- Puisi Hari Ibu 1. Sajak Ibu 2. Ibu 3. Syair untuk Ibu 4. Malaikat Tak Bersayap 5. Pernah Aku Ditegur 6. Sajak Ibunda 7. Cinta Ibu 8. Setetes Air Mata 9. Ketika Ibu Pergi 10. Lembut, Sayup, Tua Renta 11. Jendela 12. Bait Sajak untuk Ibu 13. Cinta Seorang Ibu 14. Ibu Malaikatku 15. Kesunyian Ibu 16. Catatan Terima Kasih 17. Surau-surau yang Kubangun, Ibu 18. Surat untuk Ibu 19. Kepada Ibu 20. Ibu 21. Ibu dan Misteri 22. Tak Terhingga 23. Alamat Ibu 24. Cuma Ibu yang Tahu 25. Aku Memanggil Namamu 26. Bunda Air Mata 27. Ibu 28. Jangan Takut Ibu 29. Surat dari Ibu 30. Ibu 31. Ibu Super 32. Ibu 33. Untuk Ibuku Tercinta 34. Ibuku Dehulu 35. Ibu 36. Ibu Adalah Pahlawan Sejati 37. Ibu 38. Bidadari Pergi Tak Berpamit 39. Ibu Matahariku 40. Eufoni Hati 41. Setitik Rindu untuk Ibu 42. Pahlawan Pertama
Hari Ibu menjadi momen yang tepat bagi para anak untuk menyampaikan kasih sayang dan penghargaan kepada sang ibu. Peringatan Hari Ibu ini bertujuan untuk menghormati dan menghargai perjuangan para perempuan Indonesia dalam kemajuan bangsa.
Di Indonesia, Hari Ibu merupakan momen penting yang diperingati setiap 22 Desember. Tahun ini, momen tersebut telah memasuki peringatan yang ke-96 tahun.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memperingati momen istimewa tersebut yaitu dengan menulis atau membacakan puisi yang menyentuh hati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai referensi, berikut kumpulan puisi tentang Hari Ibu yang telah dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.
Yuk disimak!
Puisi Hari Ibu
1. Sajak Ibu
Karya: Wiji Thukul
Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
Yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan
Dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
Mengubah rasa sayur murah
Jadi sedap
Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
Kasih sayang ibu
Adalah kilau sinar kegaiban tuhan
Membangkitkan haru insan
Dengan kebajikan
Ibu mengenalkan aku kepada tuhan
2. Ibu
Karya: Khalil Gibran
Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan
Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan
Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati, yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti
Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok Ibu
Matahari adalah Ibu dari planet bumi, yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya
Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari, sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak
Di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai
Dan bumi adalah Ibu dari pepohonan dan bunga-bungaan menjadi Ibu yang baik, bagi buah-buahan dan biji-bijian
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta
Selamat Hari Ibu
3. Syair untuk Ibu
Karya: Amelia Zelianti
Ibu setiap rintikkan air matamu
Menyadarkan diriku atas perbuatanku
Pengorbanan yang telah kau berikan untukku
Selalu ku kenang sepanjang hidupku
Di bawah redupnya pelita malam
Ku rebahkan kepalaku di pangkuanmu
Aku merasakan hati yang penuh ketenangan
Lewat belaian hangat tangan halusmu
Ibu, Kau lah jantung dan hatiku
Darahmu mengalir deras di tubuhku
Semua tentang lukamu terikat di batinku
Kutuliskan syair ini untukmu ibu
Dengan bait yang langsung terhubung denganmu
Dihiasi oleh goresan pena yang indah
Syair ini akan selalu mewarnai hidupmu
4. Malaikat Tak Bersayap
Karya: Angelia Arum Arizana
Bidasan dirgantara menodong sebuah mata tua
Menaruh aksentuasi pada Wanita yang memarut muka
Turut larat membeliak dedikasi kepada putra putrinya
Memeras keringat dan senantiasa mengurut dada
Sudah serasa bahara yang teramat biasa bagi dirinya
Durjana dunia telah menyulih resistansi raga
Menguruk cua menjadi kentara derana
yang menyatukan kalbu
Melegar profesi menyerak sang pembela barga
Tanpa basa basi mencerap sumbu menggebu-gebu
Dia laksana pelita pada ketaksaan jiwa
Senandungnya abadi merajai hari gembira
Sosoknya mampu memberus sorotan seluruh pemirsa
Tertawan segala kiprah yang kejat berjibaku
Malaikat tak bersayap, ku panggil ia dengan sebutan ibu
5. Pernah Aku Ditegur
Karya: Chairil Anwar
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu.....
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu.....
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun.....
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu....
Ibu....
Aku sayang padamu.....Tuhanku....Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya.....
6. Sajak Ibunda
Karya: WS. Rendra
Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan
Istri adalah makanan utama, pacar adalah lauk-pauk, namun Ibu adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan
Wajahnya adalah langit senja kala.
Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.
Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku.
Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.
Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku, aku pun ingat kamu juga punya ibu.
Aku jabat tanganmu, aku peluk kamu di dalam persahabatan.
7. Cinta Ibu
Karya: KH A Mustofa Bisri
Seorang ibu mendekap anaknya
Yang durhaka saat sekarat
Air matanya menetes-netes di wajah
Yang gelap dan pucat
Anaknya yang sejak di rahim diharap
Harapkan menjadi cahaya
Setidaknya dalam dirinya
dan berkata anakku jangan risaukan dosa-
Dosamu kepadaku sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
dan darah
Terdengar desis mirip upaya sia-sia
Sebelum semuanya terpaku kaku
8. Setetes Air Mata
Karya: Hanim Fatmawati Madiun
Setetes air mata seorang ibu
Gejolak hati yang seakan akan ingin menjerit
Air mata terus mengalir
Membasahi kedua pipinya
Yang sangat lembut
Di malam yang sunyi gelap gurita
Kedinginan yang berada di tubuhnya
Hati yang terluka terhanyut dalam kesedihan
Seorang ibu terus Meneteskan air mata
Dan ia mulai bertanya
Kepada seorang anak
Ia mulai mengucapkan
Kata-kata dengan lisan
Mulutnya seakan akan ingin marah
Penderitaan yang dirasakan
Ia mulai berbaring
Dan meneteskan air mata
Apa yang ia rasakan
Dan mulai merenung dan diam
Tanpa kata-kata
9. Ketika Ibu Pergi
Karya: Handry TM
Ketika ibu pergi, seisi rumah sepi
Kami bertemu di ruang tamu, di dapur,
Di kamar tidur, di ruang aku belajar
Selalu ibu bertanya tentang apa
Yang kudapat hari ini
Ibu adalah teman di mana kami
Saling berbagi, saling memberi
Kami adalah anak-anak yang lahir
Oleh waktu yang keliru
Kadang ibu sering bertanya tentang
Siapa yang kelak terlebih dahulu
Meninggalkan rumah ini:
Ayah terlebih dahulu, ibu kemudian
Ataukah anak-anaknya ?
Hanya air mata yang menetes setiap
Mengingat pertanyaan itu
Membayangkan orang tua pergi
Satu persatu
Tapi tidak berarti seperti itu
Tuhan pun boleh saja memanggil
Kami, anak-anak yang belum lama
Tinggal di dunia untuk menghadap-Nya
Dan kini, ketika ibu pergi
Rumah ini memberi pelajaran besar
Tentang arti kehilangan tadi
Ibu, lekaslah pulang
Aku ingin memelukmu
10. Lembut, Sayup, Tua Renta
Karya: Endah Megawati
Kala mata terbuka
Kala hati menitikkan air mata
Kala dunia menghujat dan menghina
Tapi kau akan selalu datang membela
Tak jarang pula aku menyuruhmu tanpa rasa malu
Menambah beban mu yang gak sedikitpun aku bantu
Membentak mu dengan mimik kesal ku
Hanya karena sepasang baju yang belum sempat dilipat untuk sekolahku
Apa harus dengan kehilangan mu aku akan tersadar?
Apa harus dengan membiarkanmu tergeletak di lantai aku akan mengerti?
Apa harus dengan melihat mu tak lagi di sisi aku akan berubah?
Aku tak sanggup lagi, walau hanya menghayal sendiri
11. Jendela
Karya: Joko Pinurbo
Di jendela tercinta ia duduk-duduk
bersama anaknya yang sedang beranjak dewasa.
Mereka ayun-ayunkan kaki, berbincang, bernyanyi
dan setiap mereka ayunkan kaki
tubuh kenangan serasa bergoyang ke kanan dan kiri.
Mereka memandang takjub ke seberang,
melihat bulan menggelinding di gigir tebing,
meluncur ke jeram sungai yang dalam, byuuurrr....
Sesaat mereka membisu.
Gigil malam mencengkeram bahu.
"Rasanya pernah kudengar suara byuuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu."
"Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram hatiku,"
timpal si ibu sembari memungut sehelai angin
yang terselip di leher baju.
Di rumah itu mereka tinggal berdua.
Bertiga dengan waktu. Berempat dengan buku.
Berlima dengan televisi. Bersendiri dengan puisi.
"Suatu hari aku dan Ibu pasti tak bisa bersama."
"Tapi kita tak akan pernah berpisah, bukan?
Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma."
Selepas tengah malam mereka pulang ke ranjang
dan membiarkan jendela tetap terbuka.
Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,
menerangi tidur mereka yang bersahaja
seperti doa yang tak banyak meminta.
12. Bait Sajak untuk Ibu
Karya: Kusnan
Tetes-tetes darah, keringat, dan air matamu
Cukup sudah menorehkan
Prasasti-prasasti indah di hidupku
Menggenapi di setiap celah ruang dan waktu
Gumam doa tulus nan sederhanamu
Jua, keriput di kening untuk menata asa
Demi anak-anakmu
Telah menjadi saksi
Pada hamparan permadani indah beranda surga
Akhirnya
Maafkan bila belum sempurna baktiku padamu
Saat renta usia menjemputmu... ibu, maafkan kami anak-anakmu
Selamat jalan ibu
Merengkuh jalan panjang menuju haribaan-Nya
Tuhan semesta jagad raya
Yakinlah suatu saat bersama takdir, nanti
Kita akan tersenyum bersama semerbak harum surga
Amin
13. Cinta Seorang Ibu
Karya: Helen Steiner
Cinta seorang Ibu adalah sesuatu yang berarti
yang tidak ada yang bisa menjelaskan
Cinta seorang Ibu terbuat dari pengabdian yang mendalam
dan pengorbanan dari rasa sakit,
Cinta seorang Ibu tidak ada habisnya dan tidak egois
dan bertahan apa pun yang terjadi,
Karena tidak ada yang bisa menghancurkannya
atau mengambil cinta itu pergi,
Cinta seorang Ibu sabar dan pemaaf
ketika semua orang lain meninggalkan,
Dan cinta seorang Ibu tidak pernah gagal atau terputus-putus
meski hati sedang patah,
Dan cinta seorang Ibu bersinar dengan segala keindahannya
dari permata yang paling langka dan paling cemerlang,
Ini jauh melampaui definisi,
Cinta seorang Ibu menentang semua penjelasan,
Dan itu masih menjadi rahasia
seperti misteri penciptaan,
Banyak keajaiban yang luar biasa
manusia tidak bisa mengerti
Dan bukti menakjubkan lainnya
dari tangan penuntun Tuhan yang lembut.
14. Ibu Malaikatku
Karya: Mosdalifah
Ibu...
Disini kutulis cerita tentangmu
Nafas yang tak pernah terjerat dusta
Tekad yang tak koyak oleh masa
Seberapapun sakitnya kau tetap penuh
Ibu...
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak pikirkan lelahmu
Kau terus berjalan diantara duri-duri
Ibu...
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
Ibu..
Kau lah malaikatku
Penyembuh luka dalam kepedihan
Penghapus dahaga akan kasih sayang
Sampai kapanpun itu..
Aku akan tetap mencintaimu..
Ibu, malaikatku.
15. Kesunyian Ibu
Karya: Denza Perdana
Ibu
Dahinya adalah jejak sujud yang panjang
Perjalanan waktu membekas di pelupuk matanya
Derai air mata di pipinya telah mengering
Tanpa sisa, tanpa ada yang menduga
Ia memilih jalan sunyi untuk bertanya
Hiruk pikuk untuk tersenyum di beranda derita
Menjerit saat lelap berkuasa
Berdoa bukan untuk dirinya
16. Catatan Terima Kasih
Karya Lang Leav
Kamu telah memberitahuku
Semua hal
Aku perlu mendengar
Sebelum aku tahu,
Aku perlu mendengar mereka
Agar tidak takut dari semua hal
Aku pernah takut,
Sebelum aku tahu
Aku seharusnya tidak takut pada mereka
17. Surau-surau yang Kubangun, Ibu
Karya: Hafney Maulana
Surau-surau yang kau bangun Ibu
Mengalir bersama darah dari sungging
Senyum bahagiamu
Dari tempat itu, ku kayuh bidukku
Memburu zikir tahmid dan tahlil
Ibu, sebatang alif yang kau suapkan dulu
Ibu, azan dalam suraumu
Jadi tongkat penepis ombak yang menjilat jejak
Jadi palu pemecah matahari yang membakar hari
Ibu, di surau-suraumu
Aku mengutip-ngutip waktu
18. Surat untuk Ibu
Karya: Joko Pinurbo
Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu.
Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya
yang keliru. Nantilah, jika pekerjaan demo
sudah kelar, saya sempatkan pulang sebentar.
Oh ya, Ibu masih ingat Bambang, 'kan?
Itu teman sekolah saya yang dulu sering numpang
makan dan tidur di rumah kita. Saya baru saja
bentrok dengannya gara-gara urusan politik
dan uang. Beginilah Jakarta, Bu, bisa mengubah
kawan menjadi lawan, lawan menjadi kawan.
Semoga Ibu selalu sehat bahagia bersama penyakit
yang menyayangi Ibu. Jangan khawatirkan
keadaan saya. Saya akan normal-normal saja.
Sudah beberapa kali saya mencoba meralat
nasib saya dan syukurlah saya masih dinaungi
kewarasan. Kalaupun saya dilanda sakit
atau bingung, saya tak akan memberi tahu Ibu.
Selamat Natal, Bu. Semoga hatimu yang merdu
berdentang nyaring dan malam damaimu
diberkati hujan. Sungkem buat Bapak di kuburan.
19. Kepada Ibu
Karya: Rafina Yumma Syafiqa
Kata ibu, kami sama-sama
Berpeluk di rahimnya
Saat berada di kedua tangannya
Kami sedang berebut susunya
Kami berburu bintang paling terang
Bersama menyusim anak tangga
Memetik kejora
Kemudian kami letakkan di pangkuan ibu
Duh, ibu mengapa kau teteskan air mata haru?
Entah untukku, kau, atau kami
20. Ibu
Karya: Lola Ridge
Cintamu bagaikan cahaya bulan
yang mengubah hal-hal kasar menjadi keindahan,
sehingga jiwa-jiwa kecil
yang masam saling memantulkan secara miring
seperti di cermin yang retak. . .
melihat dalam rohmu yang bercahaya
pantulan mereka sendiri,
berubah rupa seperti aliran air yang bersinar,
dan mencintaimu apa adanya.
Kamu bukanlah gambaran dalam pikiranku,
melainkan sebuah kilau.
Aku melihatmu dalam kilauan
pucat seperti cahaya bintang di dinding abu-abu. . .
cepat berlalu dari ingatan bagaikan pantulan angsa putih
yang berkilauan di air pecah.
21. Ibu dan Misteri
Karya: Jonna Fuchs
Bu, cintamu adalah sebuah misteri:
Bagaimana kamu bisa melakukan itu semua?
Ibu selalu ada di sana dan memperbaiki hal dengan sempurna
Untuk masalahku, besar dan kecil.
Cintamu melindungiku hari demi hari,
Jadi aku tidak takut, aku aman dan sehat.
Aku merasa bisa melakukan apa saja
Kapan pun ibu ada.
Ibu, cintamu adalah sebuah misteri,
Aku tidak punya petunjuk
Mengapa kamu mencintaiku sepanjang waktu,
Tapi saya sangat senang kamu melakukannya!
22. Tak Terhingga
Karya: Najwa Futhana Ramadhani
Aku menangis
Air mata ini jatuh membasahi bumi
Aku menangis
Menyadari,
Aku selalu egois
Tangisku tak mengubah segalanya
Tangisku tak dapat mengubah isi hatinya
Aku menyesal
Karena perbuatan ku
Aku menyesal
Atas segala kesalahanku
Kini ...
Tinggal ku duduk menyendiri
Menunggu jawaban hidup ini
Akhirnya kusadari
Dia telah pergi
Ke pelukan Illahi
Walau telah tiada
Segala cinta
Segala kasih sayangnya
Akan selalu membekas di hatiku
Oh, Ibu ...
23. Alamat Ibu
Karya: Isbedy Stiawan ZS
Jika aku jauh berjalan
Dan lupa rumah ibu
Maka selalu kuingat
Pohon yang kau tanam
Di depan rumah sebelah kanan
Meski ku maklumi
Tak setiap waktu
Pohon itu berbunga
dan berbuah
Aku akan menandainya
Dengan mencecap rasa
Atau berteduh di bawahnya
Menghitung daun yang gugur
Mengingat uzur
Matahari selepas zuhur
Jika kau laut
Aku sudah seberangi
Dalamnya, dan melewati
Pulau pulau-benua benua
Meski aku maklum
Tak setiap waktu
Aku bisa lelap
Dalam ombakmu
dan berlayar...
Aku akan menerimanya
Seperti kurindu cintamu
Yang merekatkan layar
Ke lambung perahu ini
Bagiku menitipkan usia
Di telapak kakimu
Muara surga
Jika aku jauh berjalan
Lupa pulang ke hatimu
Tempat pohon-pohon berbunga
Dan laut tumbuhkan benua
Tetaplah senyummu melambai
sebagai mercusuar
Bagi para pelayar
Maka aku tak pernah tersasar
Karena sejauh anak pergi
Dan lalai jalan pulang
Kau akan mengingatkan
Perantau agar kembali
Demikian ibu
Selalu mencahayakan
Alamat.
24. Cuma Ibu yang Tahu
Karya: Khofifah Indar Parawansa
Saat Ibu baru saja memejamkan mata
pecahlah tangisan si kecil dengan nyaringnya
dalam keadaan mengantuk, anak pun harus digendong sepenuh cinta
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Saat lapar melanda, terbayang makanan enak di atas meja
ketika suapan pertama, anak pup di celana
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Saat badan sudah lelah tak ada tenaga
ingin segera mandi menghilangkan penat yang ada
mumpung anak-anak sedang anteng di kamarnya
Belum sempat sabunan, anak sudah nangis berantem rebutan boneka
Kacaulah acara mandi Ibu, langsung handukan walau daki masih menempel dibadannya
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Saat Ibu ingin beribadah dengan khusuknya
anak-anak mulai mencari perhatian
menarik-narik mukena, mengacak-ngacak lemari baju mumpung lbu tak berdaya
Loncat sana loncat sini, punggung Ibu jadi pelana.
Belum juga beres doa, anak-anak semakin berkuasa
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Aaah
Di balik kerepotan itu semua, namun ada jua syurga didalamnya.
Cuma Ibu yang tahu lezatnya makna senyuman anak yang diberikan
pelukan anak
Ucapan cinta anak yang tampak sederhana dihadapan orang, namun berubah menjadi intan permata dimata Ibu
Itulah mengapa
Saat anak bahagia, Ibu menangis
Anak berprestasi, Ibu menangis
Anak tidur lelap, Ibu menangis
Anak pergi jauh, Ibu menangis
Anak menikah, Ibu menangis
Anak wisuda TK aja, Ibu menangis
Anak tampil dipanggung, Ibu menangis
Aah....
inikah tangis bahagia yang tak akan dapat dimiliki siapapun jua
jika engkau tak mengalaminya sendiri sebagai Ibu
mungkinkah ini bagian dari surga milikNya yang diberikan kepada seluruh Ibu, sebuah cinta yang begitu lezatnya dirasa
Dan akhirnya saya percaya dimana ada kerasnya perjuangan Ibu di dalam rumah
maka disitu akan hadir cahaya surga yang menemani Ibu yang tak kalah indahnya
Jika hari ini engkau menangis karena repotnya mengasuh anak
maka akan ada hari dimana engkau akan tersenyum paling manis karena kebaikan yang hadir bersamanya
Selamat menyambut Hari Ibu esok hari 22 Des
Salam buat seluruh Ibu-Ibu
Dimanapun berada
25. Aku Memanggil Namamu
Karya: Dimas Arika Mihardja
Setiap debur rindu, aku memanggil namamu dengan gigil bahasa kalbu:
Ibu Bagaimana bisa aku, bagaimana bisa aku mengubur wajah cerah penuh gairah mencinta?
Ibu, Jika riak menjadi ombak dan ombak menggelombangkan rasa sayang
Kupanggil sepenuh sepenuh gigil hanya namamu. Saat sampan dan perahu melaju
Di tengah cuaca tak menentu engkaulah bandar, tempat nyaman bagai sampan
Bersandar sebab di matamu ada mercusuar berbinar.
Jalan terjal berliku adalah lekuk tubuh ibu yang mengajarkan kesabaran
Rindang pohon di sepanjang tulang mengingatkan hangat dekap di dadamu
Deru lalu lintas jalanan, rambu-rambu dan simpang
Lampu adalah nasihat yang selalu mengobarkan semangat berjihad.
Aku memanggil namamu, Ibu
Sebab waktu tak lelah mengasuh dan membasuh peluh
Aku memanggil namamu, Ibu
Sebab segala lagu, sebab segala lugu mengombak di bibirmu
Aku selalu memanggil dan memanggil namamu:
Ibu!
26. Bunda Air Mata
Karya: Emha Ainun Najib
Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kali pun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis,
para malaikat menjelma butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda
membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu
27. Ibu
Karya: Kusumo
Kasihmu tiada tara, sungguh besar sekali
Tak pernah ku mendengar keluhanmu
Setiap saat hanya cinta yang engkau berikan
Senyumanmu indah menyejukkan hati
Ibu...
Kau berikan perhatian penuh untuk kebaikan
Tak peduli hujan, panas, pagi, siang, sore, malam
Belaian hangat tanganmu terasa nyaman sekali
Teruslah mengasihiku, menyayangiku
Ibu...
Terima kasih untukmu, yang penuh kesabaran
Merawat, membesarkan, dengan ketulusan
Tak sanggup rasanya membalas kebaikanmu
Terlalu besar, banyak, tak terhitung jumlahnya
Doamu ibu, selalu kunantikan
Kuingin restumu menyertaiku
Doaku untukmu ibu
Semoga bahagia selalu
28. Jangan Takut Ibu
Karya: WS Rendra
Matahari musti terbit.
Matahari musti terbenam.
Melewati hari-hari yang fana
Ada kanker payudara, ada encok,
dan ada uban.
Ada Gubernur sarapan bangkai buruh pabrik,
Bupati mengunyah aspal,
Anak-anak sekolah dijadikan bonsai.
Jangan takut, Ibu !
Kita harus bertahan.
Karena ketakutan
meningkatkan penindasan.
Manusia musti lahir.
Manusia musti mati.
Di antara kelahiran dan kematian
bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki,
serdadu-serdadu Jepang memenggal kepala patriot-patriot Asia,
Ku Klux Klan membakar gereja orang Negro,
Teroris Amerika meledakkan bom di Oklahoma
Memanggang orangtua, ibu-ibu dan bayi-bayi,
di Miami turis Eropa dirampok dan dibunuh,
serdadu inggris membantai para pemuda di Irlandia,
orang Irlandia meledakkan bom di London yang tidak aman
Jangan takut, Ibu !
Jangan mau digertak
Jangan mau di ancam
Karena ketakutan meningkatkan penjajahan
Sungai waktu
menghanyutkan keluh-kesah mimpi yang meranggas.
Keringat bumi yang menyangga peradaban insan
menjadi uranium dan mercury.
Tetapi jangan takut, Ibu
Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati
Rasi Bima Sakti berzikir di dahi
Aku cium tanganmu, Ibu !
Rahim dam susumu adalah persemaian harapan
Kekuatan ajaib insan
Dari Zaman ke Zaman
29. Surat dari Ibu
Karya: Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinar daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
30. Ibu
Karya: KH. Mustofa Bisri
Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah Kawah dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi yang tergetar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain berenang dan menyelam
Kaulah Ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku
Kaulah ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak sorga di telapak kakimu
31. Ibu Super
Karya: Joanna Fuchs
Ibu, kamu adalah ibu yang luar biasa,
Begitu lembut, namun begitu kuat.
Banyak cara yang kamu tunjukkan bahwa kamu peduli
Ibu sabar saat aku melakukan kesalahan;
Ibu memberikan bimbingan ketika aku bertanya;
Tampaknya kamu dapat melakukan hampir semua hal;
Ibu adalah master dari setiap tugas.
Ibu adalah sumber kenyamanan yang dapat diandalkan;
Ibu adalah bantalku saat aku jatuh.
Ibu membantu di saat-saat sulit;
Ibu mendukungku setiap kali aku menelepon.
Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu;
Ibu memiliki rasa hormatku sepenuhnya.
Jika aku memiliki pilihan,
Ibu akan menjadi orang yang aku pilih!
32. Ibu
Karya: D Zamawi Imron
Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daun pun gugur bersama reranting
Hanya mata air air matamu, ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila aku merantau
Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku disini
Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti
Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahu
Engkau ibu dan aku anakmu
33. Untuk Ibuku Tercinta
Karya: Agus Suarsono
Ku ingin,
Menghirup hawa yang kau hirup
Melangkah,
Di tempatmu melangkah
Berteduh,
Di tempatmu berteduh
Dan terlelap di atas pangkuanmu
Ibu...
Ku cuma inginkan selalu bersamamu
Sepanjang waktuku..
34. Ibuku Dehulu
Karya: Amir Hamzah
Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata aku pun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku
Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau;
ibu, bapa, kekasih pula berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.
35. Ibu
Karya: Taufiq Ismail
Ibu
Di balik punggungku
Sinaran harumu
Teramat jai
Nyaris melahirkan
Tak dengar
Dibalik bumi kau, ibu
kuat apa kita bisa?
36. Ibu Adalah Pahlawan Sejati
Karya: Taufiq Ismail
Hari Ibu bukan hanya bulan Desember
Tuluskan hati untuk memberikan penghormatan, kasih sayang, dan kepatuhan kepada Ibunda tercinta.
Setia berbakti dengan tulus ikhlas
Perempuan itu adalah Ibu
Di hatinya ada mata air
Mengalirkan kasih sayang
Perempuan adalah lilin kehidupan
Di matanya ada cahaya
Menyorotkan cinta
Perempuan adalah gunung
Tegak menjulang
Menyiratkan ketabahan
Dengan tangis ia menyapa bulan
Dengan senyum ia menatap matahari
Dengan cinta ia memetik bunga-bunga
Dengan rindu ia melagukan kenangan
Dengan tabah ia menunggu
Ibu, di antara hamparan mutiara
Engkau adalah mutiara paling kemilau
Ibu, di tengah kelap-kelip cahaya
Engkau membawa sinar yang lebih terang
Ibu, bila ada badai dan gelombang
Engkau suguhkan teduh dan tentram
Ibu, bila tanda jasa harus disematkan
Engkau patut menerimanya
Ibu, begitu banyak sudah pahlawan bangsa
Bagi kami engkau adalah pahlawan sejati
37. Ibu
Karya: Sapardi Djoko Damono
Ibu,
sepatumu terlalu besar
untuk kaki ku.
Aku tumbuh tembus angin
serta air
seperti halnya cintamu
38. Bidadari Pergi Tak Berpamit
Karya: Della Puspita
Jerit kalbu memekik pilu
Duka selaksa kian terasa
Wajah berseri kini pucat pasi
Belai tangan takkan terasa lagi
Dalam sepi ku ratapi
Kasih pergi tanpa permisi
Terisak tangis tersembunyi
Bayang gelap pun menyelimuti
Kendati banyak mata mengasihani
Sosok putri kini seorang diri
Teringat pesan yang kau ajari
Ingatlah tuhan bahwa kau tak sendiri
Teruntuk segala hal yang kau torehkan
Kata yang tak sempat ku ucapkan
Terima kasih semesta 'telah menghadirkan
Bidadari terindah dalam kehidupan
39. Ibu Matahariku
Karya: Eni Safitri
Katanya alarm terbaik adalah Ibu
Katanya berkelus kesah ternyaman pada ibu
Katanya tak ada yang lebih dahsyat dari doa seorang Ibu
Faktanya tidak ada yang tidak benar dari semua itu
Ibu.....
Terimakasih karena yang sesungguhnya
Tanpamu aku bukanlah apa-apa
Tanpamu hidupku tak akan bermakna
Tanpamu duniaku tak ada artinya
Ibu....
Putri kecilmu yang dulu sangat manja
Kini keadaan telah memaksanya untuk dewasa
Belajar menjadi seperti Ibu
Memberikan segala pengorbanan hanya untukku
Ternyata aku belum mampu
Maafkanlah bu....
Terkadang hanya karena rutinitasku
Aku tak sempat mengatakan rindu
Ibu tetaplah menjadi matahariku
Selalu berperan penting dalam hidupku
40. Eufoni Hati
Karya: Ega Febrian Kurnia
Biarkan sekali ini ku berbisik
Alangkah indahnya hariku denganmu
Kala arunika menyerbak di kelopak mataku saat pertama kalinya...
Kau buai dengan tangan halus dan air mata Bahagia
Sesuatu yang indah dari anugerah-Nya
Kini langkah tak terasa...
Telah ada suara yang berbeda dari suara tangis itu...
Telah ada beban yang berbeda dari sekedar pangkuanmu dulu...
Dan telah ada pelukan hangat ketika kau sedang sendu...
Sungguh segalanya tak sepadan dengan ketegaranmu
Ibu
Ibu
Ibu
Kau lah awal dan akhir cinta pertamaku...
Sungguh, biarkan sua ini menyertai...
Bahwa aku sangat menyayangimu
41. Setitik Rindu untuk Ibu
Karya: Fuji Rahma Febriyanti
Tentang rasa yang tak pernah ku ungkap
Tentang hati yang terasa begitu pengap
Tentang lidah yang keluar tuk berucap
Tentang rindu yang masih menancap
Aku berusaha melangkah tanpa tuntunan mu
Aku kehilangan semangat tanpa kehadiran mu
Aku kecewa saat jauh darimu
Aku menangis pelan karena merindukan mu
Walau yang ku rasa kadang pilu
Walau hati terus menahan sendu
Walau tangis masih sering mengisi waktu
Walau rindu masih sering menyapa ku
Aku akan menanti dengan sabar
Membiarkan rasa penat itu menjalar
Menutup senja hingga membuka fajar
Sampai rindu berakhir dengan kabar
42. Pahlawan Pertama
Karya: Faakihudin Akhmad
Deraian berevolusi mengajarkan butiran arsih
Membentuk populasi mengundang cerita bersih
Melambung cerita indung fantasi bersimpuh sedih
Inspirasi termaktub insolven kuat bertanding gigih
Konstruktif membangun ufuk suar tiada berlebih
Memakan lahap suka duka habis tiada serpih
Ladang cinta kasih berbentuk madrasah tanpa berpilih
Naim membimbing relung pancur harap tidak pamrih
Nasehat elok bertentangan harapan bersorak sampai berbuih
Relevansi kuat menyambung sendi pamor alot terlatih
Pancang akhlak tanamkan anak lumur berjerih
Panduan dunia ibu melodramatis, biarkan ia tidak bersedih
Nah, itulah tadi kumpulan puisi Hari Ibu yang dapat detikers jadikan referensi. Semoga bermanfaat!
(urw/hsr)