Nestapa Ibu Hamil Kehilangan Bayi Saat Dirujuk dari Pulau Terpencil Selayar

Nestapa Ibu Hamil Kehilangan Bayi Saat Dirujuk dari Pulau Terpencil Selayar

Tim detikSulsel - detikSulsel
Selasa, 29 Jul 2025 07:00 WIB
Ibu hamil dalam kondisi darurat dirujuk menggunakan perahu dari pulau terpencil menuju RSUD KH Hayyung, Kabupaten Kepulauan Selayar. Dokumen Istimewa
Foto: Ibu hamil dalam kondisi darurat dirujuk menggunakan perahu dari pulau terpencil menuju RSUD KH Hayyung, Kabupaten Kepulauan Selayar. Dokumen Istimewa
Kepulauan Selayar -

Seorang ibu hamil bernama Jumiati yang tinggal di pulau terpencil dirujuk dalam kondisi darurat ke RSUD KH Hayyung di daratan utama Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Namun tragis, bayi Jumiati meninggal dunia kendati dia telah berhasil tiba di rumah sakit rujukan.

Jumiati dirujuk menggunakan perahu dari pulau terpencil yakni Pustu Tarupa, Desa Tarupa, Kecamatan Taka Bonerate menuju RSUD KH Hayyung, Kelurahan Pubangun, Kecamatan Bontoharu, Jumat (25/7) pagi. Dia dirujuk setelah kondisi janinnya sudah masuk fase gawat.

Dalam video beredar, Jumiati tampak terbaring lemah di atas sebuah perahu kayu yang melaju di tengah gelombang laut. Dia didampingi oleh sejumlah keluarga dan seorang bidan dari Pustu Tarupa, Andi Adrah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlihat jelas Jumiati tidak bisa banyak bergerak. Sementara bidan Andi Adrah terlihat aktif memantau kondisi ibu hamil tersebut.

Andi Adrah mengatakan Jumiati dirujuk ke RSUD KH Hayyung karena usia kehamilan sudah melewati batas waktu persalinan. Menurutnya, Hari Perkiraan Lahir (HPL) sebenarnya diperkirakan pada 13 Juli 2025.

ADVERTISEMENT

"Usia kandungannya sudah lewat. Masuk 40 minggu. Tafsiran sebenarnya itu dia 13 Juli (HPL-nya)," ujar bidan Andi Adrah kepada detikSulsel, Senin (28/7/2025).

Adrah mengungkapkan bayi yang dikandung Jumiati sempat terdeteksi masih hidup saat tiba di rumah sakit. Namun kondisinya tidak stabil hingga akhirnya dinyatakan telah meninggal dunia.

"Konfirmasi waktu sampai di rumah sakit, dari bidan di sana, janinnya masih hidup. Cuma kondisinya sudah naik turun denyut jantungnya," ucapnya.

Kini, Jumiati masih dalam masa pemulihan pascaoperasi. Adapun bayinya dikuburkan pada hari yang sama usai dinyatakan meninggal.

Bupati Selayar Keluhkan Fasilitas RSUD-Minta Bantuan ke Pusat

Bupati Kepulauan Selayar M Natsir Ali turut buka suara soal peristiwa yang dialami oleh Jumiati. Natsir Ali menyinggung fasilitas di rumah sakit daerahnya memang terbatas sehingga pasien seringkali terpaksa lanjut dirujuk ke rumah sakit di Makassar.

"Itu masyarakat di pulau-pulau itu, kan, berharap mereka dirujuk ke Benteng, Selayar, ada penanganan. Ini sampai di Benteng (daratan utama Selayar), kami dengan peralatan terbatas, fasilitas terbatas, biasanya tidak mampu lagi menjawab ini harapannya masyarakat. Jadi, harus lagi dirujuk ke Makassar," ujar Natsir kepada detikSulsel, Senin (28/7).

Menurut Natsir, Kepulauan Selayar tidak bisa disamakan dengan kabupaten/kota di Sulsel yang hanya membutuhkan satu kali rujukan ke Makassar. Jarak tempuh dari pulau-pulau terluar menuju RSUD KH Hayyung saja bisa mencapai 20 jam.

"Selayar ini beda dengan daratan yang ada di Sulawesi. Mereka (daerah lain), kan, cuma satu kali dirujuk ke Makassar. Kami ini dari pulau terluar ada 20 jam, 16 jam, ke Benteng itu berharap dapat pelayanan maksimal. Tapi, ternyata tidak," katanya.

RSUD KH Hayyung yang berstatus rumah sakit tipe C dinilai belum mampu menangani kasus penyakit serius seperti jantung dan stroke. Natsir berharap pemerintah pusat membantu meningkatkan fasilitas rumah sakit tersebut.

"Kami harapkan pemerintah pusat dalam hal ini kementerian memberikan perhatian lebih, tidak sama perhatian RS kabupaten yang ada di daratan Sulawesi dengan kami di Selayar. Masalahnya itu tadi, 2 kali dirujuk," ucapnya.

Natsir mengaku sudah menjalin komunikasi dengan Prof Abdul Kadir, tokoh asal Selayar yang kini menjabat Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan dan mantan Dirjen Yankes Kemenkes. Dia meminta bantuan agar dapat difasilitasi bertemu dengan pejabat kementerian terkait.

"Saya hubungi Prof Kadir. Saya minta bantu, beliau sampaikan, 'Iya, siapkan dokumennya apa semua. Termasuk penyakit-penyakit yang tidak bisa ditangani di Selayar'. Beliau mau bantu mempertemukan dengan Dirjen-nya," bebernya.

Natsir juga menyoroti minimnya fasilitas kesehatan di pulau-pulau. Dia menyebut hanya ada Puskesmas dan pustu (Puskesmas pembantu), tanpa alat dan layanan memadai.

"Tidak ada. Kan, cuma Pustu, cuma Puskesmas, yang ada di desa. Jadi, memang harus rujuk ke daratan," sebutnya.




(hmw/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads