Kisah Perjuangan Kapitan Pattimura, Pejuang Sejati dari Saparua

Kisah Perjuangan Kapitan Pattimura, Pejuang Sejati dari Saparua

Elmy Tasya Khairally - detikSulsel
Minggu, 28 Mei 2023 11:45 WIB
Ilustrasi Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura. Foto: Situs Direktorat K2KRS Kemensos
Jakarta -

Kapitan Pattimura menjadi salah satu pahlawan nasional yang kini diabadikan menjadi nama Universitas, Bandar Udara bahkan menjadi gambar dari uang pecahan 1.000. Berasal dari Maluku, perjuangannya begitu besar dalam melindungi Indonesia.

Yuk ketahui lebih lanjut mengenai Kapitan Pattimura beserta perjuangannya saat melawan penjajah. Simak ya!

Mengenal Kapitan Pattimura

Mengutip buku Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia karya Lia Nuralia dan Iim Imadudin, nama asli dari Kapitan Pattimura adalah Thomas Matulessy. Pattimura lahir di Saparua, Maluku pada 8 Juni 1783.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut situs Kemdikbud, ayahnya bernama Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Silahoi. Sebelum melakukan perlawanan kepada VOC, Pattimura pernah berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris.

Namanya pun kemudian dikenal karena menjadi pemimpin dari perlawanan rakyat Maluku yang melawan Belanda melalui perang Pattimura. Beliau wafat pada tanggal 16 Desember 1817 di Ambon, Maluku.

ADVERTISEMENT

Perjuangan Kapitan Pattimura dan Serangan Belanda ke Maluku

Perjuangan Kapitan Pattimura begitu berarti bagi rakyat Maluku. Pahlawan ini berusaha keras untuk melawan Belanda. Begini kisahnya.

Belanda Berkuasa di Maluku

Sejak abad ke 17 dan 18, serentetan perlawanan bersenjata melawan Belanda (VOC) dikarenakan terjadi praktik penindasan kolonialisme Belanda dalam bentuk monopoli perdagangan, pelayaran hongi kerja paksa dan sebagainya. Penindasan dirasakan baik segi sosial, ekonomi, politis dan segi sosial psikologis rakyat.

Dua ratus tahun lamanya rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan. Rakyat Maluku memproduksi cengkeh dan pala untuk pasar dunia, namun tidak mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi. Justru, rakyat Maluku semakin menderita karena adanya berbagai kebijakan seperti pajak yang berat berupa penyerahan wajib (Verplichte leverantie) dan contingenten serta blokade ekonomi yang mengisolasi rakyat Maluku dari pedagang-pedagang Indonesia lainnya.

Pada fase kedua pendudukan Inggris di Maluku pada 1810-1817 harus berakhir pada 1817. Hal ini karena Belanda kembali menguasai wilayah Maluku. Saat pemerintah Belanda mulai memaksakan kekuasaannya melalui Gubernur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg, pecahlah perlawanan bersenjata rakyat Maluku.

Menghadapi kolonialisme, masyarakat Maluku menyelenggarakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan. Pada forum-forum tersebut, warga menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.

Perebutan Benteng Duurstede

Pada tanggal 7 Mei 1817 di Baileu negeri Haria, Kapitan Pattimura dikukuhkan dalam upacara adat sebagai 'Kapitan Besar'. Dia pun memilih beberapa orang pembantunya, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latumahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.

Pada 16 Mei 1817, rakyat Saparua yang dipimpin Kapitan Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada di dalam benteng tersebut semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Berita ini pun membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon. Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes. Ekspedisi ini disebut dengan ekspedisi Beetjes.

Saat mengetahui hal ini, Kapitan Pattimura mengatur taktik dan strategi pertempuran. Pasukan rakyat sekitar 1.000 orang pun diatur untuk pertahanan sepanjang pesisir, mulai dari teluk Haria sampai ke telus Saparua. Untuk kedua kalinya, pasukan Belanda dapat dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura.

Selama tiga bulan lamanya benteng Duurstede dikuasai oleh pasukan Kapitan Pattimura. Akan tetapi, Belanda melakukan operasi besar-besaran dengan pasukan lebih banyak dan senjata yang lebih modern. Hal ini mengakibatkan pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan mundur.

Kapitan Pattimura Dieksekusi

Setelah Benteng Duurstede direbut kembali oleh Belanda, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap di Siri Sori. Dia beserta beberapa anggota pasukannya di bawa ke Ambon.

Belanda berusaha keras membujuk Kapitan Pattimura untuk bekerjasama, tapi bujukan itu selalu ditolak dengan tegas. Akhirnya, Kapitan Pattimura pun diadili Pengadilan Kolonial Belanda dan dijatuhi hukuman gantung.

Satu hari sebelum eksekusi, Kapitan Pattimura Pattimura masih terus dibujuk, tapi dia tetap menolak bujukan tersebut. Hingga, pada 16 Desember 1817, dia dieksekusi di depan Benteng Victoria, Ambon. Dia pun gugur sebagai Pahlawan Nasional.

Itulah kisah perjuangan Pattimura dalam melawan penjajah. Salah satu seruan Kapitan Pattimura kepada rakyat Maluku adalah, "Bahwa bangsa yang bermartabat, tidak akan menjual kehormatan diri, keluarga, dan negara apapun yang terjadi."




(elk/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads