Selle bertemu Agam di kediamannya di Kota Makassar pada Minggu (13/7) sekitar pukul 20.00 Wita. Selle dan Agam berdiskusi mengenai banyak hal karena sudah lama tak bertemu.
"Sejak kecil kelihatan itu bakatnya waktu pertama kali kami masuk di Antang. Ucok (nama lain Agam) karakternya dia bisa menjadi anak buah, dan juga bisa menjadi leader," kata Selle kepada detikSulsel, Senin (14/7/2025).
Dia juga mengenang Agam sebelum berangkat ke Rinjani datang berpamitan untuk merantau. Agam pun dinilainya membuktikan dirinya bisa mengharumkan nama bangsa Indonesia.
"Sebelum berangkat ke Rinjani, Ucok sempat datang pamit merantau ke Rinjani. Saya sedih sekaligus tenang bisa melepasnya. Setelah muncul melakukan kegiatan kemanusiaan saya salut dan bangga Ucok bisa melakukan kebaikan bagi bangsa dan negara," ujar Selle.
Selle pun yakin Agam Rinjani bisa menjadi orang yang lebih bermanfaat. Dia mendoakan Agam bisa selalu melakukan hal-hal baik di mana saja.
"Sebaik-baik hamba Allah bisa bermanfaat bagi sesamanya. Insyaallah Ucok ke depan akan terus melakukan hal-hal baik di mana pun berada," sambung Selle.
Sementara itu, Agam yang lahir di Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar pada 22 Desember 1988 mengatakan rumah dahulu berdekatan dengan TPA. Dia mengaku mengikuti Selle ketika mendirikan sebuah yayasan bernama Yayasan Pabbata Ummi (Yaptau).
"Saat Kak Selle dirikan yayasan (Yaptau) saya ikuti pertama kali. Saat itu saya masih kelas 4 SD sering datang di rumah kami di TPA Antang untuk melakukan pendampingan," ujar Agam.
Agam pun mengaku cukup dengan Selle. Bahkan ia menganggap Selle sebagai keluarganya sendiri.
"Memang dari kecil saya sama beliau (Selle), dan tinggal di rumahnya selama 6 tahun. Kak Selle ini sudah saya anggap kakakku sendiri, kadang sebagai bapakku juga," sebut Agam.
(asm/ata)