Mengenal Lebih Dekat Kereta Api di Sulsel, Teknologi-Rel Lebih Maju dari Jawa

Mengenal Lebih Dekat Kereta Api di Sulsel, Teknologi-Rel Lebih Maju dari Jawa

Urwatul Wutsqaa - detikSulsel
Rabu, 28 Sep 2022 12:30 WIB
Pengerjaan jalur kereta api pertama di Pulau Sulawesi terus digenjot. Begini penampakan terkininya.
Foto: Dok. Ditjen Perkeretaapian Kemenhub
Makassar -

Balai Kereta Api Sulawesi Selatan (Sulsel) akan mulai mengujicoba kereta api pertama di Sulawesi rute Maros-Barru sepanjang 71 kilometer. Kereta api yang dioperasikan di Sulsel ini memiliki teknologi terbaru jika dibandingkan dengan kereta api yang ada di Pulau Jawa, mulai dari bahan bakar, gerbong, hingga lebar rel.

Kadiv Humas Balai Kereta Api Sulsel (BPKA) Sulsel Hendry Mundan mengatakan perbedaan paling mendasar antara kereta api di Jawa dan Sulawesi terdapat pada lebar relnya. Kereta api di Sulsel menggunakan rel dengan lebar 1.435 milimeter, sementara kereta api di Jawa lebar relnya hanya 1.067 milimeter.

"Jadi perbedaan mendasar itu kalau di Jawa kan lebar relnya sendiri itu 1.067 milimeter. Kemudian kalau di Sulawesi ini kan pakai yang 1.435, jadi lebih lebar rel di Sulawesi ini," ujar Hendry saat berbincang dengan detikSulsel, Selasa (27/9/2022) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Hendry, lebar rel kereta api yang digunakan di Sulawesi sudah sesuai dengan standar internasional. Lebar rel juga disebut berpengaruh terhadap kecepatan laju kereta api nantinya.

"Kalau untuk perbedaannya, kita di sini kan sudah mengikuti standar internasional ya untuk lebar relnya sendiri. Aturan internasionalnya kan memang 1.435. Kalau semakin lebar relnya kan itu, kecepatan bisa lebih maksimal," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Untuk kereta api dengan lebar rel 1.435 milimeter dapat mencapai kecepatan laju maksimal kereta api bisa mencapai 160 km/jam. Sedangkan kecepatan maksimal kereta api dengan lebar rel 1.067 milimeter kecepatan maksimalnya hanya 120 km/jam.

Meskipun kecepatan maksimal kereta api di Sulsel mencapai 160 km/jam, Hendry menyebut laju kereta akan tetap mengikuti standar keamanan.

"Yang kita desain ini untuk di Sulawesi ini, untuk kecepatan maksimal itu 160km/jam, bisa sampai maksimal 160 km/jam," ungkapnya.

Dengan adanya perbedaan lebar rel, maka kereta yang digunakan pun akan berbeda. Hendry mengaku bahwa saat ini kereta api yang digunakan di Sulawesi adalah jenis kereta inspeksi yang dimodifikasi menjadi kereta penumpang.

"Relnya saja sudah lebar, berarti otomatis keretanya juga beda," kata Hendry.

"Keretanya sendiri untuk saat ini kita pakai jenis kereta inspeksi, jadi sebenarnya bukan kereta penumpang. Jadi, kereta inspeksi yang di modifikasi menjadi kereta penumpang," imbuhnya.

Simak halaman selanjutnya...

Menurut Hendry, kereta tersebut awalnya hanya bisa menampung sekitar 40 penumpang. Setelah dimodifikasi, kapasitas penumpang bisa mencapai 100 orang.

"Jadi yang awalnya itu cuma menampung sekitar 40an penumpang, itu kita modifikasi bisa menampung sekitar 100 penumpang," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa kereta yang telah dimodifikasi tersebut akan digunakan sementara untuk tahap awal dimulainya uji coba kereta api Sulawesi.

"Jadi untuk sementara kita menggunakan kereta inspeksi yang kita modifikasi. Sambil menunggu kereta yang memang khusus untuk kereta penumpang," jelasnya.

Selain perbedaan pada lebar rel dan jenis kereta, jenis bahan bakar yang digunakan kereta api di Sulawesi dan Jawa juga berbeda. Kereta api di Sulawesi menggunakan bahan bakar diesel, sedangkan kereta api di Jawa umumnya menggunakan listrik.

"Jadi kita sebenarnya pakai yang kereta api diesel, kalau di Jawa kan pakainya yang KRL ya, kereta api listrik, commuter line kan. Kalau di Sulsel itu pakai yang diesel," ujar Hendry.

Menurut Hendry, kereta api dengan bahan bakar diesel dinilai lebih efisien dan praktis. Kereta api listrik sendiri memerlukan pemasangan listrik aliran atas di sepanjang rel sebagai sumber energi.

"Kalau untuk efisiennya sih, ya kalau menurut saya pribadi lebih efisien yang diesel. Karena kan kalau listrik kita harus buat kayak semacam tiang listrik buat di atas, karena kan sepanjang rel itu harus ada aliran listriknya kalau KRL. Kalau diesel kan enggak perlu, karena kan dia sudah menggunakan teknologi diesel, jadi nggak perlu lagi pakai listrik aliran atas (LAA),"jelasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kolaborasi dengan KAI, Zaskia Mecca Bagi-bagi Hijab di Stasiun Gambir "
[Gambas:Video 20detik]
(urw/hmw)

Hide Ads