Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi.
Unhas Menembus Peta Global
Dalam satu dekade terakhir, Universitas Hasanuddin (Unhas) menegaskan dirinya bukan sekadar universitas unggulan kawasan timur Indonesia, tetapi juga institusi pendidikan tinggi yang kini menembus peta global. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., universitas ini mengalami transformasi strategis yang mencerminkan karakter kepemimpinan berbasis visi, kolaborasi, dan hasil nyata.
Capaian Unhas yang kini masuk dalam jajaran Top #951-1000 dunia versi QS World University Ranking (QS WUR) yang sebelumnya di posisi #1001-1200 serta menduduki posisi 201 versi QS Asia University Rangking 2025 yang sebelumnya di posisi 236 merupakan indikator kuat bahwa universitas ini sedang bergerak dalam orbit baru tata kelola pendidikan tinggi global. Peningkatan ranking internasional ini tidak terjadi secara kebetulan, tetapi hasil dari perencanaan sistematis, tata kelola akademik yang efisien, serta orientasi kuat pada impact-based research.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dokumen kertas kerja calon rektor, Prof. Jamaluddin menekankan pentingnya "menjadi universitas yang tidak hanya besar dalam angka, tetapi juga dalam makna." Prinsip ini menuntun arah kebijakan yang menyeimbangkan dua dimensi, yaitu keunggulan global dan kebermanfaatan lokal. Di sisi global, Unhas memperkuat reputasi akademik melalui peningkatan publikasi internasional bereputasi, kolaborasi riset dengan mitra luar negeri, serta partisipasi dalam jaringan universitas dunia. Di sisi lokal, Unhas berkomitmen menjaga jati diri sebagai universitas berbasis maritime continent - lembaga yang tumbuh dari, dan untuk, masyarakat Indonesia Timur.
Prestasi lain yang menegaskan kredibilitas global Unhas adalah keberhasilan meraih SNI Award kategori Emas selama dua tahun berturut-turut, suatu pengakuan terhadap konsistensi standar mutu lembaga. Selain itu, keberhasilan Unhas menjadi juara umum Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) menunjukkan bahwa transformasi yang terjadi tidak berhenti di ruang manajemen, tetapi menembus ruang kelas dan laboratorium. Dalam konteks ini, Prof. Jamaluddin Jompa menampilkan sosok pemimpin akademik yang tidak sekadar mengelola, tetapi menginspirasi.
Citra global Unhas yang semakin kuat secara simbolik memperkuat posisi Sulawesi Selatan dalam peta keilmuan nasional. Dalam beberapa forum internasional, nama Unhas kini disebut berdampingan dengan universitas ternama lain di Asia Tenggara. Reputasi ini tidak hanya menambah kebanggaan lokal, tetapi juga membuka peluang kemitraan riset lintas batas yang menguntungkan masyarakat di wilayah timur Indonesia.
Dengan demikian, kepemimpinan Prof. Jamaluddin Jompa dapat dikategorikan sebagai kepemimpinan transformatif berbasis hasil, di mana visi, kebijakan, dan capaian empiris saling berkelindan membentuk kredibilitas institusional. Unhas tidak hanya berhasil naik peringkat, tetapi juga membangun kepercayaan; kepercayaan publik, mitra akademik, dan tentu saja, kepercayaan dari warganya sendiri.
Prestasi Global dan Dampak Lokal
Salah satu ciri khas transformasi Unhas di bawah Prof. Jamaluddin Jompa adalah kemampuannya mengintegrasikan prestasi global dengan dampak lokal. Dalam berbagai dokumen resmi universitas, termasuk laporan capaian dan kertas kerja calon rektor, dijelaskan bagaimana orientasi global tidak diartikan sebagai westernisasi atau peniruan model luar, melainkan sebagai upaya memperkuat kapasitas lokal melalui jejaring global.
Di sektor riset, Unhas berhasil mendorong peningkatan signifikan jumlah publikasi internasional bereputasi dan penelitian kolaboratif lintas disiplin. Namun capaian tersebut diimbangi dengan relevansi lokal, riset-riset unggulan diarahkan pada bidang maritim, pangan, energi, kesehatan tropis, dan kebencanaan - isu-isu yang berakar langsung pada realitas masyarakat Indonesia Timur. Dengan demikian, ilmu pengetahuan tidak berjarak dari kebutuhan sosial, tetapi hadir sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat.
Konsep ini sejalan dengan paradigma "University for Society" yang menjadi salah satu tonggak pemikiran Prof. Jamaluddin Jompa. Dalam kerangka itu, universitas diposisikan bukan hanya sebagai menara gading, melainkan simpul kolaborasi antara akademisi, pemerintah, industri, dan komunitas lokal. Pendekatan ini menghasilkan inovasi sosial yang berkelanjutan - dari pengembangan teknologi kelautan untuk nelayan di Selayar, hingga proyek air bersih di pulau-pulau kecil yang dikerjakan oleh mahasiswa KKN-PPM Unhas.
Selain di bidang riset, dampak lokal juga terasa dalam aspek tata kelola dan pemberdayaan mahasiswa. Reformasi administrasi akademik berbasis digital mempermudah akses layanan dan transparansi, sementara peningkatan jumlah beasiswa dan program kewirausahaan mahasiswa membuka ruang bagi generasi muda untuk berkarya lebih luas.
Dari perspektif komunikasi, pencapaian-pencapaian ini memperkuat citra Unhas sebagai universitas yang bekerja, bukan hanya berbicara. Citra ini penting di tengah iklim pendidikan tinggi yang kompetitif, di mana reputasi lembaga ditentukan bukan hanya oleh angka ranking, tetapi juga oleh trust capital - kepercayaan publik bahwa universitas berperan nyata bagi masyarakatnya.
Lebih jauh, pengakuan nasional terhadap Unhas sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia menegaskan pentingnya peran simbolik kampus ini sebagai "representasi kemajuan luar Jawa."
Selain itu, kemenangan Unhas dua kali di Pimnas ke-37 tahun 2024 dan Pimnas ke-38 tahun 2025 adalah penanda kuat, bahwa supremasi riset dan inovasi mahasiswa beserta dosen pembimbingnya telah bergeser ke Timur Indonesia. Pertama kalinya dalam sejarah Pimnas, universitas di luar Jawa berhasil membawa piala juara umum ke luar Pulau jawa dua kali berturut-turut. Raihan ini bukan sekadar keunggulan budaya riset dan inovasi tetapi juga tentang kepemimpinan. Tim Unhas di bawah nakhoda Prof. JJ terbukti mampu mentransformasi Unhas menjadi research university dengan melakukan re-inventing kultur akademik dan kemahasiswaan yang beriorentasi science-based policy dan menjadikan riset sebagai jalan kebudayaan untuk terus berinovasi dalam menjawab tantangan zaman.
Dalam hal ini, Prof. Jamaluddin Jompa berhasil membangun narasi bahwa kemajuan universitas di Indonesia tidak harus terpusat di Pulau Jawa, melainkan dapat tumbuh kuat dari pinggiran, selama kepemimpinannya berakar pada kolaborasi dan keberlanjutan.
Inilah inti dari gaya kepemimpinan transformatif, mengubah tantangan menjadi peluang, mengubah potensi menjadi prestasi, dan mengubah capaian menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. Kepemimpinan yang menggerakkan, bukan sekadar mengarahkan. Kepemimpinan yang mendengar, bukan hanya berbicara.
Kepuasan Internal dan Legitimasi Kepemimpinan Akademik
Puncak legitimasi dari kepemimpinan transformasional Prof. Jamaluddin Jompa tercermin dalam hasil penyaringan Senat Akademik Unhas pada 3 November 2025, di mana beliau memperoleh 74 suara, mengungguli Prof. Budu yang hanya meraih 18 suara, dan Prof. Sukardi Weda yang memperoleh 1 suara. Hasil ini bukan semata soal kompetisi personal, melainkan cerminan tingkat kepuasan dan kepercayaan tinggi dari internal kampus terhadap kepemimpinan Prof. JJ selama lima tahun terakhir.
Dalam konteks politik kelembagaan, hasil ini memiliki makna yang dalam. Ia menunjukkan bahwa komunitas akademik - sebagai pemegang otoritas moral universitas - menilai kepemimpinan bukan dari popularitas eksternal, melainkan dari consistency of performance. Perolehan suara yang sangat dominan memperlihatkan bahwa mayoritas civitas academica Unhas menganggap arah kebijakan yang dijalankan Prof. Jamaluddin selama ini sudah berada di jalur yang tepat.
Kepemimpinan transformatif Prof. JJ ditandai oleh tiga ciri utama. Pertama, visi yang jelas dan komunikatif, tercermin dari arah kebijakan yang konsisten antara visi, misi, dan implementasi. Kedua, pendekatan kolaboratif, di mana keputusan strategis melibatkan berbagai unsur - dari dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, hingga mitra eksternal. Ketiga, orientasi hasil dan dampak, di mana setiap program memiliki ukuran keberhasilan yang dapat dievaluasi secara terbuka.
Kombinasi ketiga unsur ini menjelaskan mengapa tingkat kepercayaan terhadap Prof. JJ begitu tinggi. Ia tidak hanya dikenal sebagai pemimpin yang visioner, tetapi juga sebagai figur yang terbuka, komunikatif, dan mengedepankan transparansi. Budaya organisasi yang ia bangun menumbuhkan rasa kepemilikan di kalangan civitas akademika, sehingga keberhasilan universitas terasa sebagai keberhasilan bersama.
Kemenangan telak Prof. JJ juga memiliki pesan simbolik yang kuat. Ia menandakan bahwa komunitas akademik masih rasional dalam menilai kepemimpinan. Sementara opini publik di luar kampus kadang terpengaruh oleh narasi survei atau popularitas semu, para anggota Senat sebagai representasi akademik memilih berdasarkan rekam jejak, bukan citra. Dengan demikian, hasil penyaringan Senat memperkuat legitimasi moral dan intelektual kepemimpinan Prof. Jamaluddin Jompa.
Lebih dari itu, kemenangan tersebut mengirimkan pesan bahwa transformasi Unhas bukan hanya diterima, tetapi juga dimiliki oleh warganya. Mereka merasakan manfaat langsung dari tata kelola yang lebih transparan, layanan yang lebih efisien, serta reputasi yang meningkat di dunia internasional. Kepuasan internal ini adalah fondasi penting bagi keberlanjutan visi Unhas ke depan: menjadi universitas berkelas dunia yang tetap berakar pada nilai-nilai lokal dan kebangsaan.
Dalam tataran simbolik, dukungan 80% dari Senat Akademik saat penjaringan calon rektor dapat pula dibaca sebagai penegasan bahwa transformasi Unhas bukanlah karya individual, melainkan hasil dari sinergi kepemimpinan yang mampu menggerakkan potensi kolektif. Prof. Jamaluddin tidak menempatkan dirinya sebagai pusat, tetapi sebagai fasilitator perubahan. Ia memahami bahwa universitas tidak tumbuh dari satu pikiran besar, melainkan dari ribuan pikiran yang terhubung oleh tujuan bersama.
Oleh: Asratillah
(Direktur Profetik Institute)
(asm/nvl)











































