Lovely December 2022 di Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel) diwarnai dengan pertunjukan Ma'bate kopi alias menyangrai kopi secara tradisional. Warga juga melakukan Ma'bate kopi menggunakan baju adat Toraja.
Pantauan detikSulsel, Kamis (29/12/2022) puluhan masyarakat Tana Toraja mengenakan baju adat Toraja dan melakukan proses sangrai dengan menggunakan Kurin Litak atau belanga dari tanah liat kemudian dibakar menggunakan kayu bakar.
Setelah biji kopi yang dinilai sudah matang, selanjutnya biji kopi dituangkan ke Lissong kecil atau lesung yang terbuat dari kayu. Selanjutnya ditumbuk hingga halus sampai menjadi bubuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini cara mengolah kopi bagi orang Toraja terdahulu. Namanya Ma'bate kopi, kita menggunakan kayu bakar dan belanga dari tanah liat," kata salah seorang warga Yohanes Doki.
![]() |
Yohanes mengungkapkan, pengolahan kopi secara tradisional membuat cita rasa kopi saat dinikmati berbeda. Pasalnya, saat proses Ma'Bate menggunakan Kurin Lintak mengeluarkan aroma yang harum, sehingga membuat aroma biji kopi semakin kuat.
"Pengolahan kopi secara tradisional akan mengeluarkan rasa berbeda saat kita menikmati kopi dibanding menggunakan mesin. Karena belanga tanah liat atau Kurin Lintak ini mengeluarkan aroma yang membuat biji kopi semakin harum," ungkapnya.
Dia menambahkan, bagi masyarakat Toraja kopi menjadi minuman legenda sejak dahulu. Ini dikarenakan kopi dulunya hanya bisa dinikmati orang-orang tertentu seperti raja atau orang yang ditinggikan.
"Bagi orang Toraja dulu kopi adalah minuman para raja atau orang yang memiliki strata tinggi. Makanya pengolahan kopi tidak boleh asal. Baru itu sekarang kopi bisa dinikmati masyarakat luas," ujarnya.
Kopi Toraja memang sudah dikenal memiliki cita rasa yang nikmat. Di Toraja sendiri terdapat 7 kecamatan yang mempunyai kualitas kopi terbaik. Di antaranya Kecamatan Gandasil, Mengkendek, Masanda, Makale Selatan, Kurra, Rembon, dan Kecamatan Bittuang.
Kepala Dinas Pariwasata Tana Toraja Adelheid Sosang mengutarakan, kegiatan Ma'bate kopi dilakukan untuk memperkenalkan cara masyarakat Toraja mengolah kopi secara tradisional. Menurutnya kegiatan ini sekaligus bisa mengundang wisatawan untuk berkunjung ke Tana Toraja.
"Jadi kita kumpulkan 19 kecamatan, untuk menunjukan kebolehannya mengolah kopi secara tradisional. Karena masih banyak masyarakat Toraja belum mengetahui bagaimana orang terdahulu menghidangkan kopi yang nikmat. Ini juga bisa mengundang wisatawan datang berkunjung," ujarnya.
Menurut Adelheid wilayah yang menyuplai kopi Toraja yang paling besar yakni Kecamatan Gandasil yang mempunyai kebun kopi seluas 1.544 hektar. Kopi Toraja juga kata dia, sudah sejak dulu terkenal nikmat bagi pencinta kopi. Ini dibuktikan banyaknya permintaan kopi Toraja dan sudah tembus pasar internasional.
"Kualitas kopi di setiap wilayah di Tana Toraja ini berbeda-beda, semakin tinggi kebun kopi itu semakin kuat cita rasa kopinya. Kalau penyuplai kopi terbesar di Tana Toraja itu Kecamatan Gandasil yang punya kebun kopi seluas 1.544 hektar," ucapnya.
"Kopi Toraja ini sudah tembus pasar internasional. Kita punya aroma khas tersendiri, yang paling banyak kopi Toraja itu jenis Arabika," tandasnya.
(asm/alk)