PSM Makassar kembali memiliki peluang tampil di ajang Liga Champions Asia usai menjuarai Liga 1 musim 2022/2023. Siapa sangka, Juku Eja memiliki rekor gemilang di kasta tertinggi Asia tersebut.
Dalam catatan sejarah, PSM punya rekor gemilang. Juku Eja sempat melaju hingga perempat final Liga Champions Asia musim 2001. Bersama pelatih lokal Syamsudin Umar, PSM tampil impresif di ajang benua Asia tersebut.
Syamsudin Umar pun bercerita perjalanan timnya bisa menembus perempatfinal Liga Champions Asia 2001. Dirinya tak menampik kesuksesan timnya kala itu tidak lepas dari skuad bertabur bintang di masanya seperti Bima Sakti, Hendro Kartiko, Alibaba, Carlos de Mello, Yusrifar Djafar, hingga Kurniawan Dwi Yulianto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tahun 1999-2000 kita juara (Liga Indonesia), pada waktu itu kan pemainnya semua kita tahu rata-rata pemain bintang semua. Tahun depannya 2001 itu kita masuk final lagi dan kita runner-up lagi kita kalah dari Persija dengan skor 3-2," kata Syamsuddin Umar kepada detikSulsel, Jumat (7/4/2023).
Sebelum pentas di Liga Champions Asia, tim besutan Syamsuddin Umar kala itu sangat berjaya. Terbukti, beberapa trofi bisa diraih mulai dari Yusuf Cup, hingga juara turnamen Ho Chi Minh City Cup di Vietnam.
"Kemudian setelah itu berjalan dan masuk Champions, saya ingat sekali pada waktu itu. PSM memang sangat berjaya karena kita juara Yusuf Cup, kita juara di Ho Chi Minh City Cup kita wakili Indonesia. Kita final dengan Australia dan kita menang," paparnya.
Berkat pencapaian tersebut, Syamsudin Umar percaya diri menatap laga di Liga Champions Asia. Terbukti, putaran pertama leg 1, PSM bisa bermain imbang 0-0 dengan wakil Vietnam SLNA FC.
"Oleh karena itu ada keyakinan saya ketika berjalan kita beberapa kali selalu memberikan yang terbaik. Tetapi ada tantangan pada waktu itu ketika tim Vietnam datang ke Makassar waktu itu PSM itu draw di Makassar 0-0 sehingga kita away ke sana," imbuhnya.
Demi memuluskan langkah PSM di fase selanjutnya, manajer PSM yang kala itu ditempati Nurdin Halid pun memasang target agar tim Ramang paling tidak meraih hasil imbang 1-1. Dirinya pun telah menyiapkan strategi dengan menggunakan dua striker di laga tersebut.
"Saya ingat sekali pak Nurdin Halid mengatakan bahwa Syam kita draw saja 1-1, karena kalau 1-1 berarti kita yang akan lolos. Saya sudah atur strategi, kemudian kita sudah meeting bagaimana mengantisipasi kondisi yang ingin kita capai. Pada waktu itu saya teringat komposisi yang mau saya pasang itu saya hanya mau bikin dua striker yaitu Bento dan Kurniawan," tegasnya.
Akan tetapi, jelang pertandingan Syam kemudian diajak berdiskusi oleh beberapa pemain PSM mulai dari Bima Sakti hingga Kurniawan Dwi Yulianto. Mereka meminta agar Syam merubah formasi dengan menggunakan 3 striker sekaligus. Pasalnya, manajemen kala itu mendatangkan satu pemain asal Kamerun yakni Fouda Ntsama.
"Kebetulan pada waktu itu ada satu pemain pada waktu itu Fouda Ntsama itu kita ambil dan setelah meeting. Paginya mau berangkat ke stadion, tiba-tiba pemain kumpul sama saya, Kurniawan, Bima Sakti apa semua. Dia bilang coach bagaimana ini merubah tim. Saya bilang rubah bagaimana, dia bilang kita pakai 3 striker, saya bilang saya tidak pernah pakai itu pakai 3 striker," ungkapnya.
Melihat keyakinan para pemainnya, Syam kemudian mengikuti keinginan Bima Sakti dkk dengan menempatkan 3 striker sekaligus yakni Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Yulianto dan Fouda Tsama.
"Saya bilang kita sudah meeting kita sudah putuskan bahwa kita pakai 2 striker jadi pada waktu itu cari harmonisasi saya cari bagaimana hubungan saya dengan pemain dan saya yakini dengan hati saya bahwa ini adalah yang terbaik buat saya," paparnya.
Keberaniannya tersebut kemudian mendapat teguran dari manajer Nurdin Halid. Pasalnya, merubah strategi di waktu yang begitu singkat dinilai riskan, apalagi skema tersebut sebelumnya tidak pernah diterapkan pada latihan.
"Begitu di pertandingan itu 10 menit sebelum pertandingan dimulai itu komposisi bisa diganti. Saya ganti di situ sebelum berangkat ke stadion dan kita tahu pak Nurdin Halid semua manajer di dalam mobil itu begitu saya rubah komposisi semua turun dia bilang pelatih keras kepala ini sudah ditentukan seperti ini dia rubah," tuturnya.
"Saya menyadari bahwa ini tidak pernah saya latih, tapi ini keinginan pemain, pemain yang yakin sehingga saya harus support," tambahnya.
Syam mengungkit, karena perubahan tersebut timnya mendapat gempuran dari tim tuan rumah SLNA FC. Organisasi pertahanan, hingga lini tengah tidak berjalan baik.
Namun, pemainnya bisa membuktikan dengan unggul 0-3 di babak pertama, hingga menutup laga dengan kemenangan 1-4.
"Dan ketika pertandingan main ada sekitar 20 menit itu tidak pernah ada organisasi bertahan tidak bagus gelandang tidak bagus, pokoknya kita babak belur. Dan Alhamdulillah saya ingat sekali itu karena ini sejarah di menit ke-24 cetak Bento jadi babak pertama itu kita memang 3-0," imbuhnya.
Di luar dari hasil tersebut, Syam sempat dihampiri para manajer PSM. Bahkan dirinya sempat mendapat jeweran Nurdin Halid.
"Di setengah main semua official datang, pak Nurdin itu tarik telinga saya terus bilang kau apa ini tim. Terus saya bilang bukan saya pak ini keinginan pemain," jelasnya.
Namun berkat keputusannya tersebut, dirinya menyadari jika dalam satu tim paling utama adalah harmonisasi antara pemain, pelatih dan dan suporter.
"Oleh karena itu di tim itu yang paling utama adalah harmonisasi antara tim, suporter, pelatih, dan pemain. Kita kembali dengan skor 4-1 itulah kita lolos sampai ke Champions dan pada akhirnya kita main di Stadion Mattoanging," pungkasnya.
(afs/hsr)