Pembacaan teks proklamasi menjadi titik balik dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Lantas, seperti apa isi teks proklamasi itu?
Pembacaan teks proklamasi menandai deklarasi resmi yang menunjukkan bahwa Indonesia telah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Mengutip laman Kemendikbud, teks proklamasi sebelumnya dirumuskan oleh tiga tokoh penting nasional, yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Naskah yang telah dituliskan Soekarno kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teks proklamasi hasil tulisan tangan oleh Soekarno disebut sebagai klad atau naskah asli. Sedangkan hasil ketikan Sayuti Melik disebut teks Proklamasi otentik atau naskah yang sudah direvisi.
Nah, bagi detikers yang ingin mengetahui perbedaan kedua naskah tersebut, berikut detikSulsel sajikan isi teks proklamasi sebelum dan setelah direvisi. Yuk, disimak!
Isi Teks Proklamasi
Isi teks proklamasi terdapat dua versi, yakni teks proklamasi asli tulisan tangan Bung Karno dan teks dari hasil ketikan Sayuti Melik. Meski naskah tersebut tidak berbeda jauh setelah direvisi, namun ada beberapa perbedaan penulisan dari Teks Proklamasi yang ditulis oleh Bung Karno dan yang diketik Sayuti Melik.
Berikut isi dari masing-masing teks proklamasi itu:
Isi Teks Proklamasi Tulisan Tangan Soekarno (Asli/Klad)
Mengutip buku "Atlas Sejarah Indonesia Berita Proklamasi Kemerdekaan" yang diterbitkan oleh Kemendikbud, berikut teks proklamasi asli sebelum diperbarui:
![]() |
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l, diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-'05
wakil2 bangsa Indonesia.
Isi Teks Proklamasi yang Diketik Sayuti Melik (Revisi/Otentik)
Selanjutnya, simak teks proklamasi berikut yang telah direvisi saat diketik oleh Sayuti Melik:
![]() |
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05.
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Sejarah Perumusan Teks Proklamasi
Masih melansir laman Kemendikbud, sejarah perumusan Pancasila diawali ketika sekutu menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Setelah kejadian pengeboman tersebut, pada tanggal 14 Agustus 1945 waktu Indonesia, akhirnya Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat pada sekutu.
Kabar menyerahnya Jepang terhadap sekutu ini dengan cepat tersebar melalui siaran Radio BBC milik Inggris. Golongan Muda Indonesia yang mengetahui kabar tersebut kemudian mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memanfaatkan situasi dengan menyatakan proklamasi.
Namun, dwitunggal menolak ide tersebut karena menganggap bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilakukan sebelum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jepang. Tak hanya dwitunggal, golongan tua juga berpendapat kalau lebih baik untuk menunggu sampai tanggal 24 Agustus (tanggal yang ditetapkan Marsekal Terauchi sebagai waktu kemerdekaan Indonesia).
Setelah penolakan tersebut, para golongan muda akhirnya membuat rencana untuk mengamankan Soekarno dan Hatta. Di bawah pimpinan Sukarni, Chairul Saleh, dan Wikana, para pemuda bersama Fatmawati dan Guntur kemudian membawa dwitunggal ke Rengasdengklok, Jawa Barat, dengan harapan keduanya mau menuruti keinginan golongan, muda.
Namun, rencana tak sesuai dengan harapan. Di tanggal 16 Agustus 1945, hingga sore hari ternyata mereka tidak mencapai kesepakatan apa pun.
Pada hari itu juga, Ahmad Soebardjo sebagai perwakilan golongan tua datang dan berusaha membujuk golongan muda untuk melepaskan dwitunggal. Soebardjo meyakinkan para pemuda tersebut dengan menjanjikan bahwa proklamasi akan terjadi pada esok hari.
Setelah bernegosiasi, golongan muda pun bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta. Malam itu juga, rombongan berangkat ke Jakarta untuk menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori No.1 untuk membahas tentang kemerdekaan Indonesia.
Setibanya di kediaman Laksamana Maeda, dijelaskanlah permasalahan dan informasi yang terjadi. Maeda yang mendengar hal itu kemudian mempersilakan ketiga tokoh nasional, yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo agar menemui Jenderal Moichiro Yamamoto (Kepala Pemerintah Jepang) untuk membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan.
Namun, setibanya di markas Gunseikan di kawasan Gambir, mereka bertiga mendapat jawaban yang mengecewakan. Hal ini dikarenakan Jenderal Nishimura yang mewakili Jenderal Moichiro Yamamoto melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang akan dilakukan. Mereka diharuskan menunggu Sekutu datang terlebih dahulu untuk keputusan lanjutnya.
Mendengar hal itu, ketiga tokoh bersepakat bahwa Jepang tidak bisa diharapkan lagi. Mereka harus segera merancang upaya apa pun untuk kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi mulai disusun oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo. Mereka menyusun teks tersebut di ruang makan Laksamada Maeda.
Naskah sebanyak dua alinea itu ditulis selama 2 jam. Setelah ditulis oleh Soekarno, teks proklamasi kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.
Tanpa butuh waktu lama, Sayuti Melik yang didampingi oleh B.M. Diah langsung mengetik naskah proklamasi itu. Setelah naskah direvisi dan selesai diketik, teks itu kemudian diserahkan kembali kepada Soekarno untuk ditandatangani.
Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, naskah proklamasi mulai dibacakan oleh Soekarno dan didampingi Mohammad Hatta. Naskah itu dibacakan di halaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 dalam suasana khidmat (tenang).
Makna Pembacaan Teks Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia
Kembali dilansir dari buku "Atlas Sejarah Indonesia Berita Proklamasi Kemerdekaan", ada beberapa makna dari teks proklamasi ini, di antaranya:
1. Kesadaran Kebangsaan
Melalui pembacaan teks proklamasi ini memberikan banyak pelajaran bagi bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan dapat memberikan kesadaran kepada generasi penerus bahwa kemerdekaan harus dipertahankan oleh seluruh masyarakat.
Dengan demikian, melalui proklamasi kemerdekaan dapat membuat bangsa Indonesia untuk selalu bersatu untuk mengatasi tantangan dalam mengisi kemerdekaan. Para generasi penerus juga diharapkan dapat terus melanjutkan perjuangan.
2. Rela Berkorban
Penyebaran berita proklamasi adalah salah satu contoh nyata dari sikap rela berkorban yang patut ditiru oleh generasi penerus. Para pahlawan tanpa mengenal lelah dalam mempertahankan kemerdekaan, serta para pembawa berita yang menggunakan segala cara untuk menyebarluaskan informasi tersebut.
Meskipun saat itu adanya keterbatasan sarana dan prasarana transportasi, para penyebar berita tetap berjuang. Kerelaan mereka dalam menyampaikan berita proklamasi menunjukkan bahwa mereka mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa pengibaran bendera merah putih di daerah-daerah terpencil juga terjadi berkat peran para pembawa berita ini. Proklamasi kemerdekaan memberikan semangat dan harapan baru bagi bangsa Indonesia untuk berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah merdeka.
3. Cinta Tanah Air
Proklamasi adalah kebalikan dari penjajahan yang mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Kemerdekaan lahir dari kesadaran akan pentingnya mencintai dan menjaga kedaulatan negeri.
Maka dari itu, generasi penerus diharapkan mampu memahami semangat rela berkorban para pahlawan. Penjajahan yang mengeksploitasi kekayaan alam dan tenaga kerja menyebabkan keterbelakangan dan ketertinggalan. Sehingga menjadikan proklamasi kemerdekaan sebagai titik balik untuk mengubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik.
Nah, itulah tadi informasi tentang isi teks proklamasi yang ditulis Soekarno dan yang telah diketik Sayuti, serta sejarah perumusannya. Semoga menambah wawasandetikers,ya!
(edr/alk)