujarnya.
Konflik gajah di Pidie disebut terjadi di Kecamatan Padang Tiji, Mila, Sakti, Keumala, Tiro, Tangse dan Geumpang. Dia berharap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberi perhatian khusus untuk mengatasi permasalahan tersebut.
"Masyarakat di daerah tersebut mengantungkan hidup disektor perkebunan yang selama ini telah dirusak gajah," ujar Muhammad.
Sebelumnya, seorang warga Keumala tewas diinjak gajah di kebunnya, Jumat (28/10). Korban ditemukan di dalam lumpur dengan kondisi mengenaskan.
(agse/astj)