Melihat Keindahan Kawasan Agrowisata Stroberi di Mamasa yang Asri dan Sejuk

Sulawesi Barat

Melihat Keindahan Kawasan Agrowisata Stroberi di Mamasa yang Asri dan Sejuk

Abdy Febriady - detikSulsel
Sabtu, 11 Mar 2023 20:00 WIB
Kawsan agrowisata stroberi di Desa Rantepuang Mamasa, Sulbar.
Foto: Kawasan agrowisata stroberi di Desa Rantepuang Mamasa, Sulbar. (Abdy Febriady/detikcom)
Mamasa -

Kabupaten Mamasa di Sulawesi Barat (Sulbar) memiliki banyak potensi wisata alam, salah satunya kawasan agrowisata kebun stroberi yang terletak di Desa Rantepuang. Kawasan ini menawarkan panorama asri dan sejuk sehingga mampu menarik perhatian wisatawan.

Selain menawarkan keindahan panorama alam yang memanjakan mata, warga yang berkunjung ke tempat ini juga bisa ikut memanen sembari menikmati buah stroberi segar yang baru saja dipetik. Tidak hanya memetik stroberi, di kawasan wisata ini pengunjung juga bisa mempelajari cara budidaya buah tersebut.

"Yang menarik dari tempat ini, karena kita tidak hanya bisa menikmati buah stroberi segar, namun juga bisa ikut memanen dan belajar membudidayakan tanaman stroberi. Apalagi tempat ini juga menawarkan panorama alam yang sungguh indah, seolah membuat kita tidak ingin pulang," kata salah satu pengunjung, Saldy kepada wartawan, Sabtu (11/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kawsan agrowisata stroberi di Desa Rantepuang Mamasa, Sulbar.Foto: Pengunjung bisa ikut memanen buah storberi di kawasan agrowisata stroberi di Desa Rantepuang Mamasa, Sulbar. (Abdy Febriady/detikcom)

Kawasan agrowisata kebun stroberi ini terletak di Desa Rantepuang, Kecamatan Sesenapadang. Jaraknya sekira 500 meter dari jalan poros Polewali-Mamasa dan dapat dijangkau kendaraan baik roda dua maupun roda empat.

Letaknya yang berada pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl) membuat suasana di tempat ini terasa sangat sejuk dengan tiupan angin yang berhembus cukup kencang.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya, kawasan agrowisata stroberi ini mulanya hanyalah kebun budidaya biasa. Warga setempat yang mempelopori kebun budidaya stroberi ini adalah seorang pekerja serabutan bernama Andi (46 tahun).

Andi mengaku memulai budidaya stroberi ini sekadar coba-coba. Dia menanam stroberi untuk memaksimalkan keberadaan lahan tidur di kawasan perbukitan sekitar tempat tinggalnya.

"Awalnya iseng-iseng juga tanam ini stroberi," ungkap Andi saat dikonfirmasi.

Dia mengatakan, awalnya hanya menanam 50 bibit pohon stroberi. Setelah delapan bulan berjalan, jumlahnya terus bertambah hingga mencapai 2.000 pohon stroberi yang ditanam pada media polybag.

"Kalau pertama kali itu hanya menanam 50 pohon saja, sekarang sudah ada sekitar 2.000 pohon dan rencananya akan terus ditambah," ungkapnya.

Menurut Andi, awalnya tidak ada warga yang tertarik mengikuti usaha budidaya buah stroberi yang ditekuninya. Setelah dua bulan berjalan dan mulai memberikan hasil, akhirnya banyak warga setempat yang mulai ikut mencoba menanam stroberi.

"Sekarang sudah banyak warga yang ikut menanam bahkan sudah merasakan hasilnya, ada sekira lima puluh orang pada dua dusun," tuturnya

Karena jumlah warga yang tertarik menekuni budidaya stroberi semakin banyak, Andi dan warga lain akhirnya bersepakat untuk menyulap daerah ini menjadi kawasan agrowisata buah stroberi.

Kawsan agrowisata stroberi di Desa Rantepuang Mamasa, Sulbar.Foto: Hasil panen buah stroberi di kawasan agrowisata stroberi di Desa Rantepuang Mamasa, Sulbar. (Abdy Febriady/detikcom)

Warga lalu berupaya menata setiap kebun stroberi yang mereka kelola agar terlihat indah sehingga menarik perhatian pengunjung. Sejumlah fasilitas pendukung seperti gazebo dan spot foto mulai dibuat agar pengunjung betah menghabiskan waktu di tempat ini.

Menurut Andi, dari hasil menjual buah stroberi, rata-rata setiap pengelola kebun budidaya stroberi di kawasan tersebut bisa mendapat penghasilan tambahan sedikitnya 100 ribu rupiah per hari. Itu belum termasuk pemasukan yang diperoleh dan penjualan bibit dan tiket masuk pengunjung.

"Omsetnya sekitar 100 ribuan per hari, belum termasuk untuk biaya setiap pengunjung, dan menjual bibit seharga 10 ribu rupiah per pohon, dalam sebulan bisa jual 300 pohon. Kalau pemasarannya masih di sekitar sini saja, kota Mamasa," bebernya.

Andi mengatakan, saat ini pemasaran buah stroberi hasil kebun budidaya warga di daerah ini masih terbatas di sekitaran Kota Mamasa.

Dia pun berharap pemerintah setempat memberikan perhatian agar kawasan agrowisata buah stroberi ini semakin berkembang. Apalagi, kini banyak warga setempat yang memiliki pekerjaan tetap dengan mengelola kebun stroberi, termasuk Andi yang dulunya hanya pekerja serabutan.

"Dulu saya serabutan, sekarang sudah ada pekerjaan yang lebih menjanjikan dengan mengelola kawasan agrowisata ini. Kita berharap perhatian pemerintah, agar tempat ini bisa lebih berkembang lagi," tutupnya.

Bagi warga yang ingin merasakan sensasi berbeda untuk mengisi waktu di akhir pekan, kawasan agrowisata stroberi ini bisa menjadi pilihan. Tiket masuk untuk setiap pengunjung hanya Rp 5.000, sementara untuk buah stroberi yang dipetik warga dikenakan biaya tambahan senilai Rp 1.000 untuk setiap buah.




(urw/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads