Kota Kisaran merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera Utara (Sumut). Daerah ini menjadi pusat pemerintahan dan ibu kota bagi Kabupaten Asahan.
Merujuk data dari laman website resmi Pemkab Asahan, Selasa (3/5/2022), daerah ini sudah ada dan menjadi salah satu pusat kerajaan Melayu sejak tahun 1612 yang pemerintahannya berbentuk kesultanan mulai tahun 1630.
Namun pemerintahan kesultanan itu berhasil direbut Belanda pada tahun 1865. Tanah Asahan yang subur kemudian dimanfaatkan Belanda untuk membuka lahan perkebunan dan bertanam rempah rempah hingga hasilnya di ekspor ke berbagai negara di Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan tahun Belanda berdaulat di Asahan tentunya banyak bangunan saksi sejarah yang saat ini masih berdiri kokoh di jantung kota Kisaran, Kabupaten Asahan. Salah satunya, menara air PDAM Tirta Silau Piasa.
Hampir satu abad berdiri tegak, menara air tersebut masih terlihat kokoh dan terawat meski saat ini tidak lagi dipergunakan. Pemerintah Kabupaten Asahan, beberapa tahun lalu melakukan pemeliharaan terhadapnya dengan pengecetan agar tetap terlihat cantik.
Boleh jadi, menara air ini satu satunya bangunan tua yang masih tersisa di jantung kota Kisaran saksi peninggalan pemerintahan zaman Belanda.
Baca juga: Dear Pemudik, Jalinsum Labura Macet Lagi |
Berdasarkan data sejarah singkat yang didapat detikSumut dari kantor PDAM Tirta Silau Piasa Asahan, menara air tersebut sudah ada sejak tahun 1928 dan dinamakan Water Leading Bedrif. Menara air tersebut, berfungsi sebagai tandon tempat penampungan air dan diperkirakan berkapasitas ratusan ribu liter.
Sementara, sumber air baku yang ditampung di dalam menara tersebut berasal dari Sungai Silau yang instalasi pengolahan airnya diproses tak jauh dari sungai dan berjarak hanya ratusan meter saja dari menara air tersebut.
Saat itu, diperkirakan penggunaan air hasil pengolahan Water Leading Bedrif untuk kalangan elit Belanda, mengingat Kota Kisaran menjadi pusat pemerintahan perkebunan yang dikuasai Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, secara otomatis Belanda meninggalkan 'warisan' menara air tersebut dan diambil alih oleh Pemerintah daerah tingkat II Asahan pada tahun pada tahun 1948 dan diberi nama Perusahaan Air Minum (PAM).
Kemudian pada tahun 2005 hingga sampai saat ini, sesuai dengan peraturan daerah (Perda) nomor 8 tahun 2005 tertangal 19 Desember 2005 berubah lagi namanya menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Silau Piasa Asahan.
Kini, hampir satu abad tegak berdiri menara air PDAM TIrta Silau Piasa Asahan menjadi monumen sejarah peninggalan Belanda yang masih terawat.
PDAM Tirta Silau Piasa juga semakin bertransformasi meningkatkan kualitas mutu air bersihnya untuk disalurkan ke masyarakat dan menjadi sumber penghasilan daerah dan kini telah mengairi lebih dari 25 ribu sambungan ke rumah-rumah warga.
(afb/afb)