20 Permainan Tradisional Sulawesi Selatan yang Seru untuk Dimainkan

20 Permainan Tradisional Sulawesi Selatan yang Seru untuk Dimainkan

Nur Ainun - detikSulsel
Senin, 06 Feb 2023 21:40 WIB
CHIANG MAI, THAILAND - 2022/12/26: Hmong hill tribe men playing top spinning competition (traditional game of tujlub which involves spinning wooden tops hurled with string and sticks. While one top is still spinning, another person tries to hit it. If they dont hit it, theyre out. If they do hit it, the winner is the one whose top continues spinning the longest.) during the Hmong New Year celebrations. In December or January, the Hmong celebrate their new year, called Noj Peb Caug (pronounced Nor Pe Chao). A larger public celebration takes place at an outdoor venue, There are many activities during this event, such as top-spinning games, arrow shooting contests, singing and dancing, and courtship games. Young men and women wear colorful interpretations of traditional clothing, in the hopes of attracting a life partner. Visitors are welcome to attend and can partake in photo booths with traditional clothes, play games, and watch local performances. Nowadays, traditional clothing is worn only on special occasions like wedding ceremonies and the New Year. (Photo by Pongmanat Tasiri/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)
Ilustrasi (Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images)
Makassar -

Permainan tradisional Sulawesi Selatan (Sulsel) ada berbagai macam, mulai dari permainan yang menggunakan tangan kosong hingga memanfaatkan apa yang ada di alam. Saat ini, permainan-permainan tersebut masih dimainkan oleh masyarakat Sulsel, khususnya anak-anak.

Permainan tradisional ini ada karena berdasarkan tradisi dan kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Beberapa jenis permainan di Sulsel bukan hanya sekadar permainan rakyat biasa, akan tetapi ada juga yang merupakan bagian dari upacara adat.

Berikut ini 20 permainan tradisional Sulawesi Selatan yang telah dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Ma'bom atau Ma'benteng

Ma'bom merupakan permainan tradisional yang ada di Sulawesi Selatan yang dimainkan oleh dua tim. Ma'bom juga terdapat di daerah lain dengan nama Benteng.

Permainan ini dapat dimainkan oleh siapa saja, akan tetapi permainan bom lebih sering dimainkan oleh anak lelaki. Untuk memainkan permainan ini, terlebih dahulu dibentuk 2 tim yang tiap tim berisi 4 orang atau lebih.

ADVERTISEMENT

Ma'bom menuntut para pemain untuk menyusun strategi di setiap tim. Selain itu, para pemain juga harus memiliki kekuatan untuk berlari dari tiap-tiap pemain.

Kemudian tiap-tiap tim memiliki sebuah benda yang harus dijaga sebagai ilustrasi benteng, biasanya menggunakan batu atau tiang. Setiap tim juga memiliki batas wilayahnya masing-masing yang telah disepakati bersama.

Kemudian setiap pemain yang memasuki wilayah lawan dan tersentuh, maka harus ditahan sampai rekan satu tim nya menyelamatkan dengan menyentuhnya kembali. Tim yang paling banyak menginjak batu atau memegang tiang yang dijaga oleh lawannya adalah pemenang dari permainan ini.

2. Maccukke

Maccukke adalah jenis permainan tradisional yang hanya menggunakan alat yang sederhana. Yakni kayu atau rotan yang rata-rata berdiameter 2-3 cm dengan panjang lebih kurang 30 cm untuk alat pengungkitnya (indo cukke) dan berukuran 1/3 lebih pendek alat yang diungkit (anak cukke).

Permainan Maccukke ini dilakukan secara berkelompok, yaitu satu kelompok dua orang atau lebih. Permainan tradisional ini diawali dengan menentukan kelompok yang pertama mengungkit dan yang pertama menjaga.

Untuk memainkan permainan ini, diperlukan area tempat atau lokasi yang bersih dan tidak berumput. Area tersebut akan dibuat sebuah lubang tempat mengungkit, dan juga area yang luas untuk berlari secara leluasa.

Permainan ini dilakukan dengan menaruh akan cukke di atas lubang yang telah digali. Kemudian mengungkit anak cukke ke udara menggunakan indo cukke. Ketika anak cukke melayang pemain harus berusaha memukul nya menggunakan indo sukke seperti memukul bola kasti.

Permainan ini berlangsung dengan aturan apabila kelompok penjaga berhasil menangkap anak cukke yang berhasil dipukul oleh kelompok pengungkit dan melempar nya serta mengenai salah satu tim pengungkit maka kelompok penjaga mendapat poin.

3. Madende

Madende merupakan salah satu permainan yang cukup dikenal oleh masyarakat Sulsel. Dende dapat juga dimainkan oleh siapa saja, namun pada umumnya lebih sering dimainkan oleh anak perempuan

Di daerah lain dende juga sering dimainkan dengan sebutan permainan Engklek. Biasanya Dende dimainkan hingga empat atau lima anak.

Sebelum bermain, terlebih dahulu digambarkan bentuk petak pada tanah atau lantai sesuai dengan dende apa yang hendak dimainkan. Apa yang telah digambarkan, nantinya para pemain harus melompat menggunakan satu kaki ataupun dua kaki.

Aturan permainan ini, menyesuaikan bentuk dende seperti apa yang dimainkan. Ketika pemain memiliki banyak petak maka dialah yang menjadi pemenangnya.

4. Enggo-enggo

Enggo-enggo adalah salah satu permainan yang mudah ditemukan di Sulsel. Di luar dari Provinsi Sulsel permainan ini dikenal sebagai petak umpet.

Permainan enggo-enggo adalah permainan yang dimainkan dengan tangan kosong. Pada permainan ini ada pemain yang bertugas sebagai penjaga yang kemudian mencari pemain lain yang sedang bersembunyi.

Sebelum semua pemain bersembunyi, yang bertugas menjaga harus menutup mata sambil berhitung hingga 10. Setelah hitungan selesai, barulah yang bertugas untuk mencari mereka yang bersembunyi.

Ketika menemukan orang yang bersembunyi penjaga harus mengatakan kata enggo. Itulah yang menjadi pembeda antara petak umpet yang lainnya dengan petak umpet yang ada di Sulsel.

Orang yang pertama kali ditemukan akan bertugas menjaga dan mencari para pemain di ronde selanjutnya. Permainan ini akan lebih seru jika dimainkan oleh banyak orang.

5. Ma'raga

Ma'raga adalah permainan ketangkasan dengan menggunakan bola dari anyaman rotan yang disebut dengan raga. Ma'raga adalah permainan tradisional Bugis yang menggunakan bola rotan yang biasa digunakan dalam permainan sepak takraw namun lebih tebal.

Jumlah pemain biasanya terdiri dari 5-15 orang pria usia remaja sampai dewasa. Permainan ini memadukan ketangkasan dalam memadukan unsur olahraga dan seni.

Aturan bermain nya cukup sederhana, yaitu setiap pemain yang menerima raga harus menjaga agar tidak jatuh ke tanah dengan menyepak, melambungkan dan memantulkan dengan tangan, bahu, atau anggota badan lainnya tanpa memegangnya. Pemain yang menjatuhkan raga tidak boleh melanjutkan permainan, atau dianggap kalah jika dalam perlombaan.

6. Ma'santo

Ma'santo adalah salah satu permainan tradisional Sulsel yang dapat dilakukan oleh semua golongan masyarakat. Jumlah pemain dalam permainan Ma'santo 2 hingga 6 orang.

Namun biasanya dilakukan empat orang pemain dengan dua orang di setiap grup. Permainan Ma'santo biasa dilakukan di lapangan atau di tempat
yang terbuka.

Cara memainkannya, terlebih dulu buat sebuah garis persegi panjang dengan ukuran panjang 3X10 meter persegi. Bagian bidang persegi panjang tersebut menjadi dua bagian sama besar.

Sediakan juga batu pipih sebesar kepalan tangan, minimal sesuai dengan jumlah pemain. Jika tidak ada batu dapat diganti dengan pecahan genteng atau keramik.

Garis pertama maupun garis kedua merupakan garis atau area hukuman bagi pemain dari kelompok Amba' (kelompok yang giliran melempar batu). Tetapi jika ada saja satu diantara semua kelompok itu yang melewati garis ketiga, maka semua anggota kelompok akan terkena hukuman. Sementara kelompok lawan menyusun batu ditempat batu santo' diletakkan untuk dijadikan sasaran bagi kelompok Amba'.

7. Magalle

Permainan tradisional selanjutnya adalah Magalle. Permainan ini menggunakan alat yang terbuat dari tempurung kelapa kering yang dibelah dua dan diberi lubang pada bagian tengahnya.

Kemudian lubang itu diikat dengan seutas tali tambang tebal dengan panjang sekitar satu setengah meter. Para pemainnya menggunakan tempurung kelapa ini sebagai alas kaki saat berlomba lari.

Cara bermainnya, tali tersebut dijepit di antara ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki. Siapa yang lebih dulu mencapai garis finish tanpa terjatuh, maka dialah pemenangnya.

8. Baguli atau Ma'goli

Baguli merupakan kata yang berasal dari Makassar yang berarti kelereng atau gundu, sedangkan Ma'goli berasal dari bahasa bugis. Permainan ini sering mainkan oleh masyarakat Sulawesi Selatan.

Bentuk arena permainan Baguli ditentukan berdasarkan jenis permainan Baguli mana yang ingin dimainkan. Ada 4 macam arena yang ada di dalam permainan ini, mulai dari Baguli Kil-kil, Baguli Ulu-ulu, Baguli Puntu dan yang terakhir adalah Baguli Rutta.

Diketahui, Baguli Kil-kil dimainkan dengan cara menggali lubang kecil yang diisi kelereng. Dan Baguli Ulu-ulu menggambar sebuah garis panjang lubang kecil yang diisi kelereng.

Sementara Baguli Puntu, pemain membuat bidang persegi dan ditengahnya terdapat sebuah garis panjang. Terakhir, Baguli Rutta, pemain menggambar sebuah lingkaran untuk sebagai area penyimpanan Baguli.

Untuk cara bermainnya, para pemain mengambil sebutir baguli atau kelereng, lalu letakkan baguli itu diantara jari telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk kanan. Gunakan ibu jari sebagai pendorong, dan renggangkan jari telunjuk tangan kanan ke belakang lalu lepaskan baguli.

Bagi pemain yang jarak bagulinya terdekat dari bidang permainan, maka ia berhak mengeluarkan baguli lainnya dalam garis bidang permainan. Jika ada pemain yang melemparkan baguli miliknya dari posisi yang telah ditentukan dan baguli tersebut berhasil mengenai dan mengeluarkan baguli yang berada di bidang permainan,maka pemain tersebut langsung menjadi pemilik baguli.

9. Makkaddaro

Makaddaro ini sama halnya dengan permainan Magalle yang sama-sama menggunakan tempurung kelapa sebagai alat untuk bermain. Masing-masing kelompok yang terdiri dari dua pemain saling bergantian menembakkan kaddaro atau tempurung kelapa hingga mengenai sasaran berupa kaddaro lawan yang dipasang di titik tertentu.

Permainan ini punya lima tahap permainan yang disesuaikan dengan cara melempar kaddaro masing-masing untuk mengenai kaddaro lawan. Di tahap pertama, pemain harus menendang kaddaro menggunakan kaki dengan tujuan mengenai kaddaro lawan yang diletakkan di dalam lingkaran, di tahap ini pemain diberi kesempatan tiga kali untuk menendang.

Tahap kedua, pemain harus melemparkan kaddaronya lalu menendang kaddaro itu kembali untuk mengenai tempurung lawan. Tahap ketiga, pemain menjepitkan kaddaronya di antara ibu jari kaki dan telunjuk lalu melompat menggunakan satu kaki ke arah kaddaro lawan dan memukulnya tiga kali.

Tahap ke 4, pemain harus membawah kaddaronya di atas kepala lalu menjatuhkannya pas di atas kaddaro lawan. Tahap yang terakhir, mengharuskan para pemainnya membawa kaddaro di bagian siku untuk dijatuhkan di atas kaddaro lawan.

Bila tim yang satu usai bermain, maka tim lawan baru ganti bermain. Tim pemenang adalah tim yang paling banyak mengumpulkan poin yang dihitung oleh wasit.

10. Ma'longgak

Berasal dari kata longgak, Ma'longga menjadi permainan tradisional yang digemari masyarakat Sulawesi Selatan.Longgak yaitu makhluk halus sejenis jin yang bentuk badannya sangat tinggi.Arti kata longngak sendiri yaitu tinggi atau jangkung.

Menurut masyarakat Sulawesi Selatan, permainan ini sejak dahulu dipercaya sebagai salah satu bentuk pertunjukan upacara adat. Di dalam kehidupan masyarakat tradisional Bugis di masa silam, penyelenggaraan permainan ini berkaitan dengan problema magis yang tentunya tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat yang mistik religius.Antara lain dapat dilihat dalam fungsi permainan yang dianggap sebagai penangkal penyakit.

Permainan ini menggunakan alat dari batang bambu. Satu pemain membutuhkan 2 batang bambu yang kuat, untuk tinggi bambu tergantung dari keberanian pemain.

Kemudian kedua bambu tersebut dilubangi pada ketinggian 30 cm,ketinggian lubang disesuaikan dengan tinggi pemain. Pasang bambu pijakan kaki kedalam lubang yang telah dibuat, kemudian kuatkan pijakan kaki dengan cara dipaku atau dikawati.

Cara bermain Ma'longga cukup sederhana, setiap pemain cukup memegang alat Ma'longga pada bagian atas. Arahkan bambu condong kedepan untuk memperoleh keseimbangan, usahakan pegang bambu pada bagian atas atau melebihi tinggi kepala
pemain.

Setelah itu,pijakan kaki kanan pada bambu Ma'longga,lalu segera susul dengan kaki kiri. Bagi pemula,untuk dapat memainkan Ma'longga terlebih dahulu harus berlatih bersama orang lain.

11. Lambasena atau Lompat Karet

Lambasena adalah permainan melompati jalinan karet gelang yang saling sambung menyambung. Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak perempuan.

Di luar Sulsel, permainan ini dinamakan lompat tali. Namun di Sulsel, lebih dikenal dengan sebutan Lambasena. Permainan ini biasanya dimainkan oleh tiga orang atau lebih, siapa yang melompat pertama ditentukan sesuai kesepakatan bersama.

Jadi, dua orang di antaranya harus memegang kedua ujung karet yang telah dirangkai tersebut untuk dilompati oleh pemain yang memiliki giliran pertama. Ketinggian karet yang harus dilompati memiliki tahapan-tahapan, mulai dari mata kaki hingga mencapai kepala pemegang karet.

Jika pemain yang tidak dapat melompati ketinggian karet, maka digantikan oleh pemain yang memiliki giliran melompat berikutnya. Jika semua pemain telah melewati semua tantangan melompat dengan ketinggian paling akhir, maka permainan akan diulang dari awal lagi atau dihentikan (sesuai kesepakatan para pemain).

12. Bu'uh Rawe

Permainan tradisional yang satu ini mirip dengan sepak bola. Namun, bola tidak ditendang menggunakan kaki melainkan menggunakan tongkat serupa dayung.

Bu'uh Rawe memiliki ukuran gawang mini, dengan panjang hanya satu meter dan tinggi setengah meter. Sebelum bermain, diadakan undian terlebih dahulu untuk menentukan tim yang akan menendang bola terlebih dahulu.

Aturan bermain nya mirip dengan permainan bola. Para pemain saling berlomba memasukkan bola ke gawang lawan. Selain itu, pemain dan pemain lawan pasangannya bermain dengan punggung yang saling menempel.

13. Asing-asing atau Mangasing

Asing-asing merupakan salah satu permainan yang melatih ketangkasan tubuh untuk menghindari lawan. Selain itu, permainan ini juga melatih para pemain untuk menyusun strategi dalam sebuah kelompok.

Permainan ini terdiri dari dua kelompok, yang masing-masing kelompok berjumlah 4 sampai 6 orang. Setiap kelompok ada yang berperan sebagai penjaga ada juga yang sebagai penyerang.

Untuk menentukan pemain masuk ke kelompok mana, terlebih dahulu para pemain melakukan hompimpa. Cara bermain Mangasing cukup mudah, yang mana permainan dilakukan dalam sebuah area yang diberi petak sehingga masing-masing pemain yang sebagai penjaga harus menjaga petak mereka masing-masing.

14. Bise'-bise'ang

Bise'-bise'ang merupakan permainan tradisional Bugis yang memerlukan kekompakan para pemain dalam satu tim. Pada permainan ini, pemain akan bergerak di titik awal ke titik finish yang telah ditentukan menggunakan sarung sebagai kendaraan.

Sarung yang digunakan dalam permainan ini menyimbolkan sebuah perahu yang digunakan seorang nelayan saat pergi berlayar mengarungi lautan.

Dulunya, satu sarung dimainkan oleh satu orang pemain. Kini, satu sarung dimainkan oleh dua orang pemain yang duduk berhadap-hadapan dan saling bekerja sama menjalin kaki untuk menggerakkan perahu sarung.

15. Gebo

Gebo merupakan permainan tradisional Bugis bisa dibilang akan menyakitkan saat memainkannya. Pasalnya untuk melakukan permainan ini bola kasti dilemparkan ke badan orang yang ditarget.

Tidak ada aturan pasti dalam permainan ini. Karena mereka yang mendapatkan bola kasti tersebut dapat melempar target yang dia inginkan.

Permainan akan semakin seru ketika yang mendapatkan bola tersebut memiliki dendam untuk membalas siapa yang melempar nya sebelumnya. Permainan ini biasanya dilakukan di lapangan atau area terbuka yang cukup luas.

16. Makkandecci

Permainan tradisional selanjutnya adalah Makkandecci. Permainan ini terdiri dari 2 orang pemain.

Makandecci merupakan permainan yang sangat sederhana namun pemain dilatih untuk fokus dalam bermain. Masing-masing pemain menyediakan lima biji sirsak. Jika tidak menemukan biji sirsak pemain boleh menggunakan batu yang kecil-kecil.

Sebelum memulai permainan kedua pemain terlebih dahulu melakukan suit untuk menentukan siapa yang lebih dulu bermain. Untuk cara bermain Makkandecci, pertama pemain melempar kelima biji itu ke lantai dengan pelan.

Kemudian letakkan biji itu diantara jari telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk kanan pada, cara ini sama seperti permainan Baguli. Setelah sudah siap, biji itu diarahkan ke tangan satunya yang sebagai tempat dimasukkan biji itu.

17. Motoro Patung

Motoro Patung merupakan permainan tradisional yang konon sudah ada sejak zaman nenek moyang dan masih dilestarikan hingga saat ini. Motoro patung terbuat dari bambu sebagai rangka, ditambah empat ban yang terbuat dari kayu.

Bentuk motoro patung sekilas menyerupai gokar. Motoro patung tidak memakai mesin, untuk memainkannya layaknya kendaraan, anak-anak harus berada di ketinggian atau perbukitan kemudian meluncur ke bawah.

18. Maggasing

Maggasing biasanya dimainkan 2 hingga 6 orang. Secara umum permainan tradisional Bugis ini dimainkan oleh kaum laki-laki, baik anak-anak, remaja maupun dewasa.

Peralatan dari permainan ini terdiri dari sebuah gasing yang terbuat dari bahan kayu, dibentuk menyerupai gumbang atau tempayang. Gasing tradisional ini dirancang mempunyai kepala, leher dan badan.

Selain itu, permainan ini dilengkapi pula seutas tali, yang umumnya dibuat dari serat kulit kayu, dengan bentuk pintalan dari atas ke bawah semakin kecil. Pada bagian atas dari tali tersebut dibuat semacam lingkaran berbentuk cincin yang besarnya selalu disesuaikan dengan besar lingkaran jari tengah setiap orang yang akan menggunakannya.

Aturan permainan Maggasing dalam masyarakat Bugis terbagi dua. Pertama, permainan yang mengutamakan bentuk, keindahan, serta lamanya perputaran gasing. Sementara yang kedua adalah permainan kompetisi dimana mengutamakan keahlian seseorang dalam bermain dan dapat mengeluarkan semua gasing lawan dari lingkaran arena permainan.

19. Mappadendang

Mappadendang merupakan salah satu permainan tradisional Bugis yang cukup dikenal. Mappadendang sendiri merupakan tradisi pesta panen masyarakat bugis.

Mappadendang ini merupakan permainan irama alu dan lesung. Mappadendang biasanya dilakukan oleh 6 perempuan dan 4 pria.

Pemain yang bertugas dalam memainkan seni menumbuk lesung ini atau Mappadendang dipimpin oleh dua orang. Masing-masing berada di ulu atau kepala lesung guna mengatur ritme dan tempo irama dengan menggunakan alat penumbuk yang berukuran pendek. Biasanya yang menjadi pengatur ritme adalah mereka yang berpengalaman.

Sementara yang menumbuk di badan lesung adalah mereka perempuan atau laki-laki yang sudah mahir dengan menggunakan bambu atau kayu yang berukuran setinggi badan orang atau penumbuknya. Para pemain kemudian saling bergantian menumbukkan alu pada sebuah lesung hingga tercipta irama yang apik, menarik dan harmonis.

Para pemainnya juga bernyanyi mengucap rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Irama dan nada yang rancak, membuat para pemainnya kian bersemangat.

20. Gandrang bulo

Gandrang Bulo adalah sebuah tarian yang dikenal memiliki sejumlah permainan di dalamnya. Ada permainan buwang-buwang passapu, takanja-kanjarang, dan biko-biko.

Dalam Gandrang Bulo, para pemain yang menari jenaka saling melempar passapu (ikat kepala segitiga khas Bugis-Makassar) dan lawan yang lain berusaha merebut. Bila pemain lawan gagal merebut passapu, maka ia harus berperan menjadi kuda.

Permainan biko-biko yakni meniru gerak layaknya kelelawar, atau biko-biko dalam bahasa setempat. Para pemain akan mengenakan sarung pada kepala hingga menutupi seluruh bagian kepala kecuali mata.

Sepintas, Gandrang Bulo ini mirip tarian jenaka. Padahal, pada saat diciptakan, sebenarnya tarian ini adalah bentuk sindiran terhadap penjajah Belanda. Contohnya saat pemain berlaku seperti seekor monyet yang saling mengejek.




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads