Indonesia yang batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 menuai banyak sorotan. Gelombang protes pun berdatangan, salah satunya dari PSM Makassar.
FIFA resmi mengumumkan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 setelah pertemuan antara ketua umum (Ketum) PSSI Erick Thohir dengan Presiden FIFA Gianni Infantino di Doha Qatar, Rabu (29/3/2023).
Hal tersebut menuai protes dari para pemain PSM Makassar, Dzaky Asraf dan Victor Dethan. Keduanya mengaku kecewa karena batal memperkuat Timnas Indonesia U-20 di Piala Dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami hanyalah seorang anak kecil yang mempunyai mimpi besar. Saya tidak tahu betapa bahagianya orang tua saya ketika melihat anaknya bermain untuk Indonesia di tengah ribuan penonton dan selangkah lagi kita mewujudkan, tapi mimpi hanyalah sekadar mimpi," tulis Dzaky Asraf di akun Instagramnya, Kamis (30/3).
"Terima kasih pak telah menggugurkan mimpi kita semua," sambungnya.
Tidak ketinggalan, Victor Dethan juga mengumbar kekecewaannya. Pemain berusia 18 tahun itu meminta agar rekan setimnya tetap kuat meski Piala Dunia batal digelar di Indonesia.
"Mimpi terkubur, gagal sebelum mencoba. Tetap kuat kawa-kawan," tulis Victor Dethan, Kamis (30/3).
Mimpi Jebolan Akademi PSM Sirna
Direktur Teknik Akademi PSM Febriyanto Wijaya juga turut menanggapi keputusan FIFA yang mencoret Indonesia dari tuan rumah Piala Dunia. Pasalnya mimpi tiga pemain jebolan akademi PSM yakni Dzaky Asraf, Sulthan Zaky, dan Victor Dethan sirna imbas keputusan tersebut.
"Saya kecewa, marah, tidak pernah terbayangkan terjadi hal konyol seperti ini, tanda kutip. Apalagi ada 3 pemain dari akademi ikut persiapan," ujar Febriyanto saat dihubungi detikcom, Kamis (30/3).
Febriyanto mengutarakan, batalnya Indonesia jadi tuan rumah telah memupus asa Garuda Muda bisa tampil di Piala Dunia. Padahal itu menjadi satu-satunya cara saat ini agar Timnas Indonesia bisa berlaga di ajang terbesar di level dunia tersebut.
"Peringkat Indonesia tidak besar di FIFA. Diberikan jalur jadi tuan rumah untuk tampil di Piala Dunia, kemudian batal. Bagaimana kecewanya kita. Padahal ini momen Indonesia bisa tampil di ajang bergengsi," imbuhnya.
Pukulan Telak Indonesia
Mantan kapten tim PSM Makassar Zulkifli Syukur juga menyoroti hal tersebut. Menurutnya, pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah menjadi pukulan telak bagi PSSI dan pemerintah.
"Ini adalah pukulan telak PSSI dan Pemerintah di mana mereka tidak berhasil memberi kenyamanan dan keamanan untuk ajang terbesar sepak bola," katanya kepada detikSulsel, Kamis (30/3).
Kendati demikian, dirinya tidak kaget dengan keputusan seperti ini. Pasalnya, sejak lama ia menilai sepak bola di Tanah Air kerap dicampuradukkan dengan urusan politik.
"Yah inilah Indonesia, kita tidak usah heran karena dari dulu politik selalu dicampuradukkan dengan olahraga bahkan dijadikan kendaraan buat berpolitik,"pungkasnya.
Khawatir Berdampak ke PSM
Gelombang protes juga datang dari suporter PSM. Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia dinilai bakal berdampak pada sepak bola tanah air.
Hal ini membuat suporter PSM cemas tim kebanggaannya bakal ikut terdampak batal main di AFC jika PSSI di sanksi FIFA.
"Kita tahu saat ini walaupun liga belum selesai tetapi runner-up untuk Liga 1 kan sudah ada di tangan kita (PSM Makassar) dengan tiket ke AFC. Sementara kalau kegiatan-kegiatan persepakbolaan kita sudah dibanned oleh FIFA, Indonesia tidak akan mendapat tiket untuk mengikuti ajang Asia (AFC Cup) nantinya," kata Sekretaris Jendral suporter PSM Red Gank Sadakati Sukma kepada detikSulsel, Kamis (30/3).
Sementara itu, Dirigen The Macz Man Andi Muhammad Faisal mengaku, kecewa dengan keputusan FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah. Ia pun berharap, agar tidak ada sanksi berat yang dijatuhkan imbas pembatalan tersebut.
"Sangat merugikan sepakbola Indonesia, saya berharap FIFA tidak akan memberi sanksi Indonesia. Cukup sudah membatalkan saja tuan rumah Piala Dunia, hati kami pencinta sepakbola sudah sakit karena batalnya menjadi tuan rumah," ujar Andi Muhammad Faisal saat dikonfirmasi terpisah.
Diketahui, Piala Dunia U-20 2023 dijadwalkan akan berlangsung 20 Mei hingga 11 Juni 2023 mendatang. Sebanyak enam kota ditunjuk menjadi tempat penyelenggaraan, mulai dari Jakarta, Palembang, Bandung, Solo, Surabaya, dan Bali.
Sebanyak 24 tim memastikan tiket untuk berlaga di Indonesia, salah satunya Israel. Kepastian Israel memperoleh tiket ke Piala Dunia U-20 tahun ini setelah menjadi runner-up Eropa U-20 2022.
Menjelang drawing grup Piala Dunia U-20 yang ditetapkan pada 31 Maret mendatang, gelombang protes menolak Israel berlaga di Indonesia mulai bermunculan. Terutama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali, I Wayan Koster.
Penolakan tersebut muncul karena agresi militer yang dilakukan Israel kepada Palestina yang sudah berlangsung bertahun-tahun hingga sampai pada saat ini.
FIFA merespons penolakan Israel itu dengan membatalkan drawing di Bali. Hingga pada akhirnya memutuskan mencabut status tuan rumah Indonesia untuk Piala Dunia U-20 2023, Rabu (29/3).
(afs/ata)