Sebuah video menunjukkan kesedihan seorang siswa SMA di Bengkulu yang ngaku diusir ketika datang ke sekolah, viral. Dilihat detikSumut Selasa (24/5/2022) di dalam video terlihat seorang siswa memakai seragam SMA menceritakan kondisi yang dialaminya.
"Saya diusir dari sekolah, nama saya Netra, kelas XI IPS reguler. Hari ini saya ingin sekolah seperti biasa. Saat masuk sekolah ketemu dengan guru katanya sudah dikeluarkan dan tidak ada gunanya sekolah, saya bingung dan cemas," kata siswa yang ada di video tersebut.
Siswa itu mengaku baru saja selesai menjalani rehabilitasi akibat kecanduan narkoba. Dia pun berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi dan ingin kembali melanjutkan pendidikannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya baru saja menjalani rehabilitasi di rumah rehab dan sekarang dinyatakan boleh sekolah. Ternyata sekolah SMA Muhammadiyah 4 mengeluarkan saya. Orangtua saya tidak pernah bilang saya dikeluarkan dari sekolah. Orangtua saya juga tak mampu, tolong bantu saya pak, bu, saya ingin sekali sekolah. Saya berjanji akan berubah dan tidak akan melakukan kesalahan lagi," sambung siswa itu dengan nada memelas.
Direktur yayasan Kipas, Merli Yuanda mengatakan N telah selesai menjalani rehabilitasi di tempatnya. Menurut Merli pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak sekolah agar siswa tersebut tidak dikeluarkan. Bahkan mereka telah mengirimkan surat resmi dari Yayasan Kipas No.03/Skr/Kps/Ii/2022 11 Maret 2022 perihal pemberitahuan menjalani rehabilitasi siswa SMA atas nama D dan N.
22 April kemarin, Merli menyebut telah dilakukan pertemuan yang dihadiri wakil kepala sekolah, orangtua murid. Dalam kesempatan itu pihaknya meminta agar si anak dapat tetap bersekolah. Namun, pihak sekolah secara lisan menolak untuk menerima D dan N kembali bersekolah dengan alasan pernah terlibat narkoba dan dikhawatirkan memberi siswa tersebut mengalami gangguan mental.
"Saya ingin menyampaikan bahwa tindakan mengeluarkan siswa dari sekolah itu bukan solusi, dalam penyelamatan generasi bangsa ini, terutama siswa korban narkoba, apalagi jika korban narkoba adalah seorang siswa di bawah umur, secara emosional anak di bawah umur belum memiliki kematangan emosi. Tentu kenakalan remaja pasti terjadi ketika di sekolah, tugas kita lah untuk mendidik dan membimbing. Mengeluarkan siswa karena kenakalan maka itu tindakan yang tidak begitu baik, dan tidak mendukung penyelamatan generasi bangsa ini, justru persoalan semakin bertambah," tegas Merli.
Merli mengatakan pihaknya masih menunggu informasi dari pihak sekolah. Selain itu pihaknya juga berencana membawa kasus ini ke Gubernur Bengkulu dan Wali Kota Bengkulu sembari berkoordinasi dengan dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Sutanpri mengakui pihaknya telah mengeluarkan dua siswa yang terlibat narkoba.
"Apa yang dituduhkan ke kami tidak begitu adanya, karena kedua siswa D dan N telah lama kami kembalikan ke orangtua mereka, karena sudah beberapa kali diberikan kesempatan agar belajar dan tidak membolos," jelasnya.
"Kami mengeluarkan keduanya dari sekolah bukan semata karena kasus narkoba, tapi memang keduanya tidak patuh pada aturan sekolah. Kami tidak sanggup membimbing keduanya oleh sebab itulah kami mengembalikan keduanya ke orangtua mereka," sambungnya.
(astj/astj)