Mentan Amran Bicara Dampak Tarif Trump Saat Hadiri PSBM 2025 di Makassar

Mentan Amran Bicara Dampak Tarif Trump Saat Hadiri PSBM 2025 di Makassar

Sahrul Alim - detikSulsel
Kamis, 10 Apr 2025 14:54 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat menghadiri PSBM 2025 di Makassar.
Foto: Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat menghadiri PSBM 2025 di Makassar. (Sahrul Alim/detikSulsel)
Makassar -

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bicara soal dampak tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sektor pertanian dan perkebunan dalam negeri saat menghadiri acara Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM) 2025. Andi Amran menilai dampak tarif 32% untuk barang impor dari Indonesia ke AS tidak terlalu mengkhawatirkan.

PSBM XXV itu berlangsung di Hotel Four Point by Sheraton Makassar, Kamis (10/4/2025). Kegiatan yang dihadiri Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (Sulsel) itu juga akan dirangkaikan dengan Mubes KKSS.

"Saya kira tidak (berdampak), ada dampak tapi tidak mengkhawatirkan, kenapa? Kita ini punya biofuel (bahan bakar nabati) 1,7 juta ton ke Amerika. Kalau ini harus kita kurangi, kita menjadikan biofuel dalam negeri B40, B50 kami butuh 5,3 juta toh berarti nggak ada masalah. Kedua adalah agar ini perdagangan antara Amerika dan Indonesia bisa balance," ujar Amran kepada wartawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat menghadiri PSBM 2025 di Makassar.Foto: Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat menghadiri PSBM 2025 di Makassar. (Sahrul Alim/detikSulsel)

Amran mengakui Indonesia memang membutuhkan impor gandum dari Amerika. Namun di sisi lain, Indonesia punya ekspor CPO yang cukup tinggi ke Amerika. Situasi ini, kata Amran, sisa dikomunikasikan dengan baik.

"Kita kan butuh gandum, kita ambil gandum dari amerika yang tidak ada di Indonesia. Terlalu sederhana solusinya dan kita melakukan komunikasi, jadi tidak ada masalah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Jadi gini, sekarang di sektor pertanian nih, ekspor kita yang tinggi adalah CPO, kemudian impor yang tertinggi kita gandum. Gandum inikan kita impor dari berbagai negara, kita fokus saja pada negara yang minus, benarkan, selesai. Kalau toh CPO katakanlah berkurang, katakanlah 1,7 menjadi 1 juta atau 1,5 juta ton, kita alihkan ke B40," tambahnya.

Menurut Andi Amran, saat ini pemerintah juga tengah mencari pasar baru di negara lain untuk menghindari ketergantungan terhadap impor gandum AS. Meskipun, kata dia, untuk meningkatkan ekspor CPO tersebut butuh biodiesel 5,3 juta dari AS.

"Mencari pasar baru di negara lain itu juga dilakukan. CPO yang kita ekspor 26 juta ini nanti untuk meningkatkan B50 itu membutuhkan 5,3 juta ton (biodiesel) artinya tidak terlalu sulit kan. Terus kita membutuhkan pasar lain, contoh kita impor 10 juta ton gandum, katakanlah Amerika berapa juta ton, kita tambah ke Amerika (CPO) jadi ada hikmah yang terpenting dibalik itu, dimana ada tekanan di situ ada peluang," jelasnya.

Dia optimis Indonesia akan melalui pengetatan tarif impor AS ini. Apalagi saat ini pangan dalam situasi yang aman.

"Negara kita sangat kuat, yang vital adalah pangan, kalau pangan bermasalah negara bermasalah. Sekarang pangan aman," katanya.

Di satu sisi, Amran juga berpesan agar seluruh anggota KKSS berperan aktif dan mengambil bagian untuk ikut berproses membangun negara. Para anggota KKSS juga diharapkan saling bahu membahu satu sama lain untuk memajukan ekonomi bangsa.

"Sekarang KKSS itu jumlahnya 16 juta, kalau ini bergerak dan rata-rata perantau yang berhasil di perantauan. pasti memberi kontribusi pada perekonomian yang sekarang perekonomian global tidak menentu. Trump memberlakukan tarif 32%, ini kita harus bergandengan tangan, bekerja keras, agar negara tetap dalam keadaan baik," pungkasnya.




(sar/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads