Polisi menemukan sejumlah petasan saat perang warga kembali pecah di Jalan Kandea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Polisi menduga ada yang memasok petasan sebagai amunisi perang, pasalnya harganya terbilang mahal.
Diketahui, sudah dua kali perang warga di Jalan Kandea, Kelurahan Bunga Eja Beru, Kecamatan Tallo, Makassar hingga pekan kedua September. Perang pertama pada Sabtu (6/9), dan kemarin Minggu (14/9) sekitar pukul 13.00 Wita.
Kapolsek Tallo Kompol Syamsuardi mengatakan dua kelompok warga yang terlibat perang sama yakni dari Layang dan Bunga Eja Beru. Saat polisi datang ke lokasi, kedua kelompok langsung membubarkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah selesai. Sudah aman. Begitu anggota datang langsung bubar. Iya (Layang dan Bunga Eja Beru). Itu-itu saja," ujar Kompol Syamsuardi kepala detikSulsel, Minggu (14/9/2025).
Dia menuturkan penyebab perang dua kelompok warga itu tidak jelas. Dia pun menduga perang warga tersebut disetting oleh pihak tertentu.
"Tidak jelas pemicunya. Saya lihat itu ada yang kondisikan. Kapan-kapan saja dia mau ini, ya, begitu lagi," ungkapnya.
Polisi Temukan 10 Petasan
Syamsuardi mengungkapkan pihaknya menemukan sejumlah petasan di lokasi perang. Dia heran dengan keberadaan petasan tersebut karena bernilai jutaan.
"Tadi malam kita dapat petasan ada 10. Jadi, kalau petasan harganya Rp 150 ribu satu petasan kan Rp 1,5 juta. Itu jadi pertanyaan," bebernya.
Terkait laporan adanya penggunaan busur hingga bom molotov. Syamsuardi menegaskan pihaknya hanya menemukan petasan di lokasi.
"Kalau bom molotov tidak ada. Cuma petasan. Yang saya heran itu petasan dari mana? Kan anak-anak itu biar rokok satu bungkus, satu batang, tidak bisa dibeli. Kok dapat petasan?" tutur Syamsuardi.
![]() |
Dia menambahkan hingga saat ini, pihaknya belum menerima laporan adanya korban luka. Untuk mencegah kejadian berulang, personel ditempatkan di lokasi selama 24 jam.
"Selain mediasi, tempatnya anggota personel di situ. Siang malam anggota di situ," pungkas Syamsuardi.
Warga Berbaur di Warkop
Syamsuardi menyebut ada puluhan orang terlibat dalam perang tersebut. Namun polisi tidak melakukan penangkapan karena massa langsung bubar saat aparat tiba di lokasi.
"Tidak ada diamankan. Begitu datang anggota, langsung bubar," katanya.
Lebih lanjut, Syamsuardi mengatakan saat tidak terjadi perang para warga dari masing-masing kelompok tetap berbaur satu sama lain. Namun, pada momen tertentu mereka kembali bentrok.
"Begitu mereka ketemu di jalan, di pesta, ketemu di warkop, ketemu di tempat kerja, tidak ada apa-apa, baku baik-baik saja. Tapi, begitu ada waktunya, begitu lagi di situ," jelasnya.
Simak Video "Video: Tersangka Aksi Ricuh Gedung DPRD Sulsel-Makassar Jadi 29 Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(hsr/hsr)