Rekomendasi 5 Film yang Cocok Ditonton Saat Momen Hari Sumpah Pemuda

Rekomendasi 5 Film yang Cocok Ditonton Saat Momen Hari Sumpah Pemuda

Kartika Sari - detikSumut
Kamis, 27 Okt 2022 13:47 WIB
Rekomendasi 5 Film yang Cocok Ditonton Saat Momen Hari Sumpah Pemuda
Film Wage. (Foto: Istimewa)
Medan -

Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Hari Sumpah Pemuda diperingati untuk mengenang momen bersejarah kebangkitan para pemuda Indonesia, pada Kongres Pemuda II pada tahun 1928 silam.

Kongres tersebut melahirkan ikrar para pemuda Indonesia yakni bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa yang satu yakni Bahasa Indonesia.

Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda. Menonton film juga bisa dijadikan salah satu pilihan menarik untuk menumbuhkan kecintaan kita kepada tanah air, sekaligus memaknai semangat para pemuda demi kesatuan bangsa.
Saat ini, banyak sekali film yang cocok ditonton pada momen Hari Sumpah Pemuda. Film-film produksi tanah air juga banyak yang bertema kebangkitan para pemuda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut 5 rekomendasi film yang cocok ditonton pada momen Hari Sumpah Pemuda 2022:

1. Wage

Film Wage menceritakan kisah masa kecil Wage Rudolf Supratman hingga dirinya menjadi pahlawan dalam sejarah perjuangan RI, tepatnya sebagai pencipta lagu Indonesia Raya.

ADVERTISEMENT

Film diawali dengan kisah Wage saat kecil yang mendapat kekerasan dari sang ayah yang merupakan KNIL atau tentara kerajaan Hindia Belanda. Hingga tiba akhirnya Wage merantau bersama kakak perempuannya.

Wage muda sudah memiliki bakat terhadap musik, bahkan ia sering tampil di kafe-kafe Belanda.

Pemikiran Wage yang ditentang oleh banyak orang membuat para polisi Belanda selalu memperhatikan gerak geriknya. Namun, hal tersebut tak membuat Wage berhenti untuk dapat berjuang menggunakan biolanya.

Film ini dirilis tepat pada tanggal 28 Oktober 2017. Sosok Wage diperankan oleh Rendra Bagus Pamungkas, Teuku Rifnu Wikana sebagai Fritz, Putri Ayudya sebagai Roekiyem, Wouter Frezzer sebagai Van Eldick.

Rudy Habibie

Rekomenasi film sumpah pemuda. Film Rudy Habibi. (Foto: Istimewa)
Rudy Habibie merupakan lanjutan dari film Habibie&Ainun. Film ini tayang pada 30 Juni 2016.

Film ini mengisahkan BJ Habibie muda yang akrab dipanggil Rudy (Reza Rahadian) sebelum mengenal Ainun, sang istri. Saat itu, Rudy sedang berkuliah di Universitas RWTH, Aachen dan bertemu dengan wanita Polandia Ilona Ianovska (Chelsea Islan).

Rudy sadar bahwa hidup di Jerman Barat tak hanya mengenal konstruksi pesawat terbang namun juga makna persahabatan. Disitu, Rudy bertemu dengan Lim Keng Kie (Ernest Prakasa) pria keturunan Tionghoa, Ayu (Indah Permatasari) gadis ningrat asal Solo, Poltak (Boris Bokir) pemuda berdarah Batak, Peter (Panji Pragiwaksono) senior Rudy.

Dalam film ini, Rudy juga mengalami cinta segitiga lantaran Ayu juga menaruh hati pada dirinya. Namun, Rudy terlalu disibukkan dengan kegiatan organisasi PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia).

Ia menjadi ketua PPI Aachen di tahun 1957 setelah melewati persaingan ketat dengan seniornya, bahkan ditugaskan menggelar Seminar Pembangunan untuk seluruh anggota PPI di Eropa. Rudy yang terlalu fokus pada visinya untuk negara membuatnya sakit-sakitan dan ditinggalkan oleh Ilona.

Rudy pun menghadapi tantangan saat dirinya dipanggil oleh Indonesia yang baru merdeka dan membutuhkan sosok muda jenius, kreatif, serta pantang menyerah seperti dirinya.

Sokola Rimba

Rekomenasi film sumpah pemuda. Film Sokola Rimba. (Foto: Istimewa)
Film Sokola Rimba menceritakan kisah Butet Manurung (Prisia Nasution) yang mengajar Baca Tulis Hitung (Calistung) kepada masyarakat anak suku dalam yang dikenal sebagai orang rimba di Hulu Sungai Makekal.

Suatu hari, Butet terkena Demam Malaria di tengah hutan dan diselamatkan oleh Nyungsang Bungo, seorang anak dari Hilir Sungai Makekal. Perlu waktu 7 jam untuk Bungo mencapai hulu sungai.

Diketahui, Bungo sudah sering memperhatikan Butet saat mengajar. Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah di 'cap jempol' oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu.

Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bias membawa malapetaka bagi mereka.

3 Srikandi

Rekomenasi film sumpah pemuda. Film 3 Srikandi. (Foto: Istimewa)
Film 3 Srikandi bercerita mengenai dunia olahraga pada tahun 1988 yang sedang persiapan untuk Olimpiade musim panas di Seoul, Korea Selatan. Saat itu, cabang panahan sangat membutuhkan pelatih untuk dapat melatih tiga panahan wanita dalam waktu yang singkat.

Saat itu yang bisa diandalkan hanya Donald Pandiangan (Reza Rahardian) yang terkenal sebagai Robinhood Indonesia. Namun, Donald ternyata sudah lama menghilang sejak tahun 1980 saat bersiap mengikuti Olimpiade Musim Panas di Moskwa karena alasan politis.

Selain pelatih, tim panahan pun harus dipilih 3 orang atlet wanita terbaik. Mereka adalah Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan) dan Kusuma (Tara Basro).

Pribadi Donald yang keras, militan dan amat disiplin, mesti mampu membentuk Yana, Lilies dan Suma mencapai puncak prestasi mereka. Masa latihan menjadi memacu diri bagi mereka semua. Pergesekan dan perseteruan satu sama lain, kerasnya medan berlatih dan waktu yang makin menipis, menempa mereka.

Susi Susanti: Love All

Rekomenasi film sumpah pemuda. Film Susi Susanti: Love All. (Foto: Istimewa)
Film Susi Susanti: Love All menceritakan kisah perjalanan karir atlet bulu tangkis tunggal putri Indonesia Susi Susanti yang menjadi peraih medali olimpiade pertama Indonesia.

Film ini diawali oleh Susi saat kecil yang berusia 14 tahun yang tinggal di Tasikmalaya saat mengikuti perlombaan dalam sebuah festival. Saat itu, Susi mengikuti lomba balet, walau sebenarnya dia tak begitu meminatinya.

Saat itu, Susi berkeinginan untuk menjadi atlet bulutangkis. Saat akan tampil lomba balet, Susi kemudian melarikan diri begitu mengetahui ada perlombaan bulutangkis.

Awalnya Susi dilarang sang ibu untuk menggeluti dunia bulutangkis. Namun, ketika keluarganya direndahkan oleh lawan bulutangkis Susi, akhirnya dirinya kemudian diizinkan untuk menekuni bidang olahraga ini.

Dengan niat dan kemampuannya, Susi berhasil mengalahkan jawara bulutangkis asal Bandung tersebut dan Susi berkesempatan untuk Tria di PB Jaya Raya Jakarta.

Halaman 2 dari 5
(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads