Mengenal Pohon Kuburan Bayi di Tana Toraja, Jejak Kepercayaan Aluk Todolo

Mengenal Pohon Kuburan Bayi di Tana Toraja, Jejak Kepercayaan Aluk Todolo

Rachmat Ariadi - detikSulsel
Minggu, 21 Agu 2022 11:00 WIB
Pohon Kuburan Bayi di Tana Toraja
Pohon kuburan bayi di Tana Toraja (Foto: Rachmat Ariadi)
Tana Toraja -

Pohon kuburan bayi atau Baby Graves merupakan salah satu destinasi wisata di Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang cukup populer. Tempat wisata ini menyimpan jejak kepercayaan Aluk Todolo yang dianut masyarakat suku Toraja masa dahulu.

Pohon kuburan bayi ini terletak di Kecamatan Makale Utara, Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Tempat wisata ini juga biasa dikenal dengan nama Baby Kambira Grave.

Penjaga pohon kuburan bayi, Mathen Domme mengatakan penguburan bayi di pohon merupakan tradisi masyarakat terdahulu yang menganut kepercayaan leluhur atau Aluk Todolo. Tradisi penguburan bayi pada batang pohon ini disebut Passiliran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pohon yang digunakan dalam tradisi ini juga tidak sembarangan. Melainkan dilakukan pada pohon Tarra, sejenis pohon sukun dengan ukuran yang besar dan telah berusia ratusan tahun.

"Ini pohon Tarra namanya. Pohon yang sudah berumur ratusan tahun. Bagi masyarakat Toraja terdahulu, kalau ada bayi meninggal itu dimakamkan di pohon besar ini," jelas Mathen Domme kepada detikSulsel, Jumat (19/8/2022).

ADVERTISEMENT

Mathen melanjutkan, bagi masyarakat penganut Aluk Todolo dahulu, saat bayi meninggal dunia itu harus dimakamkan di sebuah pohon Tarra. Hal ini sebagai bentuk pengembalian bayi yang meninggal ke rahim ibunya.

Pohon Tarra yang digunakan merupakan simbol seorang ibu. Bayi yang telah meninggal dikuburkan di batang pohon dengan kondisi dan posisi sebagaimana saat berada di dalam rahim.

Bayi dimakamkan dengan posisi duduk serta tanpa busana seperti keadaan di dalam rahim. Kemudian jenazah bayi ditutup dengan ranting-ranting pohon.

"Artinya itu dia dikembalikan ke rahim. Jadi pohon ini sebagai simbol seorang ibu. Di dalam ini posisi bayinya dalam keadaan duduk, ya seperti di dalam rahim, tanpa busana kemudian ditutup menggunakan ranting pohon. Itu yang tanda-tanda segi empat," ungkapnya.

Namun, Mathen mengatakan tradisi ini sudah tidak dilakukan oleh masyarakat suku Toraja saat ini. Menurutnya masyarakat Toraja terakhir kali melakukan tradisi penguburan bayi di pohon sekitar tahun 70-an.

Hal ini seiring masuknya agama di tengah masyarakat suku Toraja. Sehingga kepercayaan leluhur atau Aluk Todolo terkikis.

"Terakhir itu kakak sepupu saya yang dikuburkan di sini, sekitar tahun 70-an lah. Sekarang tidak ada lagi, karena kan sudah ada agama. Jadi kepercayaan Aluk Todolo sudah mulai berkurang," beber Mathen.

Meski tradisi penguburan bayi di pohon sudah tak lagi dilakukan, namun pohon kuburan bayi ini tetap dijaga dan dilestarikan sebagai destinasi wisata. Pohon kuburan bayi ini sebagai bukti dan jejak kepercayaan leluhur yang dulu diyakini masyarakat suku Toraja.




(alk/tau)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads