7 Negara Akhirnya Sepakat Tak Gunakan Simbol LGBT di Piala Dunia 2022

Piala Dunia 2022

7 Negara Akhirnya Sepakat Tak Gunakan Simbol LGBT di Piala Dunia 2022

Tim detikSport - detikSulsel
Senin, 21 Nov 2022 19:59 WIB
Englands Harry Kane with UEFA One Love armband during the UEFA Nations League Group C Match at San Siro Stadium, Italy. Picture date: Friday September 23, 2022. (Photo by Nick Potts/PA Images via Getty Images)
Foto: PA Images via Getty Images/Nick Potts - PA Images
Jakarta -

Inggris dan enam negara lainnya akhirnya sepakat tidak menggunakan simbol LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) pada Piala Dunia 2022. Tujuh negara tersebut tidak akan memakai ban kapten pelangi.

Dilansir dari detikSport, FIFA melarang penggunaan berbagai simbol LGBT pada Piala Dunia 2022 termasuk ban kapten pelangi. Hal tersebut sesuai permintaan Qatar selaku tuan rumah.

Awalnya Inggris, Jerman, Belgia, Wales, Denmark, Belanda, dan Swiss memberikan sinyal tetap akan menggunakan ban kapten One Love bercorak pelangi. Merespons hal tersebut, FIFA kemudian mengancam para kapten yang ngotot memakai ban kapten tersebut akan dihukum kartu kuning, bukan cuma denda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar tiga jam sebelum kick off laga Inggris vs Iran, ketujuh negara tersebut mengeluarkan pernyataan bersama. Inggris dkk menerima keputusan FIFA dan tak akan menggunakan ban kapten tersebut.

"FIFA sudah sangat jelas bahwa mereka akan menjatuhkan sanksi olahraga jika kapten-kapten kami mengenakan ban tersebut di area permainan. Sebagai federasi nasional, kami tak bisa menempatkan para pemain kami di posisi di mana mereka bisa menghadapi sanksi, termasuk kartu kuning, jadi kami telah meminta para kapten untuk tak mencoba mengenakan ban tersebut di laga-laga Piala Dunia," ungkap pernyataan tersebut dikutip Sky Sports.

ADVERTISEMENT

"Kami sebelumnya siap untuk membayar denda yang biasanya diterapkan untuk pelanggaran aturan seragam dan punya komitmen kuat untuk mengenakan ban kapten tersebut. Namun, kami tak bisa menempatkan para pemain kami pada situasi di mana mereka mungkin diperingatkan atau bahkan dipaksa meninggalkan area permainan."

"Kami sangat frustrasi dengan keputusan FIFA, yang kami yakini tak pernah terjadi sebelumnya. Kami sebelumnya bersurat ke FIFA pada September, menginformasikan harapan kami untuk mengenakan ban OneLove, untuk mendukung secara aktif inklusi di sepakbola, dan enggak ada tanggapan."

"Para pemain dan pelatih kami kecewa, mereka adalah pendukung kuat inklusi dan akan menunjukkan dukungan dengan cara lain."

Sebagai alternatif kampanye One Love, FIFA memutuskan memajukan kampanye 'No Discrimination'. Sebelumnya kampanye ini akan dimulai per babak perempatfinal, namun kini diterapkan sejak fase grup.




(hsr/ata)

Hide Ads