Warga Manggala Ngeluh Jadi Langganan Banjir Makassar: Biasa 4 Kali Setahun

Warga Manggala Ngeluh Jadi Langganan Banjir Makassar: Biasa 4 Kali Setahun

Nur Hidayat Said - detikSulsel
Selasa, 10 Des 2024 18:46 WIB
Dewi (52) salah satu pengungsi di Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
Foto: Dewi (52) salah satu pengungsi di Kecamatan Manggala, Kota Makassar. (Nur Hidayat Said/detikSulsel)
Makassar -

Warga Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengungkap keluh kesah tiap tahun menjadi langganan banjir. Warga pun mesti mengalami kerugian materiel tiap kali banjir melanda.

"Tiap tahun (jadi langganan banjir), biasa 4 kali satu tahun. Sejak 2018," ujar warga Manggala bernama Dewi (52) kepada detikSulsel di lokasi pengungsian, Selasa (10/12/2024).

Dewi jadi salah satu pengungsi di Masjid Jabal Nur, Jalan Biola 18, Blok 10, Kelurahan Manggala, yang memang dijadikan posko pengungsian. Dia terpaksa mengungsi karena banjir setinggi betis orang dewasa masuk ke rumahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini tadi air (masuk rumah) sudah sampai betis. Tadi malam sudah masuk, jam 2," katanya.

Dewi yang mengungsi bersama anak, cucu, dan menantunya mengaku tidak bisa berbuat banyak saat banjir melanda. Kata dia, lokasi rumahnya memang berada di dataran lebih rendah.

ADVERTISEMENT

"Rendah (tanahnya) memang di sini," tuturnya.

Saat banjir melanda, Dewi mengaku mesti rela menanggung kerugian materiel. Menurutnya, perabotan rumah tangga hingga peralatan elektronik banyak yang rusak terkena air.

"Banyak. Kasurnya, ini kita kasihan begini. Kita punya di rumah (nanti selesai mengungsi) pakai karpet tidur karena kasur sudah basah. Mau dijemur tidak ada juga gunanya, apalagi kalau yang spring bed," bebernya.

"(Peralatan) elektronik juga, TV, kulkas. Tiap tahun (rusak). Biasanya dipakai sebentar sekali, rusak total. Kena air," sambung Dewi.

Meski banjir sudah menjadi rutinitas, Dewi mengungkapkan upaya pencegahan yang dilakukan terbatas. Dapur rumahnya telah ditinggikan untuk menyimpan barang penting, tetapi kondisi lingkungan yang rendah dan saluran air yang tidak optimal membuat banjir sulit dihindari.

"Ini got ini kulihat sudah dikerja, di luar di belakang rumah, tapi tetap itu air tergenang di situ," ucapnya.

Atas kondisi itu pula, Dewi mengaku bahwa dirinya selalu menjadi orang pertama mengungsi saat banjir tiba. Selain itu, saat banjir surut dirinya paling terakhir meninggalkan lokasi pengungsian.

"Iya, karena rendah sekali (rumah), toh. Tidak bisa juga membersihkan biar pulang. Saya tidak tinggalkan masjid (pengungsian) kalau tidak bersih," paparnya.

Selama di pengungsian, Dewi mengaku membutuhkan bantuan logistik, terutama makanan, selimut, obat-obatan. Keperluan itu juga untuk menunjang cucunya yang masih balita.

"Makanan, apalagi saya anak balitaku. Minyak telon, keperluan hari-hari. Selimut. Obat-obatan," harapnya.

Sebelumnya diberitakan, BPBD Makassar melaporkan banjir merendam 3 kecamatan di Makassar, yakni Biringkanaya, Manggala, dan Panakkukang. Khusus di Kecamatan Manggala, dilaporkan ada 8 warga yang mengungsi di Masjid Jabal Nur.




(ata/ata)

Hide Ads