Bulan Suro merupakan bulan yang dianggap sakral dalam penanggalan kalender Jawa. Lantas, kapan malam 1 Suro di tahun 2024?
Mengutip buku Misteri Bulan Suro karya Muhammad Sholikhin, bulan ini adalah sebutan untuk bulan Muharram dalam penanggalan Jawa. Kata Suro berasal dari bahasa Arab "Asyura" yang berarti sepuluh yang disandarkan pada 10 hari pertama bulan Muharram.
Di bulan ini, terdapat sejumlah tradisi serta larangan yang diyakini masyarakat khususnya terkait malam 1 Suro. Untuk mengetahui kapan malam 1 Suro 2024, simak penjelasannya di bawah ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapan Malam 1 Suro 2024?
Seperti penjelasan sebelumnya, bulan Suro merupakan sebutan bulan Muharram dalam kalender Jawa. Hanya saja, terdapat perbedaan antara penanggalan Jawa dan Hijriah.
Mengutip laman resmi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, akan ada perbedaan satu hari setiap 120 tahun sekali pada kedua sistem penanggalan tersebut.
Berdasarkan Kalender Jawa Indonesia 2024, tanggal 1 Suro bertepatan pada hari Senin Legi, 8 Juli 2024. Dengan demikian, malam 1 Suro jatuh pada hari Minggu, 7 Juli 2024.
Berbeda dengan kalender Hijriah yang diterbitkan Kementerian Agama, tanggal 1 Muharram jatuh pada tanggal 7 Juli 2024. Maka dari itu, malam 1 Muharram 1446 H bertepatan pada tanggal 6 Juli 2024.
Tradisi Malam 1 Suro
Bulan Suro sebagai bulan yang dianggap sakral tentunya terdapat beberapa tradisi yang dilaksanakan. Secara umum, hal ini bertujuan untuk mengharapkan berkah dari bulan ini.
Berikut beberapa macam tradisi pada bulan Suro:
1. Jenang Suran
Mengutip laman resmi Dinas Kebudayaan Yogyakarta, tradisi Jenang Suran dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas kemudahan menjalani hidup selama satu tahun penuh.
Biasanya menjelang malam 1 Suro, para abdi dalem juru kunci melaksanakan Jenang Suran di Pelataran Kompleks Makam Raja-raja Mataram Kotagede, Yogyakarta.
Tradisi ini berisi pemanjatan doa-doa atau tahlilan di kompleks makam kerajaan. Namun sebelum itu, para abdi dalem akan melakukan prosesi berupa arak-arakan ubo rampe yang terdiri dari jenang suran, tumpeng nasi kuning, sayur kari kubis, serta ingkung ayam kampung.
Setelah itu, acara dilanjut dengan melantunkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta zikir dan doa di depan pintu gerbang utama makam dari Panembahan Senopati.
Di akhir tradisi ini, para abdi dalem akan membagikan Jenang Suran kepada masyarakat yang mengikuti prosesi dari awal hingga akhir. Sebagian masyarakat menganggap jenang yang dibagikan sebagai berkah dalam menyambut malam 1 Suro.
2. Ngumbah Keris
Mengutip skripsi Tradisi Ritual Ngumbah Keris pada Malam Satu Suro di Lingkungan I Kelurahan Kuala Silo Bestari Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjung Balai, Ngumbah Keris adalah tradisi mencuci keris di bulan Suro.
Masyarakat Jawa sering melakukan tradisi Ngumbah keris dikarenakan mereka percaya keris yang dimiliki bisa membantu kehidupan keseharian mereka.
Tradisi ini diyakini masyarakat Jawa karena dianggap bisa menjaga diri dan keluarga dari gangguan roh-roh jahat. Keris ini juga dipercaya dapat menjauhkan mereka dari musibah dan membantu untuk menyembuhkan dari penyakit.
3. Kebo Bule
Kebo bule merupakan tradisi mengumpulkan kawanan kerbau untuk mengawal pusaka Keraton Solo yang dikirab pada malam 1 Suro. Tradisi ini menjadi pembuka kirab pada bulan tersebut.
Mengutip jurnal Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, berjudul Fenomena Kebo Bule Kyai Slamet dalam Kirab 1 Suro Keraton Kasunanan Surakarta, kebo bule melambangkan keselamatan masyarakat Jawa yang identik dengan simbol-simbol sebagai sarana permohonan atau doa kepada Tuhan.
Kerbau dalam tradisi ini merupakan bentuk pewarisan dari satu kerajaan yang lebih tua ke kerajaan setelahnya. Kerbau ini juga sudah digunakan sejak jaman Hindu.
Larangan Malam 1 Suro
Sebagai malam yang sakral dan keramat, terdapat beberapa hal yang dilarang dilakukan ketika memasuki malam 1 Suro. Berikut beberapa larangan pada malam 1 Suro yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Larangan Menggelar Hajatan
Masih melansir dari buku Misteri Bulan Suro karya Muhammad Sholikhin, bulan tersebut adalah bulan yang dianggap mulia dan agung yang sepenuhnya milik Allah SWT.
Pelaksanaan hajatan di bulan Suro bukan karena merupakan suatu hal bahaya. Namun, bulan ini dianggap terlalu mulia bagi manusia biasa melaksanakan hajatan.
Maka dari itu, masyarakat Jawa meyakini saking mulianya bulan ini maka tidak dianjurkan untuk melaksanakan hajatan karena berkaitan dengan keinginan manusia.
2. Larangan Menggelar Pernikahan
Sama seperti poin sebelumnya, menggelar pernikahan juga tidak dianjurkan ketika malam 1 Suro. Melansir dari Jurnal Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, berjudul Adat Larangan Menikah di Bulan Suro Dalam Perspektif Urf karya Zainul Ula Syaifudin, larangan untuk menikah di bulan itu ada karena masyarakat Jawa tidak ingin ada yang bersenang-senang di bulan tersebut.
Dengan tidak menggelar pernikahan di bulan Suro, hal dianggap sebagai simbol penghormatan atas peristiwa yang terjadi terhadap keluarga Nabi Muhammad SAW. Saat bulan Suro atau Muharram terdapat 72 anak keturunan Nabi SAW yang dibantai atas perintah Khalifah Yazid bi Muáwiyah.
3. Larangan Keluar Rumah
Dikutip dari Jurnal Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, berjudul Tradisi Malam Satu Suro dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat, mayoritas masyarakat Jawa masih menganggap bulan Suro adalah bulan yang penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib.
Hal inilah yang membuat beberapa orang juga masih mempercayai dengan berbagai macam mitos yang pantang untuk dilanggar, seperti larangan keluar rumah dan juga larangan untuk pesta pernikahan.
Namun, larangan ini justru bertentangan dengan tradisi yang ada. Karena tradisi tersebut mengharuskan orang untuk keluar dari rumah.
Demikiankah ulasan mengenai kapan malam 1 Suro 2024 lengkap dengan tradisi serta larangannya. Semoga bermanfaat, detikers!
(edr/alk)