25 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus untuk Lomba, Singkat dan Menggelora

25 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus untuk Lomba, Singkat dan Menggelora

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Rabu, 07 Agu 2024 20:30 WIB
Ilustrasi anak membaca puisi atau syair
Foto: Getty Images/iStockphoto/photosvit
Makassar -

Hari Kemerdekaan Indonesia kerap dirayakan dengan berbagai kegiatan, salah satunya melalui lomba puisi. Lomba puisi menjadi salah satu cara membangkitkan rasa nasionalisme melalui karya sastra.

Lomba puisi untuk hari kemerdekaan umumnya mengusung tema pahlawan, perjuangan, dan bela negara. Teks puisinya sendiri ada yang dibuat sendiri maupun dari karya penyair terkenal.

Nah, bagi detikers yang hendak mengikuti lomba puisi berikut contoh puisi Kemerdekaan 17 Agustus untuk lomba yang singkat dan menyentuh hati. Yuk, disimak!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #1

Judul: Prajurit Jaga Malam
Oleh: Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

ADVERTISEMENT

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #2

Judul: Pejuang Kemerdekaan
Oleh: Rahmy Ardhy

Merah darahmu menggelora
Semangat juangmu membara
Tak pernah padam
Meski harus berkorban nyawa
Meski harus menderita
Kau telah memperjuangkan
Kemerdekaan Indonesia
Dengan perkasa
Dengan susah payah
Tanpa keluh kesah
Tak akan kami sia-siakan hasil
Perjuanganmu
Akan kami isi dengan membangun negeri
Agar Indonesia semakin mandiri.

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #3

Judul: Satu Kata Merdeka
Oleh: Ikbal Alimuddin

Kita semua adalah pejuang
Pejuang buat diri kita sendiri
Memperjuangkan masa depan
Layaknya para pahlawan kemerdekaan

Perjuangan memang tak semudah membalikkan telapak tangan
Karena di balik perjuangan ada kemerdekaan yang menanti untuk diraih
Inilah yang juga dilakukan oleh para pahlawan
Mereka memperjuangkan kemerdekaan dengan bercucuran keringat
Bertumpah darah
Mengerahkan seluruh jiwa dan raganya
Demi satu kata
"Merdeka"

Semangat perjuangan para pahlawan
Juga tertanam kuat di diri kita semua
Dalam meraih impian
Tidak semudah membalik telapak tangan
Butuh diterpa
Sampai titik darah penghabisan
Butuh berjuang
Demi satu kata
"Merdeka"

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #4

Judul: Dirgahayu Negeriku
Oleh: Joeti

Kami mencintaimu
Dengan ribuan gugusan
Pulau-pulaunya
Kami mencintaimu
Dengan jutaan
Keanekaragaman budayanya
Lahir di tanah ibu pertiwi
Dan akan tetap menjaga
Keindahan negeri
Hingga tulang belulang
Kami menyatu dengan
Tanah negeri ini

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #5

Judul: Kita adalah Pemilik Sah Negeri Ini
Oleh: Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku ?"

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya, inikah yang namanya merdeka

Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #6

Judul: Pahlawanku
Oleh: Reza Hidayat

Pahlawanku .....
Bagaimana aku bisa membalas jasa-jasamu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi
Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumuran darah
Haruskah aku tertembak peluru penjajah

Aku tak tahu cara untuk membalas jasamu
Engkau relakan nyawamu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin
Tak bisa kau raih dengan tanganmu sendiri
Pahlawanku ..... engkaulah bunga bangsa

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #7

Judul: Pengorbanan
Oleh: Siti Halimah

Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan jauh entah kemana
Bagaikan pungguk merindukan bulan
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Pagi yang menjadi malam
Bulan yang menjadi tahun
Sekian lama telah menanti
Dirinya tak jua lepas
Andai aku sang Ksatria
Aku pasti menyelamatkanya
Namun semua hanya mimpi
Dirinyalah yang harus berusaha
Untuk membawa pergi dari kegelapan abadi

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #8

Judul: Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
Oleh: W.S Rendra

Tuhanku,
Wajah-Mu membayang di kota terbakar
Dan firmanMu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
Adalah satu warna
Dosa dan nafasku
Adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan
Oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
Mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #9

Judul: Menatap Merah Putih
Oleh: Sapardi Djoko Darmono

Menatap merah putih
Melambai dan menari-nari di angkasa
Kibarannya telah banyak menelan korban nyawa dan harta benda

Berkibarnya merah putih
Yang menjulang tinggi di angkasa
Selalu teriring senandung lagu Indonesia Raya
Dan tetesan air mata

Dulu, ketika masa perjuangan pergerakan kemerdekaan
Untuk mengibarkan merah putih harus diawali dengan pertumpahan darah
Pejuang yang tak pernah merasa lelah untuk berteriak : Merdeka!

Menatap merah putih
Adalah perlawanan melawan angkara murka
Membinasakan penindas dari negeri tercinta Indonesia

Menatap merah putih
Adalah bergolaknya darah demi membela kebenaran dan azasi manusia
Menumpas segala penjajahan di atas bumi pertiwi

Menatap merah putih
Adalah kebebasan yang musti dijaga dan dibela
Kibarannya di angkasa raya
Berkibarlah terus merah putihku dalam kemenangan dan kedamaian

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #10

Judul: Hari Itu, Bangsaku Bahagia
Oleh: Asty Kusumadewi

Indonesia adalah negara kaya
Negara penuh budaya
Negara yang selalu jaya
Di setiap generasinya
Namun, ada kisah nyata di balik itu semua

Penjajahan di mana-mana
Perjuangan melawan penjajah durjana
Dengan semangat juang 45
Pertumpahan darah di tanah air
Saksi bisu perjuangan bangsa

Dengan satu keinginannya
Tekad kuat untuk merdeka!
Merdeka, merdeka, merdeka!

Hari itu bangsaku bahagia
17 Agustus 1945
Indonesia merdeka dari segala sengsara dan lara

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #11

Judul: Merdeka itu Mahal
Oleh: Ahza Purnama

Jika kau ingin bebas
Jika kau ingin tak terikat
Jika kau ingin tak tertekan
Jika kau ingin hidup damai
Berarti kau ingin merdeka kawan
Tapi apa yang kau buat
Apakah sudah berkorban
Apakah sudah juang
Apakah sudah perang
Atau hanya berpangku tangan kawan
Tahukah kau
Ribuan jiwa runtuh tertimbun
Untuk membebaskan pertiwi dari penjajah keji
Walau darah membanjiri raga kawan
Ingat merdeka itu mahal

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #12

Judul: Merdeka atau Mati
Oleh: Moh. Yamin

Darah di tanah tak bertuan menggenang
Ratusan nyawa melayang
Bergelimpangan di medan perang
Mengangkat panji kemenangan
Seorang pejuang berteriak lantang
Gagah berani memegang senjata lawan penjajah
Dua kata menjadi pilihan
Merdeka atau mati
Tubuh kekar dihujani peluru
Penuh lubang di sekujur tubuh
Darah bercucuran mereka tetap tegak berdiri
Sekali lagi lantangkan merdeka atau mati

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #13

Judul: Museum Perjuangan
Oleh: Kuntowijoyo

Susunan batu yang bulat bentuknya
Berdiri kukuh menjaga senapan tua
Peluru menggeletak di atas meja
Menanti putusan pengunjungnya.

Aku tahu sudah, di dalamnya
Tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
Terkubur kenangan dan impian
Aku tahu sudah, suatu kali
Ibu-ibu direnggut cintanya
Dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya
Senapan akan kembali berbunyi
Meneriakkan semboyan
Merdeka atau Mati.

Ingatlah, sesudah sebuah perang
Selalu pertempuran yang baru
Melawan dirimu.

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #14

Judul: Semangat Para Pahlawan
Oleh: Ayu Wulandari

Indonesia, engkaulah tanah airku
Tanah kelahiranku, tanah tumpah darahku
Di sanalah para pahlawan
Memperebutkan sang saka merah putih

Tanah airku Indonesiaku
Negeriku bukan hadiah para penjajah
Negeriku hasil jerih payah
Pengorbanan dan perjuangan para pahlawan

Dengan ombak darah di lautan
Wahai anak cucu di masa depan
Hargailah arti dari kemerdekaan
Karena perjuangan melawan penjajahan
Tidaklah semudah membalikkan telapak tangan

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #15

Judul: Kamilah yang Pantas Merdeka
Oleh: Annuquyah

17 Agustus kembali datang
Banyak sejarah, banyak pengorbanan, banyak peninggalan
Buku sejarah yang menceritakan
Museum yang mengabadikan

Inilah kami tidak takut gugur di medan perang
Tujuan kami bukan kematian melainkan kemerdekaan abadi
Wahai penjajah!
Kedatanganmu memberontak, merampas, mencaci maki dan menyiksa orang-orang tak berdosa

Entah mengapa kata putus asa
Tidak pernah tertulis dalam pendirian kami
Meskipun pada akhirnya kami jadi sejarah yang mungkin selamanya dikenang
Sebelum itu, darah menjadi minuman kami

Bunyi pistol menjadi syair di setiap derap langkah
Peluru menjadi makanan kami
Ada yang menembus tubuh memanggil kematian
Ada yang melintas, ada yang diam

Tumbuh menjadi pengorbanan
Kami dapatkan kemerdekaan yang kami impikan
Kamilah yang pantas merdeka

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #16

Judul: Hari Kemenangan Indonesia
Oleh: Ade Yulfani

Bukan begini negeriku dulu
Semua penuh darah, asap dan debu
Senapan mengeluarkan peluru
Dengan suara yang bergemuruh

Kini negara aman terjaga dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika
Berdiri dengan kokoh berlandaskan Pancasila
Terangkai dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945
Bebas tanpa terikat dengan Hak Asasi Manusia

Pada 17 Agustus 1945 benderaku tersenyum indah di cakrawala
Lewat perjuangan para pahlawan yang mengorbankan kata semangat juang penuh perkasa
Kini aku bangga menjadi anak Indonesia
Di hari ini adalah hari ulang tahun Indonesia merdeka

Kucoba mengingat ulang pelajaran tentang HUT RI yang tercinta
Karena cita-cita harus dilanjutkan oleh generasi muda bangsa
Bendera merah putih berkibar di bumi pertiwi yang merdeka
Tiada kata indah selain doa syukur atas nikmat dari yang Maha Esa
Kemenangan sejati kini semua rasakan indahnya

Indonesia merdeka jaya selamanya

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #17

Judul: Gugur
Oleh: W.S Rendra

Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua luka-luka di badannya
Bagai harimau tua susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu lima pemuda mengangkatnya di antaranya anaknya
Ia menolak dan tetap merangkak menuju kota kesayangannya

Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak maut pun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya, ia berkata:
Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.

Dan aku pun berasal dari tanah tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.

Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata:
Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu seorang cucuku akan menancapkan bajak di bumi tempatku berkubur kemudian akan ditanamnya benih dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
"Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya"

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #18

Judul: Kebebasan
Oleh: Yamin

Kebebasan memberi kesejukan di bumi pertiwi
Bebas tanpa jerit penindasan
Bebas dari deru keadaan

Kini anak manusia tersenyum bahagia
Problematika kemerdekaan telah lewat
Anak negeri mudah menggapai mimpi
Tak sekeras kerja rodi melelahkan diri

Kini kita telah bebas Bebas melindungi tanah air
Sudah berada di tempat yang berdaulat
Kita bisa satukan bangsa
Sampai Indonesia terus berjaya

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #19

Judul: Bela Negara
Oleh: Dilla Hardina Agustina

Kobar semangat terus membara
Menyulut asa tuk bela negara
Berkorban jiwa serta raga
Usir penjajah dari tanah air kita

Ratusan nyawa pahlawan telah melayang
Mereka dengan gagah berani berperang
Menebas ketidakadilan walau penuh rintang
Agar tak ada lagi rakyat yang terkekang

17 Agustus kita telah merdeka
Perjuangan para pahlawan tak sia-sia
Terluka parah bahkan hilang nyawa pun rela
Demi melihat generasinya hidup damai sentosa

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #20

Judul: Jakarta 17 Agustus Dini Hari
Oleh: Sitor Situmorang

Sederhana dan murni
Impian remaja
Hikmah kehidupan
BerNusa
BerBangsa
BerBahasa
Kewajaran napas
Dan degub jantung
Keserasian beralam
Dan bertujuan
Lama didambakan
Menjadi kenyataan
Wajar, bebas
Seperti embun
Seperti sinar Matahari
Menerangi bumi
Di hari pagi
Kemanusiaan
Indonesia Merdeka
17 Agustus 1945

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #21

Judul: Terima Kasih Pahlawan
Oleh: Rayhandi

Karena jasamu kita merdeka
Hidup di ujung barat hingga timur
Tanpa takut dan gugup yang membara

Kau rela mati demi kami
Kau rela miskin demi kami
Kau rela menderita demi kami

Untuk kami kau rela hancur
Berkatmu Indonesia bisa merdeka
Mengepak sayap melesat langit
Berkatmu Indonesia bisa jaya
Menembus zaman hingga canggih

Tak terbayang jika keberanian itu tak tumbuh di hati kalian
Tak terbayang jika kesabaran itu tak menyertai derita kalian
Tak terbayang jika semangat itu tak membakar bara kalian.

Kami anak muda kami bangsa Indonesia
Berterima kasih untuk jasa jasamu para pahlawan
Karena perjuangan yang luar biasa kalian
Indonesia bisa menikmati udara kemerdekaan.

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #22

Judul: Hari Kemerdekaan
Oleh: Sapardi Djoko Damono

Akhirnya tak terlawan olehku
Tumpah di mataku, dimata sahabat-sahabatku
Ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera
Bendera kebangsaanku

Aku menyerah kepada kebanggaan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal
Tanah dimana ku berpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu
Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Semat getir yang menikam berkali
Makin samar

Mencapai puncak ke pecahnya bunga api
Pecahnya kehidupan kegirangan
Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah
Memandangi tepian laut

Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #23

Judul: Saya Indonesia, Saya Pancasila
Oleh: Asty Kusumadewi

Merdeka harga mati!
Merdeka harga mati!
Merdeka harga mati!

Seruan panglima kepada anggotanya
Masih ingat bung Tomo dengan semangatnya
I Gusti Ngurah Rai dengan Puputan Margarana
Palagan Ambarawa dengan tumpah darahnya

Bekerja sama untuk tanah air kita Merdeka dari para penjajah durjana
17 Agustus 1945
Proklamasi dibacakan
Riuh tangis haru dikumandangkan

Jatuhnya Jepang dan merdekanya Negara Indonesia
Rumusan Pancasila tersusun secara nyata
Bukti jadi dasar Negara Indonesia
Lambang negara Bhineka Tunggal Ika

Saya Indonesia, Saya Pancasila

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #24

Judul: Indonesiaku
Oleh: Gufron Nawawi

Indonesiaku
Hari ini ulang tahunmu
Aku sangat bersukacita
Aku sangat gembira

Aku tak peduli tentang keadaanmu saat ini
Aku tak peduli tentang kesedihanmu hari ini
Aku tak peduli tentang korupsi para pejabat, narkotika, dan sebagainya
Aku tak peduli tentang apa pun yang terjadi padamu

Bukan karena aku tak sayang
Tapi aku hanya ingin merayakan hari ini bersamamu
Hari yang sakral
17 Agustus 1945

Kau merdeka!

Puisi Kemerdekaan 17 Agustus #25

Judul: Satu Kata "Merdeka"
Oleh: Yamin

Hingga detik ini
Darah tertumpah membanjiri persada
Ribuan nyawa melayang
Tulang belulang berserakan

Sebuah pengorbanan yang harus dibayar mahal
Demi terwujudnya kata
Merdeka

Jiwa gugur tak terhitung jumlahnya
Darah segar merasuk di sela-sela tanah air
Dengan bangga jasadmu tersenyum
Menyaksikan kemerdekaan negeri tercinta

Itulah kumpulan puisi kemerdekaan 17 Agustus yang bisa dijadikan referensi. Semoga bermanfaat!




(edr/edr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads