Para siswa berprestasi di SMAN 17 Makassar kesal lantaran terancam gagal ikut dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) masuk perguruan tinggi. Penyebabnya, pihak sekolah lalai mengunggah data siswa ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
"Kami siswa-siswi yah, sebenarnya kita tidak mau cari siapa yang salah, kita mau cari solusi karena bukan main ini 2,5 tahun ini kita betul-betul belajar, kalau malam belajar mau ulangan," ungkap Ketua OSIS SMAN 17 Makassar Muhammad Arsyah Yusuf kepada wartawan di Kantor Disdik Sulsel, Rabu (5/2/2025).
Para siswa merasa tak mendapat keadilan saat harus terkena imbasnya akibat kelalaian pihak sekolah. Apalagi, masalah ini disebabkan kendala teknis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus terang kejadian ini tidak adil bagi kami para siswa karena segala tanggung jawab diberikan kepada sekolah namun dampaknya dirasakan siswa," jelasnya.
"Sempat saya mendapat informasi bahwa siswa tidak dapat mendaftar SNBP karena hukuman bagi sekolah yang tidak taat aturan. Jadi menurut saya, di sini siswa sudah taat aturan kenapa harus siswa yang kena imbasnya, kenapa bukan sekolah yang disanksi," sambung Arsyah.
Dia berharap pihak sekolah segera menemukan solusi atas masalah ini. Arsyah dan rekannya berharap dapat kesempatan ikut seleksi jalur undangan ini.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 142 siswa di SMAN 17 Makassar terancam tidak bisa ikut dalam Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPM) lewat SNBP. Data para siswa berprestasi tersebut tak terdaftar di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
Kepala SMAN 17 Makassar Abu Hanafi menjelaskan masalah ini disebabkan karena kelalaian saat penginputan data siswa oleh operator. Jadwal pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) dilakukan oleh sekolah 6-31 Januari 2025.
"Kemarin kendala di akhir, dari operator memilah nilai secara manual dari rapor dari peserta eligible Karena dibagi semester 1 sampai semester 5. Pada hari Jumat mereka tidak sadar bahwa deadline-nya sampai pukul 4 sore," ujar Abu Hanafi kepada detikSulsel, Rabu (5/2).
Abu Hanafi mengakui proses penginputan data siswa berlangsung lambat. Apalagi hanya satu operator yang ditugaskan melakukan penginputan.
"Lambatnya itu kan karena nilai dimasukkan per semester, diinput secara manual. Iya, satu orang operator. Kalau dia menginput itu semua 142 siswa karena satu kesatuan. Sementara diinput manual waktunya habis, server semua tutup," jelasnya.
(sar/ata)