Indonesia mempunyai kurang lebih 1.340 suku bangsa yang tersebar, salah satunya adalah suku Asmat. Suku Asmat terkenal dengan ukiran kayunya yang unik.
Seni ukir kayu merupakan perwujudan dari cara suku Asmat melakukan ritual untuk memperingati arwah nenek moyang mereka. Lantas, suku Asmat berasal dari mana? Simak jawabannya berikut ini.
Mengenal Suku Asmat
Suku Asmat berasal dari Papua, Indonesia. Mengutip buku Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaannya oleh Pram, populasi dari suku Asmat terbagi menjadi yang tinggal di pesisir pantai dan pedalaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua populasi ini memiliki perbedaan dalam dialek, cara hidup, struktur sosial dan juga ritual yang dijalankan. Populasi pesisirnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu suku Bisman yang ada di antara Sungai Sinesty dan Sungai Nin dan Suku Simai.
Umumnya, penduduk Asmat memiliki ciri fisik yang khas yaitu, berkulit hitam, berambut keriting, dan tubuh yang cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat pria mencapai 172 cm, sementara wanita adalah 162 cm.
Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Asmat-Kamoro. Bahasa ini merupakan keluarga dari rumpun bahasa Trans-New Guinea yang dituturkan suku Asmat dan komunitas terkait di selatan Papua Barat.
Rumah Adat Suku Asmat
Rumah adat suku Asmat disebut sebagai rumah Bujang atau sering disebut juga Jew. Menurut buku Mengenal Suku-suku di Indonesia, rumah ini digunakan sebagai pusat upacara adat.
![]() |
Di dalamnya tersimpan persenjataan suku Asmat seperti tombak dan panah untuk berburu dan noken, serat tumbuhan yang dianyam menjadi sebuah tas. Rumah ini selalu menghadap ke arah sungai. Panjangnya bisa sampai berpuluh-puluh meter dan lebarnya sampai belasan meter.
Jew terbuat dari kayu. Tiang penyangga utamanya menggunakan kayu besi yang diukir dengan seni ukir suku Asmat. Mereka tidak menggunakan paku atau bahan-bahan non alami lainnya, namun cenderung menggunakan bahan-bahan dari alam seperti akar pohon.
Seni Ukir Suku Asmat
Suku Asmat sangat terkenal dengan seni ukir, pahat dan patungnya yang mempunyai nilai seni tinggi. Mengutip buku Ensiklopedia Keragaman Budaya oleh Nurul Akhmad, bagi mereka, ukiran bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dan juga leluhur.
Pada setiap ukiran, bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat akan kebesaran suku Asmat. Ukiran-ukirannya mengandung simbolis pemikiran mereka tentang kepercayaan yang berorientasi pada pemujaan roh, baik roh nenek moyang, maupun roh-roh alam makhluk lain yang dianggap ikut mempengaruhi kehidupan manusia.
Umumnya, suku Asmat membuat patung tanpa menggunakan sketsa. Menurut kepercayaan mereka, ketika mengukir patung adalah mereka berkomunikasi dengan leluhur yang ada di alam lain.
Mereka mengenal adanya tiga konsep dunia, yaitu Amat ow campinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam persinggahan roh yang sudah meninggal) dan Safar (surga). Menurut kepercayaan mereka, arwah orang meninggal akan mengganggu manusia.
Sehingga, demi menyelamatkan manusia, seta menebus arwah maka mereka membuat patung dan membuat pesta. Namun sekarang, suku Asmat tak hanya membuat paung sekadar memenuhi panggilan tradisi, namun mereka juga melayani permintaan untuk tujuan komersial. Pesanannya pun sampai diekspor ke luar negeri.
Itulah penjelasan mengenai suku Asmat dari Papua. Semoga informasi ini menambah pengetahuanmu ya detikers.
(elk/row)