I.League: Perputaran Ekonomi Super League Capai Rp 10,4 Triliun Per Musim

I.League: Perputaran Ekonomi Super League Capai Rp 10,4 Triliun Per Musim

Muh Saddam Reski S - detikSulsel
Jumat, 05 Des 2025 14:00 WIB
I.League: Perputaran Ekonomi Super League Capai Rp 10,4 Triliun Per Musim
Foto: Corporate Shared Value Manager I.League, Hanif Marjuni saat kegiatan Goes to Campus di Universitas Muhammadiyah Makassar. (Dok. Istimewa)
Makassar -

I.League memaparkan perputaran ekonomi kompetisi Super League 2025/2026 mencapai Rp 10,4 triliun per musim. Angka itu menggambarkan besarnya aktivitas ekonomi yang digerakkan industri sepakbola, mulai dari klub, pemain, hak siar hingga UMKM.

Hal itu disampaikan dalam kegiatan Goes to Campus di Universitas Muhammadiyah Makassar, Jumat (5/12/2025). Kegiatan tersebut menjadi bagian dari roadshow I.League untuk memperkenalkan ekosistem industri sepakbola kepada mahasiswa, sekaligus menunjukkan bahwa besarnya nilai ekonomi liga membuka banyak peluang karier di berbagai bidang, mulai dari media officer, marketing, data analyst hingga medical officer.

Corporate Shared Value Manager I.League, Hanif Marjuni mengatakan besarnya nilai ekonomi itu menunjukkan bahwa industri sepak bola kini menjadi ruang kerja yang semakin profesional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di balik angka Rp 10,4 triliun itu, banyak profesi yang bisa digeluti teman-teman mahasiswa nantinya," ujar Hanif kepada wartawan.

ADVERTISEMENT

Hanif menjelaskan bahwa perputaran ekonomi tersebut dihitung dari berbagai aktivitas yang berkaitan langsung dengan kompetisi. Mulai dari kontrak pemain, operasional klub, hak siar televisi hingga sektor UMKM dan transportasi.

"Segala macam itu dihitung dari riset kami 2 tahun lalu, 10,4 triliun per musim," tegas Hanif.

"Prediksinya, tiap tahun angkanya akan bertambah, musim ini pasti sudah di angka 10 di atas," lanjutnya.

Hanif menyebut kenaikan nilai ekonomi itu dipengaruhi banyak faktor, mulai dari besarnya kontrak pemain di tiap klub hingga meningkatnya nilai sponsor yang mengalir ke kompetisi.

Ia menambahkan, kebutuhan tenaga profesional di industri sepak bola terus berkembang seiring meningkatnya standar kompetisi. Menurut Hanif, berbagai posisi teknis dan pendukung kini menjadi elemen penting dalam operasional klub maupun liga, termasuk peran-peran yang berkaitan dengan teknologi pertandingan.

Di sisi lain, investasi Video Assistant Referee (VAR) di Indonesia kini telah menembus lebih dari Rp 100 miliar. Teknologi itu menciptakan peluang kerja baru, salah satunya replay operator VAR yang menawarkan prospek pendapatan kompetitif bagi lulusan perguruan tinggi yang berminat pada penyiaran dan teknologi.




(ata/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads