Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares dibuat geram dengan pemanggilan pemainnya ke timnas Indonesia. Bernardo kesal karena klub yang tidak mengizinkan pemainnya ke timnas dibiarkan begitu saja.
"Oke, Persib dan Persija adalah tim yang kuat, tapi kenapa aturannya berbeda kepada mereka waktu pemain kita pemain PSM dipanggil. Kita memberikan langsung pemain kita," ungkap Bernardo saat postmatch konferensi pers, Kamis (9/2/2023).
Timnas Indonesia memanggil sejumlah pemain untuk mengikuti Training Camp (TC) persiapan Piala Asia U-20 2023. Namun dua tim yakni Persib dan Persija tidak melepas pemainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persija Jakarta tidak mengizinkan Cahya Supriadi, Alfriyanto Nico, Muhammad Ferarri, dan Dony Tri Pamungkas ke timnas Indonesia. Kemudian Persib Bandung juga menahan Kakang Rudianto, Robi Darwis, dan Ferdiansyah.
Sementara PSM, melepas dua pemain yang dipanggil Timnas Indonesia. Kedua pemain tersebut adalah Sulthan Zaky dan Dzaky Asraf.
"Ini seperti yang saya sebutkan tadi mereka bisa memilih menyimpan pemain mereka," ujar Bernardo.
Pelatih asal Portugal itu cukup risau dengan timbang pilih yang diberikan kepada klub, terlebih lawan PSM berikutnya akan menghadapi Persib. Tim Maung Bandung merupakan pesaing terberat PSM dalam perebutan puncak klasemen Liga 1.
Pelatih PSM Kritik Pemanggilan Timnas
Pelatih PSM, Bernardo Tavares mengaku tidak mengerti terkait pemanggilan pemain ke timnas. Di sisi lain saat pemain berada di timnas, perkembangan mereka tidak terpantau oleh pelatih.
"Saya tidak mengerti ini pun pemanggilan bukan di masa pemanggilan FIFA, dan yang paling penting adalah perkembangan pemain itu (semestinya) dipantau langsung klub, mendapatkan kesempatan untuk bermain," paparnya.
Selain itu, Bernardo juga menyoroti tidak adanya komunikasi dari tim teknis timnas. Sehingga pelatih dan klub tidak mengetahui perkembangan pemain selama mengikuti pelatihan di timnas.
"Inilah yang penting di sini. Selama ini saya tidak ada komunikasi sedikit pun dengan tim teknis dari timnas. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka lakukan di sana, apa program mereka di sana," imbuhnya.
Dia memberikan contoh tiga pemainnya yang pernah dipanggil timnas, yakni Ricky Pratama, Rafli Asrul, dan Edgar Amping. Perkembangan mereka tidak diketahui selama di timnas.
"Rafli, Ricky, dan Edgard Amping, kita tidak bisa gunakan di awal-awal musim di beberapa pertandingan. Kita tidak tau apa perkembangan mereka dan mereka tertinggal dengan pemain di klub," keluhnya.
Padahal menurut dia semestinya timnas melakukan komunikasi dengan klub. Sehingga klub tetap bisa memantau perkembangan pemain mereka.
Bernardo menceritakan, ketika menjadi pelatih di Finlandia ada pemain U-19 yang dipanggil timnas. Tim teknis memberikan data perkembangan pemain selama mengikuti sesi pelatihan di timnas.
"Di sana Finlandia, pelatih mereka tim teknis timnas memberikan data, memberikan kita apa pertumbuhan yang dilakukan pemain ini, memberikan data-data sistem GPS yang biasa dipasang di dada mereka, apa program mereka, apa yang mereka makan selama di timnas dan ini bisa kita cek perkembangan ini," jelasnya.
(ata/hsr)