4 Rumah Adat Sulawesi Tenggara dan Keunikan Arsitekturnya

4 Rumah Adat Sulawesi Tenggara dan Keunikan Arsitekturnya

Nur Ainun - detikSulsel
Minggu, 22 Jan 2023 22:10 WIB
Rumah Adat Laika Sulawesi Tenggara
Ilustrasi Rumah Adat Sulawesi Tenggara (Foto: dok. istimewa/mahasiswa.yai.ac.id)
Makassar -

Rumah adat Sulawesi Tenggara terdapat empat jenis, masing-masing rumah adat memiliki ciri khas tersendiri. Rumah adat dapat diartikan sebagai rumah khas yang mewakili suku dan budaya.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat istiadat dan budayanya. Diketahui, masyarakat Sulawesi Tenggara memiliki kebiasaan menjaga fungsi dan sejarah dari rumah adat tersebut.

Empat jenis rumah adat mewakili identitas setiap suku yang ada di Sulawesi Tenggara, yakni Tolaki, Wolio, Mekongga, dan Buton. Setiap rumah adat ini memiliki keunikan arsitektur masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini daftar rumah adat Sulawesi Tenggara serta keunikan arsitekturnya yang telah dihimpun detikSulsel dari berbagai sumber.

Rumah Adat Banua Tada

Rumah Adat Banua Tada Sulawesi TenggaraRumah Adat Banua Tada Sulawesi Tenggara Foto: (dok. istimewa/mahasiswa.yai.ac.id)

Dilansir dari laman P2K Universitas Universitas STEKOM Semarang, Banua Tada merupakan rumah tempat tinggal Suku Wolio atau orang Buton di pulau Buton. Kata banua dalam bahasa setempat berarti rumah sedangkan kata tada berarti siku, sehingga banua tada dapat diartikan sebagai "rumah siku".

ADVERTISEMENT

Penamaan tersebut didasarkan pada struktur rangka bangunan yang terdiri dari siku-siku.

Keunikan dari rumah ini terletak pada desain, struktur dan fungsinya yang mengandung nilai filosofis di dalamnya. Adapun keunikan lain dari rumah banua tada adalah memiliki bentuk rumah panggung, tetapi pada pembangunannya tidak menggunakan satupun paku.

Rumah Adat Laika

Rumah Adat Laika Sulawesi TenggaraRumah Adat Laika Sulawesi Tenggara Foto: (dok. istimewa/mahasiswa.yai.ac.id)

Rumah adat Sulawesi Tenggara selanjutnya adalah Rumah Adat Laika. Dikutip dari Pariwisata Indonesia, Rumah adat ini berasal dari suku Tolaki di yang tersebar di Kabupaten Kendari dan Konawe.

Rumah adat Laika merupakan rumah panggung, berbentuk empat persegi panjang. Bangunannya biasa berukuran luas dan besar. Berlantai tiga atau empat lantai.

Rumah adat ini terbuat dari kayu dengan diberi atap dan berdiri di atas tiang-tiang besar yang tingginya sekitar 20 kaki dari atas tanah. Terletak di sebuah tempat yang terbuka di dalam hutan. Dikelilingi, rumput alang-alang.

Biasanya di bagian bawah rumah adat ini dijadikan sebagai kandang. Hewan peternakan, seperti ayam dan babi ditempatkan di lantai bawah.

Rumah adat Laika tidak menggunakan bahan logam. Sehingga dalam proses pembangunannya tidak menggunakan paku untuk menggabungkan satu komponen dengan komponen yang lain. Melainkan menggunakan berbagai bahan yang tersedia di alam. Pada bagian atapnya, suku Tolaki biasa membuatnya dari rumbai alang alang ataupun nipah.

Rumah Adat Mekongga

Rumah Adat Mekongga Sulawesi TenggaraRumah Adat Mekongga Sulawesi Tenggara Foto: (dok. istimewa/digilibadmin.unismuh.ac.id)

Rumah adat Mekongga merupakan rumah adat suku Mekongga. Dikutip dari Digital Library Unismuh, rumah adat ini dipublikasikan dari peninggalan Bokeo Latambaga.

Rumah ini berbentuk persegi empat dan memiliki dua tiang penyangga. Pada bagian badan Rumah adat Mekongga memiliki ornamen yang berwarna-warni yang dibuat oleh penduduk asli Mekongga.

Rumah adat Mekongga memiliki tiga tangga pada bagian depan rumah. Salah satu tangga tersebut merupakan tangga utama yang mempunyai tujuh anak tangga yang bermakna ana' motuo' (tujuh pembuka adat).

Sementara kedua tangga lainnya merupakan tangga sayap yang berada pada sisi kiri dan kanan.

Pada bagian luar atap rumah ini terdapat kayu yang berbentuk runcing. Hal tersebut bermakna sebagai tombak, karena pada zaman dahulu sering kali ada seekor burung besar yang biasa disebut burung kongga hinggap di atap dan mengganggu masyarakat.

Rumah adat Mekongga memiliki beberapa ruangan di dalamnya yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menerima tamu dan musyawarah. Tidak hanya itu, bagian dalam juga terdapat dua kamar yaitu bagian sebelah kanan merupakan kamar raja dan kamar di bagian kiri merupakan kamar permaisuri.

Rumah Adat Buton

Rumah adat Sulawesi Tenggara yang terakhir adalah Rumah Adat Buton, sesuai dengan namanya rumah adat ini berasal dari suku Buton. Dikutip dari Budaya Indonesia, rumah adat Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu.

Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin ke atas makin kecil atau sempit ruangannya. Tetapi di lantai keempat sedikit lebih melebar.

Seluruh bangunannya tanpa memakai paku besi dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang.

Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala da semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong.

Kedudukan pemilik rumah dapat dilihat dari jumlah tiang sampingnya. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4 buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat biasa. Sementara rumah adat yang mempunyai tiang samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini khusus untuk rumah Sultan Buton.

Rumah adat yang digunakan masyarakat biasa disebut Rumah Adat Buton. Sementara rumah adat yang ditinggali sultan atau raja disebut Malige atau Kamali. Disebut Kamali jika di rumah tersebut ditinggali raja atau sultan bersama permaisuri (istri pertama).




(edr/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads