Koteka Berasal dari Daerah Mana? Ini Jawaban dan Penggunaannya

Koteka Berasal dari Daerah Mana? Ini Jawaban dan Penggunaannya

Elmy Tasya Khairally - detikSulsel
Selasa, 27 Feb 2024 06:09 WIB
Pasar Hamadi tempat belanja Koteka di Jayapura, Papua
Foto: Koteka (Elvan Dany Sutrisno/detikTravel)
Jakarta -

Indonesia kaya dengan seni dan budayanya. Setiap daerah di Indonesia memiliki pakaian adat yang memiliki kekhasannya masing-masing.

Koteka merupakan salah satu pakaian adat di Indonesia. Pakaian adat ini begitu unik dan dibuat dari buah yang dikeringkan oleh masyarakatnya. Lantas, koteka berasal dari daerah mana?

Koteka Berasal dari Daerah Mana?

Koteka merupakan pakaian adat dari Papua yang dikenakan oleh kaum laki-laki. Menurut buku Ensiklopedi Pakaian Nusantara Nusa Tenggara Timur hingga Sulawesi Tengah oleh R. Toto Sugiarto dkk, pakaian yang menjadi penutup kemaluan ini berbentuk selongsong yang mengerucut di bagian depannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koteka dibuat dari bahan buah labu air tua yang dikeringkan, kemudian biji dan daging buahnya dibuang. Labu air sendiri dipilih karena cenderung lebih kuat dan lebih awet dibandingkan dengan labu air muda. Pengeringannya dilakukan agar koteka tidak cepat membusuk.

Pakaian adat Papua memang cukup unik dan menarik. Jika di daerah lain pakaian adat dibuat dari kain lembut, namun Papua tidak menggunakan itu. Sesuai dengan daerah tempat penduduk tinggal, yaitu pegunungan, pakaian adat dibuat dari alam sekitar mereka.

ADVERTISEMENT

Penggunaan Koteka

Koteka digunakan sebagai pakaian sehari-hari maupun ketika melakukan upacara adat. Cara menggunakannya adalah diikat ke pinggang menggunakan seutas tali, sehingga ujung koteka mengacung ke atas.

Namun, untuk yang dikenakan saat upacara adat, kotaka yang digunakan biasanya berukuran panjang dan memiliki ukiran-ukiran etnik. Sementara itu, koteka yang dikenakan saat bekerja ataupun aktivitas sehari-hari biasanya berukuran lebih pendek.

Nilai yang Terkandung dari Koteka

Menurut laman Kemdikbud, pada umumnya, koteka mengandung nilai-nilai hidup yang baik bagi penggunanya, seperti nilai kebersamaan, nilai kepemimpinan, kebanggaan, kebesaran, penutup aurat, dan sebagainya. Sehingga, bisa dipahami bahwa koteka merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan keseharian suku-suku bangsa di wilayah ekologis pegunungan tengah.

Bagi pria berwibawa dan terkenal di masyarakat, koteka yang digunakan harus berukuran besar dan panjang. Biasanya, pria berwibawa dan gagah mengenakan koteka sambil memegang panah dan busur dengan tatapan tajam ke alam bebas.

Jenis ukuran koteka sendiri tergantung kondisi fisik pemakai. Namun, seringkali besarnya koteka hanya sebagai aksesoris si pemakai. Ada tiga pola penggunaan koteka, yaitu tegak lurus, miring ke kanan, dan miring ke samping kiri.

Makna tegak lurus yaitu menandakan pemakainya masih perjaka, sedangkan miring ke kanan merupakan simbol kejantanan. Hal ini bermakna bahwa penggunanya merupakan pria gagah berani, laki-laki sejati, pemilik harta kekayaan melimpah, memiliki status sosial tinggi atau mempunyai kedudukan bangsawan. Sementara miring ke kiri bermakna pria dewasa yang berasal dari golongan menengah dan mempunyai sifat kejantanan sejati.

Rok Rumbai

Jika pria menggunakan koteka, para wanitanya mengenakan rok rumbai. Pakaian adat Papua ini berupa rok yang terbuat dari susunan daun sagu kering yang digunakan untuk menutupi tubuh bagian bawah.

Meski diperuntukkan bagi wanita, di beberapa kesempatan rok ini juga bisa digunakan oleh pria. Umumnya, rok rumbai dilengkapi dengan hiasan kepala dari bahan ijuk, bulu burung kasuari atau anyaman daun sagu.

Itulah jawaban dari daerah asal koteka beserta penjelasan mengenai penggunaan dan nilai yang terkandung di dalamnya. Selain menggunakan koteka atau rok rumbai, aksesoris yang digunakan yaitu sebuah topi dari serabut. Topi tersebut ditambahkan dengan pernak pernik berupa cangkang binatang laut.




(elk/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads