25 Puisi Hari Pendidikan Nasional untuk Anak SD-SMA yang Menyentuh

25 Puisi Hari Pendidikan Nasional untuk Anak SD-SMA yang Menyentuh

St. Fatimah - detikSulsel
Kamis, 02 Mei 2024 10:53 WIB
Ilustrasi puisi cinta
Ilustrasi puisi (Foto: Getty Images/iStockphoto/ultramarinfoto)
Makassar -

Membaca puisi menjadi salah satu cara menarik untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional 2024. Terdapat sejumlah puisi Hari Pendidikan Nasional yang dapat detikers bacakan di bawah ini.

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap 2 Mei di Indonesia. Peringatan ini menjadi momen untuk merayakan pentingnya pendidikan dalam memajukan bangsa.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyemarakkan peringatan ini. Salah satunya dengan cara membacakan puisi dengan tema pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, berikut ini sejumlah puisi tentang Pendidikan yang dapat detikers bacakan.Yuk, disimak!

1. Napas Wangi Sang Pencerah

Karya: Fadliansyah, S.E.I.

ADVERTISEMENT

Setitik embun yang jatuh di dedaunan
Ketika surya pagi tertawa menyinari bumi
Sebongkah harapan dari sang pencerah
Demi kemajuan anak bangsa

Wahai sang pencerah
Kau datang dari kejauhan
Berpuluh-puluh kilometer langkah kaki kau ayunkan
Demi mencerdaskan anak bangsa

Wahai Sang pencerah, kau hanya bisa memandangi kami
ketika kami berbuat salah.
Dengan bijak, perlahan-lahan suaramu sayup-sayup
terdengar di telinga kami
Mau nasehati kami dengan kata-katamu yang halus dan bijak

Wahai sang pencerah, hidupmu jauh dari kata
sejahtera
Rumahmu beralaskan tanah
Atapnya beratapkan langit
Dindingnya berdindingkan bambu
Tapi engkau tak menghiraukan semua itu,
Yang kau pikirkan
Bagaimana mencerdaskan anak bangsa

Hidup kami hampa, tanpa ilmu pengetahuan yang kau berikan
Hidup kami tandus, tanpa kata-katamu yang halus dan bijak
Pilihan kami kosong, tanpa ide-idemu yang cemerlang
Kami tidak punya pegangan dalam hidup

Kaulah yang memberikan arah tujuan dalam hidup
Kau selalu mengajari kami tentang kebaikan
Dengan kata-katamu yang bijak, engkau mengubah hidup kami
Dari yang bodoh, tidak bisa baca tulis, hingga menjadi orang yang cerdas
Napasmu selalu kau hembuskan ke ubun-ubun kami
Sehingga kami termotivasi dalam belajar

Kami sukses dalam berprestasi, engkau terlupakan
Kami menjadi orang yang kaya raya, engkau terlupakan
Kami menjadi pemimpin bangsa, engkau terlupakan
Kami menjadi orang yang terkenal, engkau terlupakan

Wahai sang pencerah, dikala napasmu, napas terakhir
Sang malaikat maut tersenyum merenggut nyawamu
Dunia akan menangisi kepergianmu
Engkau ikhlas kan semua itu
Engkau tak pernah berharap balasan
Tentang apa yang telah kau perbuat
Engkau adalah pahlawan, pahlawan tanpa tanda jasa
Napasmu, napas sang pencerah
Yang selalu menerangi relung hati kami, untuk selama-lamanya

(Sumber: Buku Antologi Sayembara Puisi Guru Kementerian Pendidikan dan Budaya)

2. Dinamika Anak Sekolah SMA Berkat Bagi Bangsa di Angkaman

Karya: EV. Sutarno, S.PAK.

Wahai anak muda SMA berkat bagi bangsa
Bangkit dan bergeraklah maju menuju masa depan cerah,
Dengan menyingsingkan lengan dan bajumu, demi bakat
dan talentamu yang terpendam untuk bersatu padu demi
memajukan hati nuranimu menuju perubahan radikal.

Dimasa-masa zaman ino yang mengobral yang penuh
teknologi informasi.
Dengan menciptakan hati bersinar dalam mengukir
prestasi dan mewujudkan cita-cita.
Sehingga bersinarlah lahir dan bersinarlah batinnya.
Itulah idaman bersama dalam wadah yayasan bahata
paridu talino Senakin.

Dengan undang-undang pendidikan nasional, Pancasila,
serta UUD 1945 sebagai api semangat masa mudamu
dalam filsafat cita-citamu setinggi langit biru yang
membahana di pribadimu yang agung.
Sebagai pendorong dan pembimbing masa muda yang
banyak tantangan zaman yang kamu hadapi dan
ditaklukkan.

Panggilan tuhan dan sesama, abdikan dirimu dengan
tulus dan ikhlas untuk membangun manusia seutuhnya,
negeri borneo persada nusantara.
Dengan semboyan bercermin ke surga dan basengat ka
jubata itulah yang mendorong.

Hidup Talino Borneo Persada Nusantara Khatulistiwa,
menuju Indonesia jaya dalam kesatuan jiwa dan raga,
yang dipersembahkan kepada Ibu pertlwl yang tercinta,
merupakan bagian cinta kasih kemurnian wilayah
nusantara persada Indonesia jaya

(Sumber: Buku Antologi Sayembara Puisi Guru Kementerian Pendidikan dan Budaya)

3. Ajari Aku

Karya: Ilham

Di waktu kecil, aku ingin kau...
Ajari aku membaca, agar aku bisa melihat dunia
Ajari aku bicara, agar aku bisa merangkai kata
Ajari aku menulis, agar aku bisa menyusun aksara

Pada saat aku bisa melihat dunia
Merangkai kata,
Menyusun aksara,
Aku aku ingin kau..

Ajari aku menapak, agar aku tidak salah haluan
Ajari aku berhitung, agar aku menempuh untung
Ajari aku membagi, agar aku bisa berbagi
Ajari aku bernyanyi, agar hidupku tidak terasa sunyi

Dan jangan kau lupa
Ajari aku juga mengaji, agar hidupku penuh arti
Aku tidak ingin hidupku di sana terasa sepi

Jangan pula kau lupa
Ajari aku sembahyang, agar aku mengenal Tuhan
Aku tidak ingin selalu mengejar bayang-bayang
Ku ingin di akhir cerita menjadi hamba tersayang

Kau telah mengukir prestasi
Yang takkan hilang ditelan zaman

(Sumber: Buku Antologi Sayembara Puisi Guru yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat)

4. Ki Hajar Dewantara

Karya: A.K. Wardhani

2 Mei engkau dilahirkan
Tanggal itu pula kami abadikan
sebagai hari Pendidikan Nasional
Karena jasamu,
Mengentaskan kebodohan
Memerangi penjajah dengan cahaya pengetahuan
Putra ningrat yang merakyat

Pengasingan tak menghentikan langkah
Serbuan kritik tajam kau arah
Jiwamu menahan amarah
Dalam doa dan tengadah
Dalam tulisan penuh amanah

Ki Hajar Dewantara... Ki Hajar Dewantara!
Pekik namamu harum kukenang selalu
Engkaulah pendiri Taman Siswa
Engkaulah pejuang Tiga serangkai

Teladanmu terlukis nyata penuh wibawa
Dalam perjuanganmu!
Dalam tulisanmu!
Dalam dedikasimu!
Semboyanmu akan selalu terpatri
Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut Wuri handayani

(Sumber: Laman resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Kendal Jawa Tengah)

5. Literasi

Karya: Kiswo, MPd

Direbahkannya di atas pembaringan badan ini
Terdengar detak waktu menyapa dalam sunyi
Kuingat samar-samar dan kuresapi dalam hati
Yang terlintas tidak ada kata lain kecuali literasi

Membaca penuh makna menjelajah angan
Berbicara menutur kata menelusur impian
Menghitung bintang membayangkan harapan
Menggoreskan pena menulis dalam bayangan

Menyalurkan ekspresi diri mengayuh khayalan
Menatap masa yang jauh akan khasanah bacaan
Berbicara, membaca, bercerita, dan menulis jadi acuan
Muara literasi yang berpengetahuan dan berperadaban

Membaca membuat pikiran sadar
dan tak sadar serentak
Dua potensi dahsyat dalam diri
Saat membaca berdecak
Keduanya menangkap bagian yang sedang berdetak
Yang melahirkan macam-macam literasi indah berkepak

(Sumber: Apresiasiku untuk Pendidikan oleh Kiswoyo, MPd)

6. Para Pelajar

Karya: Elfrida Octaviani

Kami tumbuh untuk Indonesia
Kami hidup untuk Indonesia
Kami berdiri untuk Indonesia
Kami mati untuk Indonesia

Tidak semata mata kami hanya meminta
Dengan jeritan dan ronta
Tapi kami juga mengalirkan
Ilmu sebagai terapan yang meringankan

Malam tergelap tepat sebelum fajar
Rintangan dan halangan selalu mengajar
Esa hilang dua terbilang
Tak akan ada harapan yang hilang

(Sumber: Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Benny D Setianto dkk, Civitas Akademika Unika Soegijapranata)

7. Ilmu Abadi

Karya: Medina Muncar Irmaranti

Ilmu adalah cahaya kehidupan
Menjadi penerang dalam gelapnya kehidupan
Begitu luas untuk dijelajahi

Ilmu bagaikan petunjuk
Penuntun ke jalan yang benar
Menjadi dasar atas apa yang kita lakukan

Ilmu tak pernah lekang oleh waktu
Berkembang seiring berkembangnya waktu
Dan akan terus berkembang hingga akhir kehidupan

(Sumber: Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Benny D Setianto dkk, Civitas Akademika Unika Soegijapranata)

8. Terang

Karya: Bella Artidesimasari

Dahulu temaram
Kami tak kenal terang
Pun siang tak kunjung benderang
Hingga pahlawan datang

Adorasi pahlawan-pahlawan tamu
T'lah tuntun kami menuju padang cahaya
Menitis kami dengan asanya
Tak kenal lelahnya

Pendar asa dalam nadinya
Tri Dharma dalam jantungnya
Debarnya menyeru harsa
Dengan ilmunya kini kami terang

Kini cakrawala menjemput siang
Maka lantanglah terang kami bagikan
Dalam tinta, aksara, buku dan suara
Rasuk pendar itu dalam nadi

Terang adalah kami

(Sumber: Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Benny D Setianto dkk, Civitas Akademika Unika Soegijapranata)

9. Kukenang Pengabdianmu

Karya: Viola Ghea Meininda

Bersyukur ku memilikimu
Tanpamu... Bagaimana jadinya hidupku?
Takkan ada masa depan cemerlang
Takkan jadi gemerlap bagai bintang

Berkat engkau wahai guruku
Dunia menjadi ceria
Penuh makna dan cerita
Layaknya kehadiran pelangi sehabis hujan
Ilmu darimu selalu kunantikan

Hadirnya pendidikan dalam hidup
Memberi warna yang awalnya redup
Memberi semangat anak bangsa
Dalam menggapai harap dan cita

Tak terhitung pengabdianmu, wahai guruku
Pengabdian yang kau beri...
Bagi seluruh anak didikmu
Bagi kehidupan nusa dan bangsa
Dan bagi kemajuan para penerus bangsa negara

Bagaimana mungkin dapat kulupakan...
Jasamu dalam hidupku wahai guruku
Engkau mengajariku melihat warna yang indah

Engkau mengajariku menulis dan melukis
Engkau menuntunku melihat kata yang harus dibaca
Ucapan terima kasihku untuk dirimu wahai guruku
Akan ilmu dan pengabdian yang telah kau percayakan
Kan kukenang dan kujadikan bekal di masa depan

Dari dalam lubuk hati, ku berharap lelahmu...
Dapat terganti dengan sukses anak-anakmu
Yang membuat senyum terukir di bibirmu

Kukan menemuimu wahai pahlawanku
Ketika dewasa menjelang
Ketika sukses dan keberhasilan menyapa
Untuk mensyukuri hadirnya dirimu wahai guruku

(Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata)

10. Mahasiswa Masa Kini

Karya: Agnes Valentina Christa

Mahasiswa masa kini
Sekumpulan orang yang katanya "terpelajar"
Tapi berbicara pun tak mampu
Menjadikan diskusi sebagai ajang pamer kepintaran

Mahasiswa
Status yang dikata tinggi nan mulia
tapi tak punya semangat dan harapan bagi masa depan
Oh mahasiswa, masih pantaskah status itu untukmu?

Mahasiswa menjadikan angka sebagai simbol keberhasilan
Menjadikan nilai sebagai cara untuk menyombongkan diri
Tak peduli bagaimana caranya, apapun mereka halalkan
Oh teruntuk mahasiswa masa kini, masih pantaskah dirimu
kusebut "mahasiswa"?

(Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata)

11. Pendidikan dan Harapan

Karya: Dwi Arif

Pendidikan adalah tangga harapan
Tangga itu menuntun manusia untuk mencapai tujuan
Semua manusia berhak untuk menggunakan
Untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan

Tangga itu tidak boleh disembunyikan
Dari semua insan yang ingin perubahan
Tangga tersebut tidak boleh disalahgunakan
Hanya untuk meraih keuntungan

Tangga itu harus benar-benar kuat
Agar mampu merubah manusia menjadi bermartabat
Tangga tersebut harus selalu dirawat
Agar bisa membimbing kita meraih akal sehat

Tangga itu harus bisa beradaptasi
Dari jaman yang begitu kencang berlari
Tangga itu tidak boleh dinodai
Agar bisa mengantar kita menjadi manusia bermoral yang hakiki

(Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan - Universitas Katolik Soegijapranata)

12. Seuntai Syukur

Karya: Margareta Asti

Teruntuk Dikau, Peri Berilmu
Dari aku yang selalu menyusahkanmu
Panas kemarau yang tak berkesudahan
Dingin penghujan yang tak berujung
Bak merekalah kehebatanmu

Pengabdianmu bagaikan lily yang menawan
Mulia, suci, pun semangatmu enggan mematung
Tiada pernah kau siakan hadirmu

Lihatlah bunga-bungamu yang bermekaran
Tanpamu semua dungu, pandir, pusung!
Tak satupun dari benihmu kau biarkan layu

Terima kasih, Peri berilmu
Terima kasih untuk hadirmu
Terima kasih atas cintamu

(Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata)

13. Pendidikan Masa Lalu

Karya: Muhammad Haris

Manusia zamannya
Berpindah ke mana-mana
Di situ berada selalu belajar
Di sana semangat terbakar

Ruang terbuka
Sekat alam manusia
Samudra ilmu
Menyentuh kalbu

Tanpa keluh kesah
Tanpa meratapi masalah
Bisa menyelesaikan
Bisa menuai kesuksesan

(Sumber: Pendidikan Untuk Kemanusiaan: Kumpulan Puisi Masa Kini oleh Muhammad Haris)

14. Pahlawan yang Terlupakan

Karya: Ahmad Muslim Mabrur Umar

Cermatilah sajak sederhana ini kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula
Sosok yang terkadang terlupakan
Sosok yang sering tak dianggap

Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terkalah kiranya siapa pahlawan ini
Ingatlah lagi kiranya apa jasanya
Ia tak paham genggam senjata api
Ia tak bertarung di medan perang

Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya
Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya
Bukan ia yang diharap menang
Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya

Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanyalah kudapat tulis sajak ini
Karenanyalah kau dapat baca sajak ini
Juluklah ia pahlawan tanpa tanda jasa

Mungkin telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah engkau terka jawabnya
Ialah pahlawan dan orang tua kedua
Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan

(Sumber: Buku Puisi Pendidikan oleh Rabiah, dkk.)

15. Sekali Ini Biarkan Aku Percaya kepada Kesedihan

Karya: Tuti Dirgha

Ia menipuku di tiap lembar...yang tak kau sesali

Embun terkadang

Jadikan putik daun mengkerut

Menyulap keranda

Aku bisa mengaca, telanjang mata

Pada serpihan cermin retak

Mencari arti tiap senyum palsu

Surat masa tua tak berjanin

Jadi biarkan, sekali ini aku percaya pada kesedihan

Karena setiap jemarinya merambai dasar hatiku

Dengan kesedihan kering tak berakar

Kubekap jadi batu menggelinjang pualam

Air mata mengalir, mata air berkubang

Jadi penawar

Aku merasai semburan kabut janji molek

Akan sebuah keriangan yang bisa kuberikan

Percayalah

(Sumber: Laman resmi Universitas Pendidikan Ganesha)

16. Pendidikan

Karya: Sriyatun

Beribu makna terkandung dalam huruf dibacaanmu "Pendidikan"

Pondasi kokoh peradaban bangsa
Empati dan etitut tercermin dalam jabaran dan pelaksanaanmu
Negeri maju dan berkembang karena tuntunan
Dedikasi diri untuk kemajuan dan kemandirian bangsa
Indeks prestasi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah tujuan utama

Dunia luas dinaungi kemajuan teknologi menjadi tantangan terbesar
Inspirasi dari setiap insan yang bernaung di duniamu menjadi pemenang
Koreksi adalah semangat untuk melihat peluang
Antarkan bangsa menuju peradaban besar yang mampu bersaing
Nominasi tertinggi mampu bangsa raih bila maknanya dalam penerapan

Itulah pendidikan bagiku
Pendidikan yang berkarakter dalam etika
Pendidikan yang berspiritual dalam tindakan
Pendidikan yang bersosial dalam pergaulan

(Sumber: Goresan Pena: Antologi Puisi Pendidikan oleh Ni Nengah Restari, dkk)

17. Tujuan Ilmu

Karya: David Aribowo

Aku melangkah tanpa arah tujuan
Hingga impian menjadi suram
Aku berimajinasi seperti elang
Hingga rintangan terlihat ringan

Aku membuang waktu untuk tujuan
Hingga pengetahuan tampak luas dan terang
Aku berhasil menuntut ilmu
Hingga pekerjaan terasa kesenangan

(Sumber: Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Benny D Setianto dkk, Civitas Akademika Unika Soegijapranata)

18. Metode Konselingku

Karya: Sriyatun

Kutatap wajah siswa/siswi semua beda Kudalami sikap siswa/siswi tak ada yang sama Kudata kapita siswa/siswi hampir sama rata Kunilai lingkungan siswa tak ada yang sempurna

Pikirku bekerja... dari apa yang kudata Tiap siswa/siswi butuh penanganan yang beda Mulaiku mencoba tindakan apa yang selayaknya Merubah mereka 100% sempurna

Kurancang metode sesuai data nyata Kupilah siswa/siswi sesuai kepribadiannya Kukelompokkan siswa/siswi sesuai latar belakangnya Kukelaskan siswa/siswi sesuai perkapitanya

Mulaiku berbuat dengan metode tepat Kepribadian dalam spiritual Latar belakang dalam sosial Ekonomi dalam keterampilan

Berbagai kunjungan kulakukan Untuk tahu sejauh mana perubahan Berapa persen kudapatkan keberhasilan Dari metode yang kulaksanakan

Alhamdulillah semua kasus terselesaikan

(Sumber: Goresan Pena: Antologi Puisi Pendidikan)

19. Gerbang Masa Depan

Karya: Ni Nengah Restari

Aku melangkah...
Dari lembah yang gelap Helaan napas yang terhempas
Untuk menggapai secercah harapan
Terhempas gelombang, berpijak batu karang

Kau datang...
Tangan halusnya menyentuh...
Meraba...
Membuai...
Membelai penuh kasih...
Hingga ke dasar hati yang dalam...
Menuntunku...
Menuju gerbang masa depan

Dengan tatanan sikap... pengetahuan...
Dan ketrampilan yang kau tebar...
Karena kebodohan...
Aku yang dulu bukan apa-apa...
Kini aku mampu berdiri tegak
Dengan tatanan sikap... pengetahuan...
Dan ketrampilan yang kau tebar...
Aku yang dulu bukan apa-apa...
Karena kebodohan...
Kini aku mampu berdiri tegak
Menjadi siapa... dan siapa...

Berkat ketekunanmu dan kesabaranmu
Menorehkan ilmu...
Demi merengkuh sejuta harapan dan impian
Sungguh jasamu tak terbalaskan...

Aku tersentuh... merenung...
Tanpa berasa butir bening menetes...
Dari sudut-sudut mataku...
Teriring sayup senandung lagu...
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Pujiku dan terima kasihku...
Untuk sang penebar ilmu
Senandung ini akan tetap tergaung
Dalam relung hati dan jagat raya ini

(Sumber: Goresan Pena: Antologi Puisi Pendidikan)

20. Menggapai Impian

Karya: Ni Nengah Restari

Senyum terukir tipis
Menghias bibir yang manis
Langkah demi langkah berpijak
Mengejar angan yang bijak

Sejuta harapan kurengkuh
Laksa rintangan kutempuh
Laksa Menuju kemenangan
Menggapai impian

Riang gembira jalan hidup
Hati ikhlas bahagia datang
Perjuangan dan doa penuh ikhlas
Bawa berkah yang berlimpah

(Sumber: Goresan Pena: Antologi Puisi Pendidikan)

21. Pendidikan

Karya: Sriyatun

Beribu makna terkandung dalam huruf di bacaanmu "Pendidikan"

Pondasi kokoh peradaban bangsa
Empati dan etitut tercermin dalam jabaran dan pelaksanaanmu
Negeri maju dan berkembang karena tuntunan
Dedikasi diri untuk kemajuan dan kemandirian bangsa Indeks prestasi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah tujuan utama
Dunia luas dinaungi kemajuan teknologi menjadi tantangan terbesar
Inspirasi dari setiap insan yang bernaung di duniamu menjadi pemenang
Koreksi adalah semangat untuk melihat peluang
Antarkan bangsa menuju peradaban besar yang mampu bersaing
Nominasi tertinggi mampu bangsa raih bila maknanya dalam penerapan

Itulah pendidikan bagiku
Pendidikan yang berkarakter dalam etika
Pendidikan yang berspiritual dalam tindakan
Pendidikan yang bersosial dalam pergaulan

(Sumber: Goresan Pena: Antologi Puisi Pendidikan)

22. Guruku

Karya: Irfan Putra Hura

Guru, sebuah nama yang sederhana
Namun dapat melahirkan pemimpin bangsa
Sebuah nama yang mudah diucapkan
Namun susah untuk dilupakan

Pagimu adalah pagiku
Ilmumu adalah ilmuku
Teguranmu mendidikku
Hingga aku tahu apa siapa diriku

Engkau laksana lampu di dalam kegelapan
Yang menerangi dalam kegelapanku

Engkau bagaikan angin
Yang selamanya berbisik tentang kebaikan

Namamu selamanya akan bergelora
Tanpa harus diingatkan ku pasti mengingatnya
Jasa yang kau tanamkan, sudah bertumbuh
Guruku, terimakasih untuk semuanya

(Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata)

23. Mahasiswa Masa Kini

Karya: Agnes Valentina Christa

Mahasiswa masa kini
Sekumpulan orang yang katanya "terpelajar"
Tapi berbicara pun tak mampu
Menjadikan diskusi sebagai ajang pamer kepintaran

Mahasiswa
Status yang dikata tinggi nan mulia
tapi tak punya semangat dan harapan bagi masa depan
Oh mahasiswa, masih pantaskah status itu untukmu?

Mahasiswa menjadikan angka sebagai simbol keberhasilan
Menjadikan nilai sebagai cara untuk menyombongkan diri
Tak peduli bagaimana caranya, apapun mereka halalkan
Oh teruntuk mahasiswa masa kini, masih pantaskah dirimu
kusebut "mahasiswa"?

Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata

24. Di Nusantara Kutemukan Jiawanya, Buat Ki Hajar Dewantara

Karya: Sawali Tuhu Setya

Bak Mutiara di atas tumpukan loyang
Pancaran pamormu menembus lautan
dan karang
Aroma namamu telah tercatat dalam
prasasti dan sejarah
Nisanmu abadi sepanjang zaman dan
lintasan sejarah

Tinta emasmu menggetarkan nyali
colonial
Dikucilkan dan dinistakan sebagai
pecundang
Di kegelapan sonya ruri tanpa bintang

Bak Mutiara di atas tumpukan Loyang
Namamu terus mengabdi bersemayam
Dalam kubdangan kalbu pemburu
kebenaran

Aku berkelana, mengepakkan sayap mimpi
Hingga ke tanah seberang
Kukejar jejak pamormu yang hilang
Dalam kepungan badai dan gelombang

Terperangkap dalam kubangan labirin
Sunyi, gelap tanpa terang
Di tengah gelombang zaman yang
meradang
Slogan dan semboyan abadimu,

Ing ngarsa sung tuladha,
Ing madya mangun karsa.
Tut wuri handayani
Tak lebih hanya tinggal tumpukan idiom
tanpa makna

Berabad-abad lamanya aku memburu
tanpa jeda
Menembus kabut dan mendung gelap di
cakrawala
Hampa ...
Merana ...
Kehilangan asa ...
Aku lelah ...
Mati suri ...
Terjerembab di Taman Nusantara

Oh...
Tanpa tahu sebab yang pasti
Aku merasa damai dan bahagia
Di taman ini aku temukan jiwanya
Di Taman Nusantara
Aku bertemu Ki Hajar Dewantara
Tak perlu lagi berkelana
Tak perlu mengembara, menembus
kabut cakrawala
Mengepakkan sayap mimpi sia-sia

(Sumber: Laman resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Kendal Jawa Tengah)

25. Perjuangan Meraih Mimpi

Karya: Natasha Maylina

Sejuta angan dan mimpi
Menari di kepalaku
Sejuta harapan
Bergema di dalam hatiku

Ke manakah semua ini kubawa?
Kehidupan yang maha keras
Menghadang impian dengan batu rintangan
Takkan kulepas genggaman mimpiku

Melupakan imajinasi sejenak
Berjerih payah mewujudkan mimpi
Setiap jerih payah pasti terbayar
Berikan banyak harapan

Semangat perjuangan berkobar
Demi mimpi di masa depan
Takkan 'ku berpaling darinya
'Kan kuraih mimpi setinggi bintang

(Sumber: Pijar: Antologi Puisi Pendidikan oleh Benny D Setianto dkk, Civitas Akademika Unika Soegijapranata)

Itulah kumpulan puisi yang dapat detikers bacakan pada Hari Pendidikan Nasional. Semoga bermnafaat, ya!




(edr/edr)

Hide Ads