Microsoft akan melakukan PHK terhadap 10.000 pegawainya. Padahal tercatat pemasukannya microsoft mengalami kenaikan.
Lantas apa alasan Microsoft melakukan PHK besar-besaran?
Dilansir detikINET yang mengutip Engadget, pada laporan keuangan Q2 tahun fiskal 2023 pemasukan Microsoft naik 2% dari tahun sebelumnya. Tercatat pemasukannya mencapai USD 52,7 miliar atau sekitar Rp 787 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pemasukan tersebut lebih rendah dari prediksi. Microsoft sebelumnya memperkirakan pemasukannya akan mencapai USD 52,9 miliar. Selain itu, di balik naiknya pemasukan tersebut, Microsoft tetap mengalami penurunan keuntungan sebesar 12% menjadi USD 16,4 miliar.
Penurunan tersebut diperkirakan akan berlanjut sepanjang tahun 2023 ini. Sebelumnya di tahun 2022, bisnis Microsoft mengalami kondisi naik turun, ada yang menguat ada pula yang melemah.
Divisi Personal Computing yang meliputi Windows, Xbox, dan hardware PC, mengalami penurunan 19% secara year over year dengan pemasukan USD 14,2 miliar. Untuk pemasukan dari penjualan Windows juga mengalami penurunan sebesar 39%, sementara pemasukan dari konten dan layanan Xbox turun 12%.
Tidak hanya itu, pemasukan dari sektor perangkat juga ikut turun 39%, karena pemasukan dari penjualan Surface tidak besar selama musim liburan di akhir 2022 lalu.
Namun di sisi lain, bisnis intelligent cloud misalnya, naik 18% secara year over year mencapai USD 21,5 miliar. Maka tak aneh jika Microsoft berani berinvestasi besar untuk bisnis ini.
Baca juga: Google PHK 12 Ribu Pegawai Secara Global |
Microsoft berani menyuntikkan dana sebesar USD 10 miliar ke OpenAI, perusahaan pembuat ChatGPT. Mereka berencana menambahkan ChatGPT ke layanan Azure OpenAI-nya dalam waktu dekat, dan juga disebut akan mengintegrasikan teknologi chatbot AI itu ke dalam Bing, mesin pencari mereka.
"Performa kuat dari Azure yang merupakan bisnis cloud kunci Microsoft cukup melegakan di antara pelambatan di optimasi cloud, yang membuat harga saham naik. Investor teknologi bisa tenang karena melihat pelambatan di bisnis utama Microsoft tidak seburuk yang dibayangkan," kata Jesse Cohen, analis senior di Investing.com.
(edr/alk)