Anak jalanan, gelandangan, dan pengemis (anjal-gepeng) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), mulai mengalihkan operasi mereka ke sejumlah daerah seperti Kabupaten Pangkep dan Sidrap. Hal itu terjadi akibat ketatnya pengawasan petugas di Makassar.
Kepala Dinsos Makassar Andi Bukti Djufrie mengungkapkan upaya hijrah para anjal dan gepeng tersebut terungkap setelah pihaknya menerima laporan Dinsos Pangkep. Sedikitnya ada 7 manusia silver asal Makassar yang terjaring razia di Pangkep.
"Kemarin informasinya dari (Dinsos) Pangkep. Satu keluarga, manusia silver, kurang lebih tujuh orang. Informasikan saya dinas sosial sana, informasinya bahwa ini anjal dari Makassar. Makanya dibawa ke sini. Di Makassar kita terima dibawa ke Liponsos," ujar Djufrie kepada detikSulsel, Jumat (8/7/2025)..
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djufrie mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan kabupaten/kota lain untuk penanganan anak jalanan dan gelandangan yang berpindah-pindah wilayah. Dia mengatakan dua orang manusia silver bahkan dikembalikan ke Makassar setelah terjaring razia di Kabupaten Sidrap.
"Tadi pagi lagi ini ada lagi konfirmasi dari Sidrap. Dua orang, manusia silver juga, ditanya, ditangkap, dari mana, dari Makassar. Dikembalikan lagi ke sini sementara dalam perjalanan," ujarnya.
Dia menduga alasan para anjal-gepeng ini keluar dari Makassar karena merasa tidak lagi leluasa beraktivitas di Kota Daeng. Penertiban yang semakin masif membuat mereka memilih ke wilayah lain.
"Jadi mungkin dia sudah merasa, anjal ini sudah tidak ada ruang geraknya di Makassar. Sehingga mereka keluar di luar Kota Makassar untuk melakukan itu," katanya.
Dinsos Makassar Sebar Intel
Djufrie menyebut pihaknya telah menyebar intelijen atau intel untuk mengawasi aktivitas para anjal-gepeng. Intel ini bertugas memantau pada 9 titik keramaian di Kota Makassar.
"Memang kita sebar intel yang ada di Kota Makassar ini untuk melihat kalau misalnya dia di situ ada lagi, ditelepon kita lagi," kata Djufrie.
Menurut Djufrie, pemantauan oleh tim intel itu dilakukan di titik-titik keramaian. Jika terdeteksi ada anjal dan gepeng, maka tim Reaksi Tanggap Cepat (RTC) bersama Satpol PP akan langsung bergerak ke lokasi.
"Kita lakukan penjangkauan di beberapa titik. Kalau ada lagi informasi dari intelijennya kita bahwa ada di sini, ada bergeser lagi teman-teman RTC di-backup oleh Satpol PP yang dikawal dengan teman-teman Dinsos," jelas dia.
Dia juga menuturkan bahwa Dinsos aktif melakukan edukasi kepada warga agar tidak memberikan uang kepada pengemis selama sebulan terakhir. Sosialisasi ini menyasar lokasi yang kerap ada aktivitas anjal dan gepeng.
"Kita dalam satu bulan ini kita memang melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat di sembilan titik rawan. Ada sembilan," ujarnya.
"Titik-titiknya itu tadi ada di BTP, perbatasan, di bandara, persimpangan, kalau kita ke bandara itu banyak sekali itu pengemis di situ. Titik-titik yang keramaian yang sering dianjurkan melakukan aktivitas di situ," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa kebiasaan memberi uang membuat anjal dan gepeng ini berada pada zona nyaman. Sehingga, menurutnya, hal itu justru memicu makin banyaknya pengemis berkeliaran di Kota Makassar.
"Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa kalau bisa membantu kami, paling tidak dia tidak memberi," kata dia.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa Dinsos Makassar juga menjalankan program pembinaan terhadap anak jalanan yang berhasil dijangkau. Mereka akan dibawa ke Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Barombong untuk diberikan pelatihan keterampilan.
"Nah sekarang ini kita sudah punya program ketika ini anak dijangkau, kita masukkan di Barombong, kemudian kita lakukan pelatihan," jelasnya.
Pelatihan ini akan disinergikan dengan Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) serta Dinas Koperasi dan UMKM Makassar, agar peserta bisa memperoleh keterampilan dan modal usaha setelah pelatihan. Bagi Djufrie, hal ini adalah langkah jangka panjang dalam menangani persoalan tersebut, sehingga anjal dan gepeng ini bisa mandiri secara ekonomi.
"Makanya kami ada kerja sama nanti dengan Disnaker dengan dinas UMKM dan koperasi. Disnaker kan bisa melatih anak-anak ini. Kemudian setelah selesai dilatih, mungkin butuh dana, butuh modal, mungkin ada dinas UMKM bisa membantu untuk bantuan modalnya dan bantuan peralatannya," tandasnya.
(hmw/hsr)