5 Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Santri 22 Oktober 2024 yang Berkesan

5 Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Santri 22 Oktober 2024 yang Berkesan

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Senin, 21 Okt 2024 10:49 WIB
Upacara Hari Santri digelar di lapangan upacara Pemkab Karawang, Jumat (22/10/2021). Begini suasananya.
Foto: Yuda Febrian Silitonga
Makassar -

Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) biasanya dilakukan dengan upacara atau apel. Salah satu bagian penting dalam upacara ini adalah amanat pembina upacaranya.

Melalui amanat ini, pembina upacara dapat menyampaikan pesan-pesan hikmat terkait santri. Khususnya semangat jihad sebagaimana yang dicontohkan oleh para santri terdahulu.

Bagi detikers yang bertugas sebagai pembina pada Upacara Hari Santri Nasional tanggal 22 Oktober 2024 ini, dapat memilih pesan-pesan atau contoh amanat pembina upacara berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk dicatat!

Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Santri #1. Simple dan Berkesan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,

ADVERTISEMENT

Yang saya hormati para guru, staf, dan seluruh peserta upacara yang berbahagia.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga kita bisa berkumpul dalam upacara peringatan Hari Santri Nasional ini dengan penuh rasa syukur.

Hari ini, 22 Oktober, adalah hari yang sangat istimewa bagi seluruh umat Islam di Indonesia, khususnya bagi para santri. Hari Santri tidak hanya sekadar peringatan, tetapi juga penghormatan bagi perjuangan para santri dalam sejarah kemerdekaan bangsa kita. Pada masa lalu, santri bersama para ulama telah berjuang dengan semangat jihad untuk membela tanah air dari penjajahan. Resolusi Jihad yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy'ari menjadi salah satu tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,

Semangat perjuangan para santri bukan hanya soal mengangkat senjata, tetapi juga tentang mempertahankan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Santri adalah simbol ketangguhan, kesederhanaan, dan kecintaan terhadap ilmu. Sebagai generasi penerus, kita harus meneladani semangat tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.

Di era modern ini, tantangan yang kita hadapi tidak kalah besar. Kita dihadapkan pada berbagai persoalan seperti globalisasi, perkembangan teknologi, dan pergeseran nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai santri-baik yang berada di pesantren maupun masyarakat umum-untuk selalu memperkuat iman, menjaga akhlak, dan terus menuntut ilmu. Dengan ilmu yang kuat dan akhlak yang mulia, kita akan mampu menghadapi segala tantangan dan tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa.

Santri juga harus siap menjadi agen perubahan di masyarakat, membawa pesan-pesan kebaikan, persatuan, dan kedamaian. Mari kita bersama-sama menjadikan Hari Santri sebagai momentum untuk meningkatkan semangat belajar, berkarya, dan berkontribusi positif bagi agama, bangsa, dan negara.

Demikian amanat yang dapat saya sampaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan keberkahan kepada kita semua.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Amanat #2. Semangat Jihad untuk Santri

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang saya hormati para guru, staf, dan seluruh peserta upacara yang saya banggakan.

Pertama-tama, marilah kita memanjatkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat berkumpul di pagi hari ini dalam rangka memperingati Hari Santri dengan penuh semangat dan kebersamaan.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan sebuah pesan penting tentang Semangat Jihad bagi Santri. Jihad di sini bukanlah sekadar mengangkat senjata atau berperang, melainkan memiliki makna yang lebih luas, yaitu perjuangan tanpa henti untuk kebaikan dan kebenaran, baik untuk diri sendiri, keluarga, agama, dan negara.

Santri memiliki peran historis yang sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat bagaimana para santri dan ulama berjuang mempertahankan kedaulatan negara ini dengan mengorbankan tenaga, pikiran, bahkan jiwa mereka. Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 menjadi bukti nyata bahwa jihad bagi santri adalah perjuangan membela agama dan tanah air dari segala bentuk penjajahan dan ketidakadilan.

Namun, di zaman sekarang, jihad para santri tidak lagi berbentuk angkat senjata. Jihad yang kita perjuangkan adalah jihad menuntut ilmu, jihad melawan kebodohan, jihad melawan kemiskinan, dan jihad melawan segala bentuk kerusakan moral yang dapat mengancam generasi kita.

Sebagai santri, kita dituntut untuk berjuang keras dalam meningkatkan ilmu dan memperbaiki akhlak. Jihad menuntut ilmu adalah salah satu bentuk jihad terbesar di era modern ini. Dengan ilmu, kita mampu berkontribusi lebih banyak untuk masyarakat, memperbaiki kualitas hidup, dan menjaga keharmonisan bangsa. Ilmu adalah senjata paling kuat dalam menghadapi tantangan globalisasi, perkembangan teknologi, dan persaingan internasional.

Selain itu, jihad menjaga akhlak juga menjadi tantangan tersendiri. Di tengah derasnya arus budaya dan informasi yang masuk tanpa batas, kita harus mampu menjaga identitas kita sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada nilai-nilai keimanan dan kesopanan. Ini adalah jihad harian yang harus kita perjuangkan dengan sungguh-sungguh.

Saudara-saudaraku yang saya banggakan,
Semangat jihad bukan berarti harus selalu tampak besar atau heroik. Jihad dimulai dari hal-hal kecil, dari diri kita sendiri, seperti disiplin dalam belajar, menjaga adab kepada orang tua dan guru, hingga kepedulian terhadap sesama. Inilah jihad yang sesungguhnya di masa kini, jihad yang membawa kebaikan bagi diri kita, lingkungan kita, dan negara kita.

Di akhir amanat ini, saya ingin mengajak kita semua untuk terus bersemangat dalam berjihad di jalan yang benar. Jadilah santri yang tangguh, berjiwa besar, dan penuh semangat juang. Bersama-sama kita wujudkan cita-cita bangsa dan agama dengan terus berkarya dan berkontribusi positif.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap berada di jalan-Nya, berjuang demi kebenaran, dan menebarkan kebaikan di setiap langkah kita.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh #3. Amanat Hari Santri Penuh Makna dan Doa Mendalam

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang saya hormati para guru, staf, dan seluruh peserta upacara yang berbahagia,

Marilah kita memulai amanat ini dengan menundukkan kepala sejenak, merenungi makna keberadaan kita di dunia ini, sembari mengucapkan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT. Dialah yang memberikan kita kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk bisa berkumpul pada pagi hari ini dalam memperingati Hari Santri, sebuah hari yang penuh dengan nilai, makna, dan sejarah perjuangan.

Hari Santri adalah hari yang mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan ini, kita harus selalu berpegang teguh pada tiga hal: iman, ilmu, dan amal. Ketiganya adalah tiang penyangga bagi kehidupan seorang santri dan seorang muslim yang sejati. Mari kita renungkan, seberapa jauh kita telah melangkah dalam menjaga ketiga hal ini? Seberapa kokoh kita menancapkan iman di hati, seberapa dalam kita mencari ilmu, dan seberapa tulus kita mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari?

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Hari ini, kita memperingati perjuangan para santri di masa lalu, yang dengan ikhlas dan penuh keyakinan berjuang demi kemerdekaan negeri ini. Mereka tidak hanya berjuang dengan fisik, tetapi juga dengan hati dan jiwa yang bersih, berharap hanya kepada Allah SWT. Semangat keikhlasan inilah yang harus kita teladani. Perjuangan bukan sekadar tentang apa yang terlihat, tetapi tentang keikhlasan hati, pengorbanan yang tidak dilihat manusia, dan perjuangan yang hanya diketahui oleh Allah.

Di zaman yang penuh dengan kemudahan dan kenyamanan ini, marilah kita merenung, apakah kita sudah memiliki keikhlasan seperti para santri terdahulu? Apakah kita sudah benar-benar berjuang dalam menjalani hidup kita? Di tengah segala kecanggihan teknologi dan arus informasi yang begitu deras, apakah hati kita tetap suci dan fokus hanya kepada Allah?

Sebagai santri, kita tidak hanya dituntut untuk menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak secara spiritual. Kita harus selalu ingat bahwa jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu. Bagaimana kita mampu menahan diri dari keinginan yang merusak, bagaimana kita bisa tetap teguh di jalan kebaikan, di saat godaan duniawi begitu menggoda. Inilah perenungan yang harus kita lakukan hari ini.

Mari kita tundukkan hati kita sejenak dan bermunajat kepada Allah SWT.

Ya Allah, ya Rahman, ya Rahim,
Kami hamba-hamba-Mu yang lemah ini memohon kepada-Mu, berikanlah kekuatan kepada kami untuk selalu berada di jalan-Mu. Kuatkanlah iman kami di tengah godaan duniawi, bersihkanlah hati kami dari sifat-sifat buruk, dan bimbinglah kami agar selalu ikhlas dalam setiap langkah perjuangan kami.

Ya Allah, ya Nur,
Terangilah jalan kami dengan cahaya ilmu-Mu. Jadikanlah kami para santri yang mencintai ilmu, yang tak pernah lelah untuk belajar, yang tak pernah puas dalam mencari hikmah dari setiap peristiwa. Karuniakanlah kami hikmah dan pemahaman yang mendalam, agar kami bisa membawa kebaikan bagi umat, bangsa, dan negara kami.

Ya Allah, ya Qadir,
Kuatkanlah niat kami untuk selalu berbuat baik. Jadikanlah amal-amal kami sebagai ladang pahala, sebagai bentuk cinta kami kepada-Mu dan kepada sesama manusia. Dan jadikanlah kami sebagai generasi yang terus berjuang dalam kebaikan, meski kami tak terlihat, meski kami tak dihargai, karena kami tahu Engkau melihat setiap niat dan usaha kami.

Saudara-saudaraku,

Perenungan yang kita lakukan hari ini adalah untuk menyadarkan kita bahwa kita memiliki peran yang besar di dunia ini. Sebagai santri, kita bukan hanya murid yang menimba ilmu di pesantren, tetapi kita adalah penerus perjuangan. Perjuangan yang tidak hanya melawan kebodohan, tetapi juga melawan ketidakadilan, kemiskinan, dan kehancuran moral. Kita adalah harapan bagi bangsa dan umat, dan untuk itu, kita harus selalu berada di jalan yang benar, dalam ridha-Nya.

Akhir kata, marilah kita bersama-sama melanjutkan perjuangan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan, kesabaran, dan keteguhan hati untuk selalu berjuang dalam kebaikan, di dunia ini, hingga akhirat nanti.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Santri #4. Refleksi Peran Santri di Era Digital

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang saya hormati para guru, staf, dan seluruh peserta upacara yang berbahagia,

Marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di pagi hari ini dalam keadaan sehat wal afiat. Pada kesempatan yang mulia ini, kita memperingati Hari Santri, sebuah hari yang sarat makna, tidak hanya bagi mereka yang belajar di pesantren, tetapi juga bagi seluruh umat Islam di Indonesia.

Saudara-saudaraku,

Peringatan Hari Santri ini selalu mengingatkan kita pada perjuangan para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa. Namun, dalam perjalanannya, kita menyadari bahwa bentuk perjuangan zaman dahulu dan sekarang telah mengalami perubahan. Jika di masa lalu para santri berjuang dengan senjata untuk melawan penjajahan fisik, hari ini kita berada dalam masa yang berbeda, sebuah era digital yang membawa tantangan baru.

Teknologi telah menyentuh hampir semua aspek kehidupan kita. Internet, media sosial, dan berbagai aplikasi canggih memudahkan kita mengakses ilmu dan informasi tanpa batas. Namun, seiring dengan itu, kita juga dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan. Informasi yang melimpah tidak selalu membawa kebaikan, terkadang justru menyesatkan, menyebarkan hoaks, atau bahkan melunturkan nilai-nilai keimanan dan akhlak.

Oleh karena itu, sebagai santri, kita dituntut untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi ini. Teknologi bukanlah musuh, tetapi juga bukan sesuatu yang bisa kita terima begitu saja tanpa filter. Kita perlu mengambil yang baik dan membuang yang buruk. Sebagai generasi yang lahir di era digital, kita punya tanggung jawab lebih untuk menjaga diri dan lingkungan kita dari pengaruh negatif yang bisa merusak moral dan akhlak.

Mari kita renungkan, bagaimana peran kita sebagai santri di era digital ini?

Santri adalah pembelajar, pencari ilmu. Di era digital, kita diberi kemudahan luar biasa untuk mengakses berbagai pengetahuan. Ribuan buku, ceramah, bahkan kajian dari ulama di seluruh dunia bisa kita pelajari hanya dengan satu sentuhan jari. Namun, pertanyaannya, apakah kita benar-benar memanfaatkan kemudahan ini untuk meningkatkan keilmuan kita? Ataukah kita justru tenggelam dalam hal-hal yang melalaikan, seperti hiburan yang berlebihan, berita palsu, dan konten yang tidak bermanfaat?

Sebagai santri, kita harus ingat bahwa ilmu yang kita pelajari harus membawa manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di era ini, dakwah dan kebaikan bisa disebarkan dengan sangat cepat melalui media sosial. Kita punya kesempatan besar untuk menggunakan teknologi ini sebagai sarana dakwah, untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin, untuk memberikan contoh akhlak mulia, dan untuk menyebarkan kebaikan kepada siapa saja, tanpa batas geografis.

Namun, dengan semua kemudahan ini, datang juga tanggung jawab yang besar. Kita harus kritis terhadap apa yang kita lihat dan baca. Tidak semua yang viral itu benar, dan tidak semua yang populer itu baik. Sebagai santri, kita dituntut untuk mampu menyaring informasi, memeriksa kebenaran, dan memastikan bahwa apa yang kita sebarkan adalah hal yang benar dan membawa manfaat.

Saudara-saudaraku yang saya cintai,

Era digital ini juga membawa tantangan dalam menjaga kedisiplinan waktu. Dengan segala kemudahan yang ada, kita sering tergoda untuk berlama-lama di depan layar, menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak produktif. Ingatlah bahwa waktu adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah berikan, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atas bagaimana kita menggunakannya. Sebagai santri, kita harus mampu mengatur waktu dengan baik, memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang positif, dan tetap menjaga disiplin dalam belajar dan beribadah.

Mari kita jadikan Hari Santri ini sebagai momentum untuk merenungi peran kita di era digital. Apakah kita sudah menggunakan teknologi dengan bijak? Apakah kita sudah menebarkan kebaikan dan manfaat melalui media yang kita miliki? Ataukah kita justru terjebak dalam kebiasaan yang melalaikan?

Saudara-saudaraku,

Sebagai santri di era digital, kita punya peluang besar untuk berkontribusi bagi agama dan bangsa. Kita bisa menjadi pembawa perubahan positif, tidak hanya di lingkungan kita, tetapi juga di dunia maya yang begitu luas. Gunakanlah teknologi untuk memperdalam ilmu, untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan untuk menyebarkan kebaikan. Mari kita buktikan bahwa santri bukan hanya generasi yang memahami ilmu agama, tetapi juga generasi yang melek teknologi dan mampu mengarahkan teknologi untuk kemaslahatan umat.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan kepada kita semua, agar kita bisa bijak dalam menggunakan teknologi dan tetap teguh di jalan-Nya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Amanat Pembina Upacara Hari Santri #5: Santri sebagai Pemimpin Masa Depan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang saya hormati para guru, staf, dan seluruh peserta upacara yang saya banggakan,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan untuk berkumpul di pagi hari yang penuh berkah ini. Pada kesempatan yang mulia ini, kita memperingati Hari Santri, hari yang bukan hanya sekadar mengenang sejarah, tetapi juga hari untuk menatap masa depan dengan semangat yang lebih besar.

Hari ini, saya ingin mengajak kita semua merenungi satu hal yang sangat penting: Santri sebagai Pemimpin Masa Depan.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Setiap generasi memiliki tantangan dan peluangnya masing-masing. Saat ini, kita berada di era yang penuh dengan perubahan. Globalisasi, kemajuan teknologi, dinamika sosial-politik, dan berbagai tantangan baru menuntut adanya pemimpin yang tangguh, bijaksana, dan berintegritas tinggi. Santri-dengan fondasi ilmu agama, akhlak, dan spiritual yang kuat-berada di posisi yang sangat strategis untuk menjadi pemimpin masa depan.

Sebagai santri, kita belajar bukan hanya tentang ilmu agama, tetapi juga bagaimana memimpin diri kita sendiri. Kepemimpinan dimulai dari kemampuan kita untuk memimpin diri: menahan hawa nafsu, mengatur waktu dengan bijak, menjaga keikhlasan, dan terus belajar memperbaiki diri. Santri yang mampu memimpin dirinya sendiri akan lebih siap untuk memimpin orang lain dengan kebijaksanaan.

Rasulullah SAW adalah teladan terbesar dalam kepemimpinan. Kepemimpinan beliau bukan hanya tentang kekuatan fisik atau strategi, melainkan tentang akhlak yang mulia, kesabaran, kesederhanaan, dan keteguhan dalam memperjuangkan kebenaran. Jika kita ingin menjadi pemimpin yang sukses, kita harus meneladani kepemimpinan Rasulullah. Pemimpin yang baik bukan hanya mereka yang mampu memberi perintah, tetapi juga yang mampu mendengarkan, memimpin dengan hati, dan menjadi contoh dalam perbuatan.

Santri memiliki tanggung jawab besar untuk mempersiapkan diri sebagai pemimpin di berbagai bidang-baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam skala yang lebih luas seperti bangsa dan negara. Pemimpin yang dibutuhkan di masa depan adalah pemimpin yang memiliki integritas tinggi, berpegang teguh pada nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kebijaksanaan. Pemimpin yang mampu mengatasi konflik dengan dialog, bukan dengan kekerasan. Pemimpin yang mampu merangkul semua golongan, bukan memecah belah.

Saudara-saudaraku,

Sebagai santri, kita memiliki modal besar dalam mewujudkan kepemimpinan ini. Kita sudah dibekali dengan ilmu agama, yang mengajarkan kita tentang adil, jujur, dan amanah. Kita belajar tentang akhlak, yang menuntun kita untuk selalu menghormati orang lain dan menjaga kehormatan diri. Kita belajar tentang kesederhanaan, yang membuat kita tidak silau oleh harta dan jabatan, tetapi justru berfokus pada pelayanan kepada sesama.

Namun, kepemimpinan di masa depan juga menuntut kita untuk terus mengasah kecerdasan dan keterampilan. Dunia saat ini membutuhkan pemimpin yang tidak hanya paham agama, tetapi juga paham akan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sebagai santri, kita juga harus menyiapkan diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Dengan ilmu yang luas dan akhlak yang mulia, kita akan mampu menghadapi tantangan global dengan solusi yang bijak dan tepat.

Saudara-saudaraku yang saya banggakan,

Menjadi pemimpin adalah amanah besar, bukan sekadar kehormatan. Setiap keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus terus memperbaiki niat, bahwa menjadi pemimpin bukan untuk mengejar kedudukan, melainkan untuk melayani dan membawa kebaikan bagi banyak orang.

Di masa depan, negeri ini membutuhkan pemimpin yang mampu membawa perubahan positif, pemimpin yang peduli pada keadilan sosial, pemimpin yang mampu memajukan pendidikan dan ekonomi tanpa melupakan moralitas dan etika. Dan saya yakin, para santri-dengan segala bekal ilmu dan pengalaman yang dimiliki-mampu mewujudkan kepemimpinan seperti itu.

Kepemimpinan dimulai dari hal-hal kecil. Kita bisa mulai dari diri kita sendiri: dari bagaimana kita berdisiplin, menjaga adab kepada guru dan sesama, serta bagaimana kita memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mampu memimpin diri kita dengan baik, maka insya Allah, kita juga akan mampu memimpin orang lain dengan penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan.

Di akhir amanat ini, saya mengajak kita semua untuk terus memperkuat tekad menjadi generasi santri yang tidak hanya berilmu, tetapi juga siap memimpin. Mari kita berkomitmen untuk menjadi pemimpin yang adil, amanah, dan membawa manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan agama.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk terus belajar, berjuang, dan menapaki jalan kepemimpinan yang penuh dengan tanggung jawab ini. Semoga kita semua bisa menjadi pemimpin yang diridhai oleh-Nya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Nah, demikianlah beberapa contoh amanat pembina upacara Hari Santri 22 Oktober 2024. Semoga bermanfaat ya!




(edr/edr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads