Keponakan korban, Hidayat mengaku menerima kabar bahwa pamannya sebenarnya mendapatkan perlindungan dari sejumlah warga. Namun upaya itu gagal hingga pamannya turut jadi korban tewas.
"Saya terima informasi kalau saat kejadian itu banyak warga yang melindungi paman saya ini karena dia dianggap terlalu baik," kata Hidayat kepada detikcom, Rabu (20/7/2022).
Hidayat mengatakan kejadian bermula saat pamannya mengantarkan Pendeta Eliaser Baye. Belakangan mobil yang dikendarai Ismaun dicegat oleh KKB.
"Kalau tidak salah di dalam mobil itu ada 11 atau 12 orang, salah satunya paman saya yang meninggal terbunuh, mereka ini di dalam mobil tidak ada persiapan apa-apa," katanya.
Menurut Hidayat, jenazah Ismaun hanya terdapat luka di lengan kanannya yangdiperkirakan menangkis parang. Korban juga menderita luka bekas tembakan di dada kanannya.
"Karena dari lukanya itu kalau yang saya lihat difoto kalau yang lain ada yang disembelih ada yang terbelah kepala, pokoknya sadis. Dia ini hanya sayatan parang di lengan kanannya sama tembakan di dada kanan," imbuhnya.
Walaupun menganggap kematian pamannya di tangan KKB sudah takdir. Namun dia tak ingin kejadian ini terulang sehingga dia tetap meminta agar pemerintah melindungi setiap warga yang berada di Papua dari KKB.
"Kami minta pemerintah melindungi warga Papua dan warga pendatang yang mungkin datang mencari sesuap nasi di sana," tegas Hidayat.
Diketahui Mahmud Ismaun salah satu dari 10 korban meninggal karena penembakan KKB di Nduga, Papua, Jumat (15/7) lalu. Jasadnya pun dipulangkan ke kampung halamannya untuk dimakamkan, Senin (18/7).
Ismaun diketahui sudah bekerja sebagai sopir Bupati Nduga selama setahun terakhir. Korban ditembak saat menyetir mobil mengantarkan pendeta.
"Almarhum (Ismaun) bekerja sebagai sopir Bupati Nduga sudah setahun," ungkap Ketua RT 1, Kelurahan Tatura Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Irfan Yalisi kepada detikcom, Senin (18/7).
(sar/hmw)