- Bacaan Niat Puasa Syawal
- Tata Cara Puasa Syawal 1. Berniat 2. Sahur 3. Berpuasa 4. Menyegerakan berbuka
- Ketentuan Pelaksanaan Puasa Syawal 1. Puasa Syawal Berturut-turut 2. Puasa Syawal Tidak Harus Berturut-turut 3. Puasa Syawal Tidak Boleh Setelah Lebaran 4. Tidak Boleh Puasa Syawal Jika Ada Hutang Puasa
- Keutamaan Puasa Syawal
Puasa Syawal merupakan salah satu amalan sunnah bagi umat muslim. Ibadah puasa ini dilakukan selama 6 hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Mengutip buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun oleh Ust Abdul Faqih Ahmad Abdul Wahid, berpuasa di bulan Syawal sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Umat muslim yang melaksanakan puasa sunnah ini akan mendapatkan keutamaan seolah berpuasa setahun penuh.
Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka seolah ia telah berpuasa setahun penuh." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nah, berikut ini penjelasan mengenai bacaan niat puasa Syawal, tata cara, serta keistimewaannya. Yuk, disimak!
Bacaan Niat Puasa Syawal
Dikutip dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebelum melaksanakan puasa Syawal perlu untuk membaca niatnya terlebih dahulu. Bagi detikers yang ingin mengerjakan puasa Syawal, berikut bacaan niatnya:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ سُنَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin an sittatin min syawwalin lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku berniat berpuasa sunnah enam hari bulan Syawwal karena Allah Ta'ala."
Tata Cara Puasa Syawal
Tata cara puasa Syawal pada dasarnya sama saja dengan puasa lainnya. Dikutip buku "Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa" yang ditulis oleh Nursolikhin, berikut ini tata cara berpuasa:
1. Berniat
Membaca niat di malam hari, yaitu setelah terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar. Artinya, niat puasa dapat dibaca pada malam hari ataupun ketika sahur.
Namun, waktu utama yang disarankan untuk berniat puasa adalah awal malam atau setelah tarawih. Hal ini agar seseorang yang tidak sempat bangun sahur tetap dapat menjalankan puasa dengan tenang karena telah berniat di malam hari.
2. Sahur
Setelah membaca niat puasa, umat Islam kemudian melakukan sahur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
"Sahurlah kalian, maka sesungguhnya dalam sahur itu ada berkahnya." (HR. Bukhari Muslim).
3. Berpuasa
Saat tiba waktu imsak, maka puasa Syawal siap untuk dimulai. Artinya, sudah tidak diperbolehkan untuk makan dan minum, serta mengerjakan hal lain yang dapat menyebabkan batalnya puasa.
4. Menyegerakan berbuka
Jika telah tiba waktu berbuka, maka disunnahkan bagi umat muslim yang mengerjakan puasa Syawal untuk menyegerakan berbuka. Rasulullah SAW bersabda:
"Allah SWT telah berfirman, 'Hamba-hamba-Ku yang lebih aku cintai ialah mereka yang paling segera berbukanya.'" (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Ketentuan Pelaksanaan Puasa Syawal
Mengutip dari buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah oleh Siti Zumratus Sa'adah dan buku 12 Amalan Mulia Sepanjang Tahun karya Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Ada tiga pandangan berbeda di kalangan ulama mengenai pelaksanaan puasa Syawal. Untuk lebih memahami ketentuannya, berikut penjelasan yang diambil dari buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah karya Siti Zumratus Sa'adah serta 12 Amalan Mulia Sepanjang Tahun oleh Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny:
1. Puasa Syawal Berturut-turut
Imam Asy-Syafi'i dan Ibnu Mubarak berpendapat bahwa puasa enam hari di bulan Syawal dikerjakan secara berturut-turut. Pendapat ini didasarkan pada hadits dari Abu Hurairah yang diangkat kepada Nabi Muhammad SAW,
"Barang siapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri secara berturut-turut, maka seakan-akan telah berpuasa selama setahun penuh." (HR Ath-Thabarani)
2. Puasa Syawal Tidak Harus Berturut-turut
Puasa Syawal tidak disyaratkan untuk dikerjakan secara berturut-turut selama enam hari. Puasa ini juga tidak harus langsung dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri.
Jika seseorang telah berpuasa selama enam hari di bulan Syawal, maka dia telah memperoleh keutamaan puasa Syawal.
3. Puasa Syawal Tidak Boleh Setelah Lebaran
Ma'mar dan Abdurrazaq berpendapat bahwa puasa Syawal tidak boleh dikerjakan secara langsung setelah Hari Raya Idul Fitri. Sebab, hari-hari tersebut adalah hari makan dan minum.
Puasa Syawal selama enam hari ini pun dikerjakan pada tiga hari sebelum dan setelah Ayyamul Bidh, yaitu pada tanggal 10, 11, 12, 16, 17, 18 Syawal 1446 H/2025 M. Namun Ibnu Rajab menilai pendapat ini adalah syadz.
Mengutip laman muslim.or.id, istilah syadz dalam ilmu hadits adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul (diterima) yang menyelisihi yang lain yang lebih utama. Adapun syadz di sisi para ulama fikih diartikan sebagai menyelisihi pendapat mayoritas ulama.
4. Tidak Boleh Puasa Syawal Jika Ada Hutang Puasa
Alim ulama berpendapat bahwa seseorang tidak akan mendapatkan pahala puasa enam hari Syawal, jika masih memiliki hutang puasa. Hal ini dikarenakan ibadah wajib harus didahulukan daripada yang sunnah.
Seseorang yang memulai puasa Syawal padahal belum meng-qadha puasa Ramadhannya, maka tidak akan mendapatkan pahala puasa setahun. Keutamaan puasa enam hari Syawal hanya diberikan kepada orang-orang yang telah menyempurnakan puasa Ramadhannya.
Oleh karena itu, lebih baik mengganti puasa Ramadhan di bulan Syawal, kemudian menyambungnya dengan puasa enam hari Syawal. Agar mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh.
Keutamaan Puasa Syawal
Ust Abdul Faqih Ahmad Abdul Wahid dalam buku berjudul Kalender Ibadah Sepanjang Tahun menjelaskan bahwa berpuasa di bulan Syawal memiliki beberapa keutamaan dan keistimewaan bagi yang melaksanakannya.
Berikut ini beberapa keutamaan Puasa Syawal :
- Pertama, berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan dapat menyempurnakan pahala berpuasa selama setahun penuh.
- Kedua, puasa Syawal dapat menyempurnakan kekurangan dan cacat yang ada dalam amalan wajib, seperti puasa Ramadhan.
- Ketiga, membiasakan berpuasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Sebab, jika Allah SWT menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan memberi taufik pada amalan shalih selanjutnya.
Hal ini sebagaimana pendapat sebagian ulama salaf, "Balasan dari amal kebaikan adalah amal kebaikan selanjutnya. Barang siapa melaksanakan kebaikan, lalu ia melanjutkan dengan kebaikan selanjutnya, maka itulah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula orang yang melaksanakan kebaikan, lalu dilanjutkan dengan melakukan kejelekan, maka inilah tanda ditolaknya atau tidak diterimanya amal kebaikan yang telah dilakukan."
Demikianlah ulasan mengenai niat puasa Syawal. Semoga membantu, ya!
(urw/urw)