Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim) tidak akan mengevakuasi orang utan yang viral dinarasikan memiliki postur setinggi rumah di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Binatang yang aslinya memiliki tinggi 150 centimeter itu disebut masih memiliki habitat yang terjaga.
"Hutannya (habitat orang utan) pun masih bagus kondisinya," ungkap Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto kepada detikcom, Sabtu (20/7/2024).
Ari mengatakan orang utan tersebut hanya sesekali keluar dari hutan. Dalam rekaman video viral, orang utan itu disebut hendak memakan buah ceri yang pohonnya berada di depan rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi informasi masyarakat memang sesekali orang utan itu keluar dari kawasan hutan ke pinggir jalan dan ke pohon ceri itu, lalu kembali ke hutan lagi," ujarnya.
Dia melanjutkan, orang utan itu tidak jauh meninggalkan habitatnya. Ari kembali menegaskan bahwa orang utan akan kembali ke hutan jika sudah memakan buah ceri itu.
"Jadi hutannya pun masih bagus kondisinya. Jaraknya hutan ke pohon ceri dekat saja, 100 meter aja bisa terlihat," tambah Ari.
Ari membeberkan, orang utan juga berpotensi akan keluar dari hutan jika terjadi konflik sesama jenisnya. Dengan demikian, orang utan akan mencari lokasi yang baru.
"Jadi kalau misal saya kaji dari data yang kami miliki memang konflik itu sering terjadi dengan orang utan jantan dewasa itu hampir 80 orang utan jantan dewasa," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, BKSDA Kaltim memastikan lokasi orang utan yang viral dinarasikan setinggi rumah berada di wilayah Sangatta, Kutim. Hal itu berdasarkan hasil penelusuran di lokasi pada Kamis (11/7).
Ari memastikan tinggi orang utan cuma 150 centimeter. Namun karena pengaruh sudut pandang atau angle pengambilan video, orang utan itu terlihat setinggi dengan rumah warga.
"Jadi ini kan orang utan jantan dewasa, berdasarkan dari hasil wawancara dengan masyarakat posturnya dengan tinggi 150 cm dan berat kurang lebih 100 kg," terangnya.
Sementara terkait lokasi orang utan dalam video beredar tersebut, diakui merupakan kawasan tambang. Namun sebagian dari lokasi tersebut juga masih masuk kawasan hutan.
"Tidak serta merta di kawasan tambang. Tapi ada beberapa bagian juga tanaman sawit dan hutan," imbuh Ari.
(sar/asm)