Gagasan soal placemaking in campus context itu disampaikan oleh Jamaluddin Jompa dalam kegiatan Indonesia Placemaking Summit 2025 di Kampus Unhas Gowa, Senin (8/9). Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Teknik bersama Walkable Placemaking Indonesia.
"Perguruan tinggi memiliki posisi strategis dalam memimpin gerakan placemaking di Indonesia," ujar Jamaluddin Jompa.
"Sebagai pusat ilmu pengetahuan, kampus mampu melahirkan ide-ide inovatif berbasis riset yang dapat diterapkan dalam perencanaan dan tata kota modern. Inovasi ini penting untuk menjawab tantangan urbanisasi, krisis lingkungan, dan kebutuhan mobilitas masyarakat di masa depan," sambungnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kampus bukan hanya sebagai ruang akademik, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial menghadirkan ruang publik yang inklusif. Menurutnya, ruang terbuka hijau menjadi penting agar dapat dimanfaatkan masyarakat luas.
Dia menilai placemaking di kampus dapat menjadi laboratorium hidup bagi mahasiswa, akademisi, dan praktisi. Dengan begitu, konsep kota ramah lingkungan dan berkelanjutan bisa benar-benar terimplementasi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Indonesia Placemaking Summit 2025 menjadi momentum penting dalam memperkuat jejaring akademik global di bidang desain kota, tata ruang, dan transportasi berkelanjutan. Kegiatan ini melibatkan mitra internasional seperti The University of Melbourne, serta berbagai komunitas, asosiasi, dan pemerintah daerah," terang Jamaluddin Jompa.
Selain itu, mitra penyelenggara lainnya antara lain Australia Awards Indonesia, Place Agency, Kota Kita Foundation, Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN), dan Women on the Move: Transforming Transport in Asia. Kolaborasi juga terjalin dengan sejumlah perguruan tinggi nasional seperti UGM, UB, UNM, Unand, ITS, Unram, Unsrat, serta Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) dengan harapan dapat memperkuat jejaring akademik di bidang desain kota, tata ruang, dan transportasi berkelanjutan.
(hmw/hmw)