Isi Perjanjian Bongaya, Sejarah dan Berakhirnya Perang Makassar 1667

Isi Perjanjian Bongaya, Sejarah dan Berakhirnya Perang Makassar 1667

Risdayanti Ismail - detikSulsel
Jumat, 03 Mar 2023 09:01 WIB
Benteng Rotterdam makassar
Foto: (Ibnu Munsir/detikTravel)
Makassar -

Perjanjian Bongaya menjadi salah satu bukti sejarah rakyat Sulawesi Selatan dalam menghadapi koloni Belanda. Perjanjian Bongaya berisikan tuntutan VOC dan Arung Palakka terhadap Kerajaan Gowa di abad ke-17.

Di dalam sejarah Kerajaan Gowa, perjanjian Bongaya merupakan titik akhir dari Perang Makassar. Mengutip buku berjudul "Arung Palakka: Biografi dan Perjuangannya Dari Tanah Bugis" yang ditulis oleh Johan Setiawan, disebutkan bahwa perang Makassar meletus pada tahun 1666. Perang ini berlangsung selama tiga tahun hingga 1669.

Perang berakhir setelah Raja Gowa Sultan Hasanuddin menandatangani sebuah perjanjian yang berisikan tuntutan VOC. Perjanjian tersebut dinamakan Perjanjian Bongaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Perjanjian Bongaya

Mengutip buku Seri IPS Sejarah SMP Kelas VIII, Gowa merupakan kerajaan yang memiliki kekuatan militer besar. Karena itu Gowa masih menjadi penghalang terbesar bagi VOC untuk memonopoli pusat perdagangan di jazirah Sulawesi Selatan.

Di sisi lain, penguasaan Kerajaan Gowa terhadap kerajaan-kerajaan suku Bugis, salah satunya Kerajaan Bone mengakibatkan timbulnya kebencian terhadap Gowa. Kondisi ini lantas dimanfaatkan VOC untuk menghancurkan Gowa.

ADVERTISEMENT

VOC bermaksud untuk menghancurkan Gowa dari dalam dengan politik adu dombanya atau devide et impera. Untuk itu, VOC segera menjalin kerja sama dengan Arung Palaka (1634-1696) yang seorang pangeran Bugis dari Kerajaan Bone.

Pada tahun 1660 Arung Palaka bersama kira-kira 10.000 orang Bugis dari Bone melakukan pemberontakan kepada Gowa, tapi gagal. Dia bersama pengikutnya melarikan diri serta diberi perlindungan oleh VOC untuk tinggal di Batavia. Di Batavia, Arung Palaka ikut bergabung dalam tentara VOC dan menjadi prajurit yang tangkas.

Serangan VOC atas Gowa pada tahun 1660 telah memaksa Raja Gowa Sultan Hasanuddin menerima persetujuan perdamaian pada tahun 1660. Ternyata perjanjian perdamaian tersebut tidak dapat mengakhiri permusuhan, lebih-lebih setelah Sultan Hasanuddin tahu bahwa VOC memberikan perlindungan kepada Arung Palaka.

Setelah melihat bahwa usaha perdamaian sulit diwujudkan, VOC kemudian memutuskan untuk menyerang Gowa. Pada tahun 1666 VOC mengirimkan ekspedisi terdiri dari 21 kapal yang mengangkut tentara berkebangsaan Eropa, ditambah serdadu- serdadu Ambon beserta Arung Palaka dan anak buahnya di bawah pimpinan Cornelis Speelman. Pecahlah perang Makassar.

Sebagaimana yang diharapkan oleh VOC, kedatangan Arung Palaka ke kampung halamannya mendorong orang-orang Bugis untuk bangkit melawan Gowa. Cornelis Speelman berhasil menghancurkan armada Gowa, sementara Arung Palaka memimpin pertempuran di darat.

Dikutip dari buku yang berjudul "Arung Palakka Sang Fenomenal" oleh Muhammad Idris Patarai Arung Palakka berhasil meruntuhkan Benteng Galesong pada 22 Agustus 1667 dengan korban di pihak Gowa mencapai 1.000 orang.

Sementara angkatan perang gabungan Kompeni, Bone, Buton dan Ternate menyerang benteng Barombong dari darat dan laut. Barombong jatuh 22 September 1667.

Arung Palakka dan Speelman melanjutkan peperangan dengan mengadakan serangan umum terhadap benteng Panakkukang di pada 7 November 1667. Benteng Panakkukang pun jatuh dan hancur dan benteng Somba Opu terancam mendapat giliran serangan.

Dalam keadaan genting itu, Arung Palakka dan Speelman mengajukan usul cease fire kepada Sultan Hasanuddin. Dengan perang yang berlarut-larut dan banyaknya korban dari pihak Gowa membuat Sultan Hasanuddin terpaksa menerimanya.

Pada hari Jumat, 18 November 1667 dilangsungkan perjanjian Bungaya atau Bongaya (Bongaisch Tractat). Sultan Hasanuddin pun menandatangani perjanjian tersebut.

Isi Perjanjian Bongaya

Perjanjian Bongaya menetapkan 30 pasal artikel sebagai pemenuhan tuntutan sekutu Arung Palakka dan Speelman. Pasal-pasal tersebut meliputi masalah militer, politik, ekonomi, sebagai sanksi atas kekalahan Gowa.

Butir-butir Penting Isi Perjanjian Bongaya untuk Arung Palakka

Berikut butir-butir penting isi perjanjian Bungaya untuk Arung Palakka:

  1. Buton dibebaskan dari Gowa (artikel 16)
  2. Ternate dibebaskan dari Gowa, meliputi Pulau Sula, Selayar, Muna Utara dan lain-lain (artikel 17)
  3. Gowa melepaskan Bone, Luwu dan Soppeng (artikel 18)
  4. Mengakui melepaskan Raja Layu, Bangkala (artikel 19)
  5. Semua negeri-negeri yang dikalahkan sekutu Arung Palakka, dari Bulo-Bulo sampai dengan Bungaya menjadi milik sekutu (artikel 20)
  6. Gowa akan melepaskan haknya atas Wajo, Bulo-Bulo, Mandar dan mereka perlakukan menurut kemauan sekutu (artikel 21)

Inti Isi Perjanjian Bongaya yang Ingin Diwujudkan VOC

Dalam buku buku Seri IPS Sejarah SMP Kelas VIII disebutkan bahwa ada 6 inti isi perjanjian Bongaya yang ingin diwujudkan VOC, berikut antara lain:

  1. Makassar harus mengakui monopoli VOC
  2. Wilayah Makassar dipersempit hingga tinggal Gowa saja
  3. Makassar harus membayar kerugian peperangan
  4. Sultan Hasanuddin harus mengakui Arung Palakka sebagai Raja Bone
  5. Gowa tertutup bagi orang asing kecuali VOC
  6. Benteng-benteng yang ada harus dihancurkan kecuali benteng Rotterdam



(alk/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads