Heboh di media sosial seorang pasien gawat darurat ditolak saat berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (RS) Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). RS Unhas memastikan insiden tersebut tidak benar.
Dalam video viral, terlihat mobil ambulans sedang membawa seorang pasien laki-laki. Terlihat seorang perawat menghampiri pasien yang berada di dalam ambulans tersebut.
Belakangan seorang pria yang merekam video terlihat berdebat dengan perawat tersebut. Pria itu protes sebab petugas IGD tidak langsung menangani pasien gawat darurat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video itu, perawat juga sempat melarang pria tersebut merekam video. Dia menjelaskan aturan larangan mengambil gambar di rumah sakit. Namun pria perekam video tetap melanjutkan rekamannya dan terus protes pasien tak kunjung ditangani.
Terkait itu, RS Unhas menyebut insiden tersebut terjadi pada Senin (28/4) sekitar pukul 21.30 Wita. Video viral itu pun dianggap telah menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
"Sehubungan dengan pemberitaan yang beredar di berbagai media mengenai dugaan penolakan pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS Unhas), kami merasa perlu memberikan klarifikasi resmi. Pemberitaan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran dan kesalahpahaman di masyarakat," demikian keterangan RS Unhas dalam siaran persnya, Rabu (30/4/2025).
RS Unhas kemudian menegaskan komitmennya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, profesional, dan berorientasi pada keselamatan serta kenyamanan pasien. Dalam situasi apapun, terutama pada layanan gawat darurat, RS Unhas mengutamakan penanganan yang bersifat life-saving dan keselamatan pasien adalah prioritas utama.
"Manajemen RS Unhas dengan tegas menyatakan bahwa rumah sakit kami tidak pernah menolak pasien gawat darurat. Setiap pasien yang datang dengan kondisi darurat selalu kami terima dan berikan penanganan sesuai dengan prosedur medis yang berlaku. Kami menolak segala tuduhan yang tidak berdasar dan tidak didukung oleh fakta yang valid," terangnya.
RS Unhas turut menjelaskan tetap menerima dan memberikan perawatan kepada pasien sekalipun kapasitas IGD pada saat tertentu sedang penuh. Termasuk melakukan penanganan di luar IGD apabila diperlukan demi keselamatan pasien.
"Tenaga medis dan staf kami bekerja dengan dedikasi tinggi dan profesionalisme untuk memastikan setiap pasien mendapatkan pelayanan yang tepat, cepat, dan aman," beber RS Unhas.
RS Unhas pun menjelaskan kronologi kejadiannya sebagai berikut:
- Sekitar pukul 21.30 Wita, seorang pasien laki-laki berusia 66 tahun tiba di depan IGD RS Unhas menggunakan ambulans.
- Petugas keamanan RS segera memanggil perawat yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan awal terhadap pasien yang masih berada di atas ambulans.
- Selanjutnya perawat yang bertugas (Tn. A), segara melakukan pemeriksaan tanda vital pasien di atas ambulans dan menjelaskan bahwa ruang IGD saat itu penuh dengan delapan pasien, serta terdapat dua pasien lain yang sedang menunggu antrean masuk IGD. Kedua pasien tersebut adalah seorang perempuan berusia 18 tahun dengan keluhan sesak napas dan jantung berdebar, serta seorang laki-laki berusia 50 tahun dengan keluhan nyeri dada dan kondisi lemas.
- Perawat kemudian memanggil Dokter S yang sedang bertugas jaga di IGD untuk segera memeriksa pasien di atas ambulans sambil melaporkan hasil pemeriksaan tanda vital.
- Dokter S segera keluar dan memeriksa pasien, menilai kesadaran pasien yang tampak tidak sadar namun memberikan respons membuka mata saat dipanggil.
- Dokter menanyakan keluhan dan riwayat penyakit pasien kepada keluarga, yang juga menunjukkan berkas resume medis pasien dan rencana kontrol di Poliklinik Penyakit Dalam RS Unhas keesokan harinya. Keluarga menjelaskan bahwa pasien tidak makan dan minum sejak pagi sehingga merasa lemas dan mengalami nyeri pada kedua lutut.
- Pemeriksaan tanda vital menunjukkan tekanan darah, nadi dan pernapasan yang tidak normal. Dokter menyimpulkan pasien membutuhkan penanganan segera.
- Dokter menjelaskan kepada keluarga bahwa IGD sedang penuh dan ada pasien lain yang sedang antre untuk masuk.
- Keluarga pasien tetap menginginkan agar pasien segera ditangani di RS Unhas.
- Pada saat pemeriksaan berlangsung, seorang laki-laki merekam video tanpa izin dan mengganggu proses pemeriksaan.
- Dokter menegaskan larangan merekam tanpa izin di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya selama tindakan medis berlangsung dan menjelaskan kondisi IGD yang penuh serta pasien yang sedang antre.
- Dokter mengajak pria tersebut yang sedang melakukan perekaman untuk melihat kondisi pasien lain yang menunggu, namun pria tersebut menolak dan tetap merekam.
- Dokter kemudian mengabaikan pria tersebut untuk dapat fokus merawat pasien dan menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien dapat ditangani di RS Unhas dengan catatan pasien tetap dirawat di atas brankar ambulans karena semua brankar di IGD sudah terpakai.
- Dokter juga memohon pengertian pasien lain yang sedang menunggu untuk mengutamakan pasien yang kondisinya lebih gawat.
- Dokter memberikan instruksi kepada perawat untuk melakukan prosedur tindakan medis serta mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium, sementara keluarga pasien melakukan pendaftaran administrasi.
- Pasien mulai mendapatkan penanganan medis lebih lanjut, dan keluarga meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi serta mengucapkan terima kasih kepada dokter.
- Setelah pemberian cairan infus, tekanan darah pasien sudah mulai membaik dan pasien mulai sadar dengan tanda vital yang membaik.
- Dokter menjelaskan bahwa beberapa pasien di dalam IGD akan segera dipindahkan ke ruang perawatan sehingga tempat tidur di IGD dapat digunakan untuk pasien yang menunggu.
- Sekitar satu jam kemudian, tempat tidur di IGD tersedia dan pasien yang menunggu, termasuk pasien di atas brankar ambulans, dapat masuk dan mendapatkan penanganan lebih lanjut.
- Sekitar pukul 00.00 Wita, hasil laboratorium telah di dapatkan dan pasien dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam untuk penanganan lanjutan. Pada pukul 02.00 Wita, pasien dipindahkan ke kamar perawatan untuk perawatan lebih lanjut.
Berdasarkan kronologi tersebut, RS Unhas menegaskan tidak pernah menolak pasien gawat darurat. Meskipun kapasitas IGD penuh, pasien tetap diterima untuk penanganan life saving sesuai dengan prosedur medis yang berlaku.
"Kapasitas IGD yang terbatas pada saat kejadian menyebabkan beberapa pasien harus menunggu antrean, namun prioritas utama tetap diberikan kepada pasien dengan kondisi yang paling gawat dan membutuhkan penanganan segera," terangnya.
RS Unhas turut menyinggung perbuatan oknum yang merekam proses pelayanan medis yang dinilai melanggar aturan. RS Unhas mengingatkan pentingnya menghormati prosedur dan privasi selama tindakan medis berlangsung.
"Kami meminta pihak yang merekam dan menyebarkan informasi tidak benar tersebut untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan segera memberikan klarifikasi resmi kepada publik guna meluruskan fakta. Selanjutnya bagi pihak-pihak yang berupaya untuk mencemarkan nama baik Rumah Sakit kami, maka kami tidak akan segan untuk menempuh upaya hukum," imbuh RS Unhas.
(asm/sar)