Benteng Somba Opu merupakan salah satu ikon wisata sejarah yang populer di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Penamaan Benteng Somba Opu tak terlepas dari sejarah yang panjang.
Bangunan bersejarah ini menjadi salah satu saksi bisu perlawanan Kerajaan Gowa dan masyarakat Makassar dalam mengusir pasukan kolonial Belanda. Selain itu, benteng ini juga difungsikan sebagai pelindung aktivitas perdagangan masyarakat Kerajaan Gowa dan masyarakat Makassar.
Benteng Somba Opu terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Lokasi berdirinya Benteng Somba Opu diapit oleh sungai Balang Baru dan Sungai Je'neberang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Nama Benteng Somba Opu Makassar
Dilansir dari Jurnal Universitas Hasanuddin yang berjudul 'Somba Opu Historical Resort dengan Pendekatan Revitalisasi Kawasan Bersejarah', asal-usul penamaan Benteng Somba Opu berawal dari persekutuan kerajaan kembar Gowa-Tallo. Pada masa itu, Raja Gowa IX, Tumapa'risi' Kallonna Daeng Matanre Karaeng Manguntungi (1510-1546) ingin membuat sebuah kebijakan untuk mengubah orientasi kehidupan kerajaan dari agraria ke dunia maritim.
Kebijakan ini dibuat karena arus perdagangan Melayu ke kawasan kerajaan semakin meningkat. Kemudian pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-10, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565) memandang kebijakan ini kurang menguntungkan bagi kemajuan bandar niaga kerajaan kembar Gowa-Tallo.
Sehingga, ia kemudian merancang sebuah kebijakan baru yaitu memaksa kerajaan-kerajaan pesisir dan kerajaan yang memiliki potensi ekonomi yang besar untuk tunduk dan patuh kepada Raja Gowa X. Kebijakan ini juga memaksa orang-orang serta mengangkut barang-barang dari negeri taklukan, khususnya orang-orang yang mahir dalam dunia perdagangan maritim ke bandar Kerajaan Gowa-Tallo.
Akibat dari kebijakan ini, bandar-bandar niaga yang berada di pesisir jazirah selatan semakin berkurang dan hanya tersisa dua bandar niaga yaitu bandar niaga Tallo dan bandar niaga Somba Opu. Kedua bandar niaga ini secara fisik seolah-olah sudah menyatu dan membentang dari muara Sungai Bira (Sungai Tallo) hingga muara Sungai Jeneberang dan dipenuhi oleh para pedagang dari berbagai bandar niaga yang sebelumnya disebut Makassar.
Itulah yang kemudian mendasari para pedagang menyebut bandar niaga Tallo dan Somba opu dengan sebutan Bandar Makassar. Kerajaan kembar Gowa-Tallo juga kemudian disebut dengan nama Kerajaan Makassar, dimana Raja Gowa diangkat menjadi Raja, sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi atau Kepala Pemerintahan Kerajaan.
Selanjutnya, Bandar Makassar semakin berkembang dan menjadi pusat kegiatan bagi para pelaut dan pedagang, termasuk pelaut dan pedagang dari Portugis, Belanda (VOC), Inggris, Spanyol, Denmark, dan China.
Untuk melindungi kegiatan perdagangan di kota pelabuhan itu, pemerintah Kerajaan Makassar kemudian membangun sejumlah benteng pertahanan salah satunya yaitu Benteng Somba Opu. Lokasi pembangunan benteng ini berada di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel, maka benteng ini diberi nama Benteng Somba Opu.
Sejarah Benteng Somba Opu
Dikutip dari laman Kemdikbud RI, Benteng Somba Opu Makassar adalah benteng kerajaan yang dibangun oleh Sultan Gowa ke-IX, Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Kallonna pada tahun 1525. Namun pembangunan benteng ini tidak selesai dalam satu periode kekuasaan.
Pembangunannya benteng dilanjutkan oleh Raja Gowa ke-XII, Karaeng Tunijallo dan Sultan Alauddin. Benteng ini kemudian disempurnakan dan dijadikan benteng induk, pusat perniagaan tempat berlabuhnya kapal, serta pusat pemerintahan Kerajaan Gowa oleh Sultan Hasanuddin.
Benteng ini menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa pada pertengahan abad ke-16. Setelah Daeng Matanre Karaeng To Mapa'risi Kallonna pada tahun 1510 secara resmi memindahkan pusat kerajaan ke Somba Opu, yang terletak pada delta Sungai Jeneberang, benteng ini menjadi ibu kota pusat Kerajaan Gowa, yang sudah menyatu dengan Kerajaan Tallo.
Dikutip dari dari jurnal Universitas Hasanuddin yang berjudul 'Somba Opu Historical Resort dengan Pendekatan Revitalisasi Kawasan Bersejarah', pada 24 Juni 1669 benteng ini berhasil dikuasai oleh VOC dan kemudian dihancurkan hingga terendam ombak pasang. Di beberapa bagian terdapat patok-patok beton yang memberi tanda bahwa di bawahnya terdapat dinding yang belum tergali.
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin, Belanda menghancurkan benteng ini. Namuan, pada tahun 1980-an benteng ini ditemukan kembali oleh beberapa ilmuwan yang datang ke wilayah itu. Di tahun 1990 benteng ini dipugarkan sehingga terlihat lebih baik.
(urw/hsr)