Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengimbau agar warga meningkatkan kewaspadaannya terhadap bencana alam longsor imbas cuaca yang tidak menentu di sejumlah daerah. Hal ini juga disebut untuk mengantisipasi jatuhnya korban jika terjadi longsor susulan.
"Menyikapi kondisi cuaca yang di mana hujan di daerah tertentu yang lebat. Kita mengimbau kepada masyarakat, khususnya yang berada di daerah yang rawan bencana seperti di daerah pebukitan, tebing senantiasa meningkat kewaspadaan," kata Kepala Pelaksana BPBD Sulsel Amson Padolo kepada detikSulsel, Sabtu (27/4/2024).
Amson mengatakan warga juga sebaiknya menghindari untuk beraktivitas di sekitar daerah bekas lonsor. Pasalnya, dikhawatirkan jika daerah tersebut terjadi longsor susulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga berharap, masyarakat mengamati kondisi sekitar. Menghindari lokasi terdampak, atau bekas longsor untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi misalnya ada longsor susulan," jelasnya.
"Selalu memperhatikan kondisi dan struktur tanah atau iklim yang ada. Karena kecenderungan longsor itu, sebelum terjadinya longsor, biasanya kita ada gerakan-gerakan tanah yang labil," lanjut Amson.
Dia berharap pemerintah daerah setempat dapat berperan besar dalam melakukan pemetaan lokasi yang rawan bencana. Hal ini menjadi penting karena dapat melakukan langkah-langkah antisipatif sebelum bencana longsor terjadi.
"Kita meminta juga pemda yang rawan bencana longsor dan banjir agar senantiasa memperhatikan dan mengasesmen lokasi-lokasi atau wilayahnya yang rawan bencana. Untuk itu, sangat penting adanya pemetaan daerah yang rawan longsor," paparnya.
Amson menuturkan lumbung sosial kembali diaktifkan. Sebab, lumbung sosial itu berfungsi menjadi penyuplai logistik sementara terhadap masyarakat yang terdampak bencana.
"Diaktifkannya lumbung-lumbung sosial. Sehingga apabila suatu daerah terdampak dan kondisinya akses jalannya terputus, lumbung sosial ini berfungsi untuk menyuplai sementara logistik dan pangan dari masyarakat," tuturnya.
Dia menambahkan, warga dan pemerintah harus saling bahu membahu untuk mengantisipasi bencana longsor. Menurut Amson, salah satu caranya ialah masyarakat dapat melaporkan gejala bencana alam ke pemerintah setempat agar dapat dilakukan tindakan.
"BPBD mengimbau kepada masyarakat apabila menemukan hal-hal yang rawan bencana agar segera menyampaikan kepada pemerintah setempat. Agar dilakukan tindakan, apakah itu relokasi, evakuasi sehingga tidak menimbulkan korban," pungkasnya.
Sebelumnya, longsor kembali terjadi di Jalan Poros Salu Tembamba, Kelurahan Tallang Sura', Kecamatan Bunto', Toraja Utara pada Jumat (26/4) sekitar pukul 09.00 Wita. Tragedi longsor maut itu menimpa 10 orang pejalan kaki, dan 2 di antaranya dinyatakan tewas, sementara 1 lainnya masih hilang.
"Benar sudah 2 korban sudah dinyatakan tewas akibat longsor tadi," kata Sekda Toraja Utara Salvius Pasang kepada detikSulsel, Jumat (26/4).
Salvius mengatakan korban Margareta awalnya dilaporkan hilang hingga ditemukan dalam kondisi meninggal. Sementara Martina dinyatakan meninggal usai mendapat perawatan di rumah sakit.
"Kalau korban bernama Martina Linting itu meninggalnya di RS Elim karena keadaannya kritis saat dievakuasi. Kemudian, korban Margareta Tanduk ditemukan di lokasi yang sempat dinyatakan hilang juga," ungkapnya.
"Sebenarnya ada 10 orang dalam rombongan itu saat kejadian, cuma dua orang sementara lari dan hanya luka ringan. Sekarang di rumah sakit Elim ada enam perawatan intensif. Satu korban bernama Margareta Rembon masih dilakukan pencarian oleh tim gabungan," lanjut Salvius.
(asm/hmw)