FOMO dan YOLO Jadi Alasan Anak Muda RI Suka Utang di Paylater

FOMO dan YOLO Jadi Alasan Anak Muda RI Suka Utang di Paylater

Tim detikFinance - detikSulsel
Senin, 07 Okt 2024 20:30 WIB
Ilustrasi PayLater
Ilustrasi paylater. Foto: Shutterstock/
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pengguna terbanyak buy on pay later (BNPL) di Indonesia adalah anak muda. Hal ini terjadi karena adanya fenomena fear of missing out (FOMO) dan you only live once (YOLO) .

Dilansir dari detikFinance, Senin (7/10/2024), Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen (PEPK) Friderica Widyasari Dewi mencatat bahwa pengguna paylater sebagian besar dimonopoli oleh anak muda. Rata-rata rentang usianya dari 26-35 tahun.

Lebih konkret dijelaskan bahwa 26,5% pengguna paylater berasal dari rentang usia 18-25 tahun, 43,9% pengguna berusia 26-35 tahun, 21,3% berusia 36-45 tahun. Kemudian, 7,3% pengguna berusia 46-55 tahun, dan hanya 1,1% pengguna yang berusia di atas 55 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui penggunaan paylater sebagian besarnya digunakan untuk kepentingan gaya hidup. Seperti fesyen dengan persentase tertinggi mencapai 66,4%, disusul perlengkapan rumah tangga dengan 52,2%, elektronik 41 %, laptop atau ponsel dengan 34,5%, hingga perawatan tubuh persentasenya sebesar 32,9%.

Friderica menyebut fenomena ini menjadi perhatian khusus di seluruh dunia. Dia pun mengimbau bahaya dari FOMO dan YOLO yang menjadi pemicu perilaku berutang.

ADVERTISEMENT

"Anak muda ini FOMO, kalau nggak ikut khawatir dibilang ketinggalan zaman, terus YOLO. Katanya sekarang tren baru doom spending, belanja serasa mau kiamat. Jadi, anak muda ini kemudian membelanjakan yang dimiliki seolah tidak ada hari besok. Paling gawat belanjanya bukan dari uang yang dimiliki, tapi dari uang yang utangan tadi," ucap Kiki, sapaan Friderica pada acara Like It yang dilansir dari YouTube OJK, Minggu (6/10/2024).

Lebih lanjut Kiki menjelaskan bahwa ada juga fenomena yang memberikan penghargaan atau hadiah yang instan. Ia mengungkapkan bahwa hal tersebut sangat berbahaya bagi generasi muda, terlebih yang belum memiliki penghasilan sendiri.

Menurut Kiki, fenomena paylater dapat membuat generasi muda hobi berutang. Apalagi saat ini layanan untuk berutang sangatlah mudah disebabkan teknologi yang terus berkembang, contohnya pinjaman online (pinjol) dan paylater.

"Karena dengan ada pinjol, paylater sangat mudah anak muda kita bisa mendapatkan pinjaman kemudian membelikan barang yang tidak produktif," ucapnya.




(asm/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads