Gowa - Jemaah An-Nadzir di Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) mendiami sebuah perkampungan di Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
Potret Perkampungan Jemaah Berambut Pirang An-Nadzir di Gowa

Kini perkampungan ini telah dihuni oleh sekitar 100 Kepala Keluarga (KK) jemaah An-Nadzir. (Foto: Al Khoriah Etiek Nugraha/detikSulsel)
Aliran An-Nadzir mulai masuk ke Gowa pada tahun 1998, dibawa oleh seorang ulama bernama Kiyai H Syamsuri Abdul Majid yang bergelar Syekh Imam Muhammad Al-Mahdi Abdullah. (Foto: Urwatul Wutsqaa/detikSulsel)
Pada awal tahun 2002, jemaah An-Nadzir yang terdiri 60 KK hijrah dari Palopo dan membangun perkampungan di Gowa. Mulanya mereka mendirikan barak-barak yang dihuni 4-5 KK. (Foto: Urwatul Wutsqaa/detikSulsel)
Kelompok An-Nadzir membangun suatu pemukiman dengan membebaskan lahan masyarakat sedikit demi sedikit. Hingga saat ini, lahan yang dibebaskan di kawasan tersebut sudah mencapai 5 hektar. (Foto: Urwatul Wutsqaa/detikSulsel)
Jarak perkampungan ini dari pusat Kota Makassar sekitar 15 kilometer dan memerlukan waktu tempuh sekitar 30 menit. (Foto: Urwatul Wutsqaa/detikSulsel)
Perjalanan menuju perkampungan An-Nadzir bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun, akan lebih mudah menggunakan kendaraan roda dua karena kondisi jalan yang sempit. (Foto: Al Khoriah Etiek Nugraha/detikSulsel)
Suasana di perkampungan An-Nadzir pada pagi hingga menjelang siang tampak cukup sepi. Kehidupan masyarakat di perkampungan An-Nadzir tampak sangat sederhana. (Foto: Al Khoriah Etiek Nugraha/detikSulsel)
Jemaah An-Nadzir identik dengan penampilannya yang kerap menggunakan pakaian berwarna gelap. Para jemaah laki-laki juga menggunakan sorban. (Foto: Al Khoriah Etiek Nugraha/detikSulsel)
Selain berpakaian serba gelap, jemaah laki-laki An-Nadzir juga memiliki kebiasaan memanjangkan rambut sebahu dan mengecatnya menjadi pirang. (Foto: Nur Abdurrahman/detikcom)
Sebagian besar jemaah An-Nadzir bekerja sebagai petani. Selain itu, ada juga jemaah An-Nadzir juga bekerja sebagai kuli bangunan, pedagang, karyawan, hingga tenaga kesehatan. (Foto: ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE)