Sejarah Lengkap Pramuka Indonesia: Awal Mula Terbentuk dan Tokoh Pendirinya

Sejarah Lengkap Pramuka Indonesia: Awal Mula Terbentuk dan Tokoh Pendirinya

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Jumat, 09 Agu 2024 22:00 WIB
Ilustrasi Pramuka
Foto: Rengga Sancaya/detikcom
Makassar -

Praja Muda Karana (Pramuka) merupakan satu-satunya gerakan kepanduan yang berkembang di Indonesia. Gerakan ini sudah menjadi kegiatan ekstrakurikuler bahkan sejak bangku sekolah dasar (SD).

Gerakan kepanduan sendiri sudah ada di seluruh dunia jauh sebelum Pramuka muncul. Di setiap negara gerakan kepanduan memiliki nama dan sejarahnya masing-masing.

Di Tanah Air, gerakan kepanduan masuk jauh sebelum proklamasi kemerdekaan. Salah satu tokoh pendiri gerakan kepanduan nasional adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, karena itu ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah untuk mengetahui sejarah lengkap Pramuka Indonesia, berikut uraian selengkapnya mulai dari awal terbentuk hingga tokoh-tokoh pendirinya yang telah dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.

Yuk simak!

ADVERTISEMENT

Sejarah Pramuka Indonesia

Disadur dari laman resmi Museum Sumpah Pemuda Kemendikbud RI, akar berdirinya Pramuka di Indonesia terjadi pada 1912.

Pada masa itu, muncul gerakan kepanduan cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO). Kemudian pada 1916, NPO berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIVP).

Di tahun yang sama organisasi kepanduan lokal di Indonesia juga dibentuk pertama kali.

Organisasi kepanduan pertama ini dibentuk oleh Mangkunegara VII dengan nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).

Lahirnya JPO kemudian memicu gerakan nasional lainnya untuk membentuk organisasi serupa. Di antaranya Hizbul Wahton (HM), Jong Java Padvinderij (JJP), Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS), dan lain-lain.

Pada 1926, beberapa organisasi kepanduan di Indonesia pun mulai bersatu. Mereka bersatu menjadi satu kesatuan dengan nama Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO).

Menjamurnya organisasi kepanduan milik Indonesia membuat Belanda menetapkan suatu larangan. Yakni organisasi kepanduan di luar milik Belanda tidak boleh menggunakan kata 'Padvinder'.

Oleh karenanya, KH Agus Salim memperkenalkan istilah 'pandu' atau 'kepanduan' untuk organisasi milik Indonesia. Adapun apabila diterjemahkan dari bahasa Belanda, padvinder memiliki arti yang sama dengan 'pramuka'.

Pramuka Dilebur Jadi Satu Kesatuan

Sampai pada akhirnya di tanggal 23 Mei 1928 muncul Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI). Organisasi ini menjadi pelebur sejumlah organisasi kepanduan yakni INPO, SIAP, NATIPIJ, dan PPS.

Usai momen proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 28 Desember 1945 lahirlah kepanduan yang bersifat nasional. Organisasi kepanduan itu diberi nama Pandu Rakyat Indonesia.

Sayangnya, kala itu organisasi kepanduan di Indonesia sudah berjumlah ratusan. Maka dibentuklah beberapa federasi untuk menatanya.

Akan tetapi, konsep federasi ini belakangan disadari memiliki banyak kekurangan pada pelaksanaannya. Akhirnya dibentuklah Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO).

Pramuka Diperkenalkan Secara Resmi

Pada 1960, pemerintah dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) berupaya kembali membenahi organisasi kepanduan di Indonesia. Untuk itu, 9 Maret 1961 Presiden Soekarno pun mengumpulkan sejumlah tokoh agar organisasi kepanduan bisa diperbaharui.

Titik terang pramuka di Indonesia pun mulai terlihat. Ir Soekarno mengganti aktivitas pendidikan serta melebur seluruh organisasi kepanduan menjadi satu dengan nama Pramuka.

Setelahnya, Ir Soekarno membentuk panitia pembentukan gerakan pramuka yang terdiri dari Hamengkubuwono IX, Prof Prijono, Dr A Aziz Saleh, dan Achmadi. Mereka pun bersama-sama mendirikan Gerakan Pramuka di Indonesia yang dikenal hingga saat ini.

Peristiwa pembentukan panitia itu disebut sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka. Kepanitiaan itu, melahirkan keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Peristiwa keluarnya lampiran ini terjadi pada 20 Mei 1961 yang kemudian diperingati sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja.

Tidak lama setelahnya, pada 30 Juli 1961 seluruh tokoh kepanduan Indonesia berkumpul di Istora Senayan. Mereka menyatakan menggabungkan diri dalam organisasi Gerakan Pramuka. Peristiwa ini lantas disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.

Pada 14 Agustus 1961, digelarlah Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas). Majelis ini diketuai oleh Presiden Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakil ketua I dan Brigjen TNI Dr. A. Azis Saleh sebagai wakil ketua II.

Untuk memperkenalkan Gerakan Pramuka kepada masyarakat, di hari yang sama Ir Soekarno menyerahkan panji-panji pramuka kepada tokoh-tokoh terkait. Momen ini dihadiri dan disaksikan oleh ribuan anggota pramuka seluruh Indonesia.

Mengutip laman Kwarcab Cilegon, peristiwa tanggal 14 Agustus 1961 inilah yang kemudian diperingati sebagai Hari Pramuka. Peringatan tersebut dirayakan setiap tahunnya oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Profil Bapak Pramuka Indonesia

Gerakan Pramuka di Indonesia didirikan oleh beberapa tokoh nasional. Salah satunya yakni Hamengkubuwono IX yang disebut sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Melansir laman Pramuka Universitas Ahmad Dahlan, Hamengkubuwono IX lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912 dengan nama GRM Dorojatun. Pada 1930-an Hamengkubuwono IX berkuliah di Universiteit Leiden, Belanda.

Kemudian pada 18 Maret 1940, dirinya ditetapkan sebagai Sultan Yogyakarta dengan gelar "Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panotogomo Kholifatulloh Ingkang Kaping Songo".

Pada masa penjajahan, Hamengkubuwono IX menjadi salah satu tokoh yang mendorong Kemerdekaan Indonesia. Dia bahkan merupakan sosok yang mendorong pemerintah RI untuk memberikan gelar 'istimewa' pada Yogyakarta.

Sejak 1946 Hamengkubuwono IX beberapa kali menjabat sebagai menteri di kabinet Presiden Soekarno. Pada 1973, dirinya diangkat menjadi Wakil Presiden Indonesia.

Adapun jejak kepramukaannya sudah dilakukan sejak muda dengan aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan. Menjelang 1960-an, dia telah menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan).

Pada saat proses peleburan organisasi kepanduan di Indonesia, Ir Soekarno berulang kali berkonsultasi dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setelahnya ditetapkanlah secara resmi Gerakan Pramuka pada 1961.

Menukil laman Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Buleleng, usai momen penetapan itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun dinobatkan sebagai Ka Kwarnas (Ketua Kwartir Nasional) pertama. Dia menjabat selama empat periode berturut-turut dengan masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.

Berkat kontribusinya di bidang kepanduan, pada 1988 Sri Sultan Hamengkubuwono IX dikukuhkan dengan gelar Bapak Pramuka Indonesia. Momen itu terjadi pada Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka.

Prestasinya di bidang kepanduan pun terus berlanjut. Dia mendapatkan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement yakni 'Bronze Wolf Award' pada 1973.

Sebelumnya, pada 1972 Sri Sultan mendapatkan penghargaan Silver World Award dari Boy Scouts of America. Atas dedikasi dan prestasi itu, hari kelahirannya pada 12 April ditetapkan sebagai Hari Bapak Pramuka.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX menutup usia di Washington, DC, Amerika Serikat pada 2 Oktober 1988. Dia menghembuskan napas terakhir pada umur 76 tahun.

Demikianlah sejarah pramuka Indonesia lengkap dengan tokoh pendirinya. Semoga menambah wawasan!




(edr/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads