Penyebab Salju Abadi di Pegunungan Jayawijaya Papua Tengah Menyusut Drastis

Papua Tengah

Penyebab Salju Abadi di Pegunungan Jayawijaya Papua Tengah Menyusut Drastis

Tim detikTravel - detikSulsel
Senin, 02 Des 2024 18:00 WIB
Danau di Pegunungan Jayawijaya
Foto: Pegunungan Jayawijaya. (Afif Farhan/detikcom)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap salju abadi di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah menyusut drastis. Ketebalan es di pegunungan tersebut kini hanya tersisa 4 meter.

Dilansir dari detikTravel, temuan itu terungkap berdasarkan pengukuran terhadap tongkat/stake yang ditanam di Puncak Sudirman Pegunungan Jayawijaya. Ketebalan es yang semakin berkurang terjadi sejak 2015 silam.

"Hal ini juga disebabkan oleh El Nino kuat yang terjadi pada saat itu," ungkap Koordinator Bidang Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG Donaldi Sukma Permana dalam keterangannya dikutip, Senin (2/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Donaldi mencatat ketebalan es di Pegunungan Jayawijaya pada 2010 lalu sebesar 32 meter. Angka kemudian menyusut menadi 5,6 meter pada media November 2015-Mei 2016.

"Terakhir ada 14 stake yang sudah tersingkap artinya ketebalan gletser diperkirakan tinggal empat meter," kata Donaldi.

ADVERTISEMENT

Hasil survei yang dilakukan BMKG pada November 2024 menunjukkan penurunan luas permukaan es sangat drastis di Puncak Sudirman. Luas es menyusut menjadi 0,11-0,16 kilometer persegi dari sebelumnya pada tahun 2022 luas es tercatat sekitar 0,23 kilometer persegi.

Penipisan ketebalan es dan dinamika cuaca menjadi tantangan tersendiri bagi tim survei gabungan antara BMKG bersama dengan PT Freeport Indonesia dalam melakukan pengukuran es pada puncak tertinggi ke tujuh di dunia itu.

Tim itu sebelumnya intens melakukan survei pengukuran sejak 2010 dengan dengan cara traking atau terbang menggunakan helikopter dan mendarat permukaan es. Namun sejak 2017, tim survei mengandalkan analisa gambar visual dan pengamatan keberadaan stake untuk mengukur ketebalan es.

"Tetapi survei ini akan terus kami lakukan untuk mendokumentasikan es di Papua yang sudah dalam tahap yang sulit untuk mempertahankannya lagi," tutur Donaldi.

Di satu sisi, pencairan es di Pegunungan Jayawijaya merupakan fenomena dari perubahan iklim yang membuat suhu bumi semakin panas. Situasi itu diperparah dengan kenaikan suhu secara drastis.

Data Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG mencatat, kenaikan suhu secara global melaju cepat mencapai 1,45 derajat celcius di atas suhu rata-raa masa pra-industri. Sementara di Indonesia, kenaikan suhu rata-rata 0,15 derajat celcius per 10 tahun.

Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG Albert C Nahas menambahkan, laju peningkatan ditemukan di wilayah Kalimantan, Sumatera bagian selatan, Jakarta dan sekitarnya, Sumatera bagian utara kemudian di Papua Pegunungan dan juga sebagian kecil Sulawesi.

Dari historis suhu ini, kata Albert, jika diproyeksikan ke depannya dengan penyederhanaan 0,15 derajat per 10 tahun maka di pertengahan abad 21 ini Indonesia sudah akan melampaui batas 1,5 derajat. Angka ini sering dijadikan ambang batas untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.




(sar/hmw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads