10 Puisi Paskah yang Menyentuh Hati, Kisah Pengorbanan Sang Juru Selamat

10 Puisi Paskah yang Menyentuh Hati, Kisah Pengorbanan Sang Juru Selamat

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Sabtu, 16 Mar 2024 07:54 WIB
Ilustrasi puisi
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/mizar_21984)
Makassar -

Paskah merupakan salah satu perayaan keagamaan bagi umat kristiani. Perayaan hari istimewa ini biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, termasuk membacakan puisi paskah.

Mengutip situs Christianity, Hari Paskah adalah hari untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus dari kematian-Nya di hari ketiga setelah disalibkan. Kebangkitannya ini pun menandai kemenangan Yesus dari kematian dosa.

Hari Paskah sendiri menjadi puncak kemenangan dan suka cita setelah melewati masa prapaskah yang penuh dosa, puasa dan pertobatan. Masa prapaskah ini adalah masa 40 hari sebelum paskah, yang dimulai dengan hari Rabu Abu hingga Sabtu suci.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Hari Paskah tahun ini akan jatuh pada Minggu, 31 Maret 2024.

Menyambut perayaan penting ini, tentunya umat kristiani sudah mulai mempersiapkan segala persembahan yang akan ditampilkan, termasuk bagi yang ingin membacakan puisi. Apakah detikers sudah menyiapkan puisi yang akan dibacakan?

ADVERTISEMENT

Jika belum, tenang saja. Di bawah ini detikSulsel telah merangkum sejumlah puisi Paskah yang dikutip dari laman situs layanan Sabda.org.

Yuk disimak!

Puisi Paskah #1: Karena Salib, Karena Darah

Oleh: Ang Tek Khun

2000 tahun yang lalu
bila Kau menebusku
dengan keringat bercucuran
tentu hari ini aku
dengan mudah membalas budi

2000 tahun yang lalu
bila Kau menebusku
dengan ketekunan pelayanan
pasti hari ini aku
sudah melampaui hargaku

2000 tahun yang lalu
bila Kau menebusku
dengan ketaatan dan kesetiaan
maka hari ini aku
akan berjuang untuk bebas

2000 tahun yang lalu
bila Kau menebusku
dengan emas dan perak
maka hari ini aku
akan membayarnya kembali

2000 tahun yang lalu
bila Kau menebusku
dengan kelahiran di kandang
maka hari ini aku
tak sulit melunasinya

tetapi 2000 tahun yang lalu
Kau menebusku dengan
salib dan darah tanpa dosa
maka hari ini aku
bungkam dan tersungkur di kaki-Mu

Puisi Paskah #2: Di Atas Kayu Salib

Di atas kayu salib Kau tebus dosaku
Di atas kayu salib Kau s'lamatkanku
Di atas kayu salib Kau ubah hidupku
Di atas kayu salib Kau buka surga bagiku
Di atas kayu salib Kau muliakan aku
Di atas kayu salib Kau jadikanku baru
Di atas kayu salib Kau b'riku kemenangan s'lalu
Di atas kayu salib Kau b'riku urapan baru
Di atas kayu salib Kau pulihkan hatiku
Di atas kayu salib Kau b'riku harapan baru
Di atas kayu salib Kau sembuhkan luka-lukaku
Di atas kayu salib Kau berkati aku

Puisi Paskah #3: Jalan Salib

Oleh: Gembala Sion

Langkah-Mu tertatih menuju salib Golgota
Dengan badan penuh luka sayatan aniaya
Darah mengalir tercecer di mana-mana
Demi untuk keselamatan manusia

Pedih dan perih pasti terasa
Berkorban 'tuk menghapus dosa
Tak ada seorang yang membela
Semua mencerca dan mencela

Kini KAU telah rela mati
Tiga hari bangkit kembali
Hidup kekal telah diberi
Bagi mereka yang mengimani

Puisi Paskah #4: Jalan Panjang ke Bukit Itu

Oleh: Ang Tek Khun

Jalan ke bukit itu
Bukanlah jalan senyum
Darah dan peluh
Adalah harga yang harus dibayar
Bagi setiap langkah

Melangkah ke sana
Mengayun dengan tapak pedih
Tak ada hati dalam perpisahan
Dan tak ada yang berjaga-jaga
Walau hanya satu jam

Dan aku pun tahu
Jalan itu sungguh laknat
Membuat sang Bapa membuang wajah
Dan langit menceritakan
Kegelapan sejati

Mengapa itu harus Kautempuh?
Tak pernah mampu kupahami
Dengan segala akal yang ada
Sampai kutahu mengapa itu
Harus terjadi

Puisi Paskah #5: Anugerah Mulia

Oleh: Ayub

Kala itu Salib adalah kehinaan
Kau memikulnya dalam rupa hamba
Kaki-Mu telanjang tertoreh batu tajam
Golgota adalah tujuan-Mu ya Raja

Teriak riuh menemani-Mu sepanjang jalan
Salibkan Dia! Salibkan Dia!
Surga tahu Kau menangis bagi mereka
TanganMu jelas siap terpaku di sana

Ya Eloi, terima kasih atas anugerah
Kini kami beroleh hidup kekal
Berpindah dari hidup yang fana
Salib-Mu selamanya mulia

Puisi Paskah #6: Kiranya Terjadi Seturut Kehendak-Mu

Terjemahan: May It Be Done According to Your Will
Oleh: Claudia Burney

Jangan takut,
tetapi jangan beritahu seorang pun.

Kamu kini adalah
seorang pembawa kekudusan.

Duduklah, renungkan
Misteri.

Tak ada bayangan
dalam Cahaya-Ku,
melayang
di atas wajah
air rahimmu.

Sarang.
Siapkan tempat
untuk-Ku.

Aku berada di lingkaran
meregangkan dagingmu.
letakkan tanganmu
pada-Ku.

Hangatkan ruang
antara kita.

Ada keajaiban
yang menuntut untuk diberitahu,
dan keajaiban
itu memohon kepadamu

jangan beritahu seorang pun.

Jangan takut.
Aku diam di tempat yang tenang.

Lahirkanlah Aku,
Buah-Ku pasti akan
tetap.

Puisi Paskah #7: Lihat Salib

Oleh: Ayub A Tanjung

Kala kumelihat Salib-Mu, di situlah aku merasa malu
Aku malu karena dulu kutak begitu tahu
Kini aku tahu, curahan anugerah dan kasih-Mu
Ya Allahku, kiranya kusetia dalam mengikuti jalan-Mu

Kematian-Mu membongkar segala kematianku
Kebangkitan-Mu membawaku dalam berkat-Mu
Siapa aku begitu berharga di dalam-Mu?
Engkau Allah tempat kediamanku

Puisi Paskah #8: Via Dolorosa

Oleh: Pdt Eka Darmaputera PhD

Ketika sedang kutapaki jalan mendaki
Dengan langkah tertatih-tatih, duh Gusti
Dan badai menerpa tanpa henti
Serta dalam sunyi kuangkat beban derita
Seorang diri

Oh, betapa ingin kubelajar dari-Mu,
Duh Yesusku, Gusti junjunganku,
Tentang bagaimana memikul salib
Tanpa mengeluh,
Tentang bagaimana menghirup cawan beracun
Tanpa gerutu
Kecuali "Jadilah kehendak-Mu"

Ketika perjamuan malam itu berakhir
Dan Kau tahu betul itulah malam-malam-Mu yang terakhir
Lalu Kau ajak murid-murid-Mu khidmat berdoa:
"Ki le-olam hasdo" - "Ki le-olam hasdo"
"Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya"
Duh Yesusku, Gusti junjunganku,
Sungguh-sungguhkah Kau memercayainya?
Menyanyikah Engkau sepenuh suara?
Basahkah pipi-Mu oleh lelehan air mata?
Atau adakah Engkau berkata:
"Hidup ini, ah, alangkah kejamnya?!"

Oh, betapa ingin kubelajar dari-Mu
Duh Yesusku, Gusti junjunganku,
Tentang rela menerima hidup sebagaimana adanya
Tentang merangkul kenyataan betapa pun sakitnya
Tentang menjalani apa yang harus terjadi tanpa mencerca
Kecuali "Untuk selama-lamanya kasih setia-Nya"

Aku tahu betul, di malam Kamis itu,
Malam deritanya sunyi, malam sunyinya derita
Ketika Kau butuhkan mitra 'tuk menyatu sukma
Dan berbagai rasa dalam doa pada Sang Bapa
Namun toh harapan itu pun sia-sia

Ah, betapa senyap, Gustiku, betapa berat
Ketika ngerinya maut begitu dekat
Orang-orang tempat Kau jangkarkan harap,
Sahabat-sahabat-Mu yang paling akrab,
Semua terlena dalam lelap yang sangat

Oh, betapa ingin kubelajar dari-Mu
Duh Yesusku, Gusti junjunganku,
'Tuk merangkul derita dengan berani
Meski harus berjalan seorang diri;
'Tuk menepis uluran cuka penawar sakit
Sebab tak Kau tolak apa yang mesti
Walaupun pahit

Tapi Yesusku, Gusti junjunganku,
Bagaimana bisa Kau atasi derita sunyi-Mu?
Bagaimana Kau hadapi sunyi derita-Mu?
Lalu lirih kudengar jawab melalui mata-Mu:
"Sunyi itu memang derita, anak-Ku,
Dan derita itu betapa sunyi, sayang-Ku,
Namun bila benar kau yakin tanpa ragu
Bahwa tak kau pilih salib
Yang tersandang di bahu
Dan tak kau tentukan sendiri
Jalan yang kau tempuh
Melainkan diletakkan ia
Oleh Bapamu yang satu itu
Maka, anak-Ku, sunyi itu berat
Tapi bukan tak terangkat
Dan derita itu penat, sayang-Ku,
Tapi bukan tanpa berkat
Asal saja kau terus berjalan sampai tamat biar tersendat"

"Apalagi, anak-Ku, Via Dolorosa ini tak senyap melulu
Ketika deraan cambuk berujung paku mengoyak daging-Ku,
Namun tetap saja sakit itu tak mampu memaksa-Ku
Tuk bangkit berdiri memikul salib dan berjalan maju
Sebab telah punah tenaga-Ku oleh beratnya siksa
Ah, tiba-tiba muncul Simon dari Kirene
Entah bagaimana yang rela memikul salib-Ku sampai ke Golgota;
Dan perempuan-perempuan yang meratapi-Ku sepanjang perjalanan
Ah, Kuakui mereka membuat beban derita-Ku jadi lebih ringan
Membuat Aku tak lagi sendirian mengangkat beban
Merekalah malaikat penolong yang takkan pernah Kulupakan"

Duh Yesusku, Gusti junjunganku,
Ada satu lagi pertanyaanku kepada-Mu:
Engkau adalah pribadi agung
Penebar kasih sepanjang hidup,
Engkau adalah sosok mulia
Penyebar kebaikan tak pernah cukup,
Tetapi mati-Mu hina
Dalam siksa fitnah dan khianat
Deritamu lengkap oleh dengki dan cemburu
Nasib-Mu malang oleh ketidakadilan dan kesewenang-wenangan

Aku tak habis mengerti, duh Gustiku,
Bagaimana mungkin Kau alami itu
Tanpa menyimpan dendam?
Malah doa-Mu: "Ampunilah mereka, ya Bapa,
sebab mereka tak tahu apa yang mereka lakukan!"
Bagaimana mungkin Kau alami itu tanpa mengumpat?
Malah sempat-sempatnya Kau tawarkan firdaus yang nikmat
Bagi ia yang menerima nasibnya tanpa sesambat

Kembali lirih kudengar jawab melalui mata-Mu:
"Hidup dalam dendam, anak-Ku, adalah hidup menambah beban
yang terus mengusik sampai kau dihancurkan
Hidup dalam pengampunan, anak-Ku, jauh lebih tenteram
Jalani apa yang mesti, tanpa melempar kesalahan
Terima apa yang pasti, tanpa penyesalan
Sebab apa yang mesti terjadi, akan terjadi
Tak ada faedahnya ia kita ungkit-ungkit lagi
Berlarilah mengejar yang di depan
Jangan langkahmu mandeg dikejar yang di belakang"

Ketika sedang kutapaki jalan mendaki
Dengan langkah tertatih-tatih, duh Gusti,
Dan badai menerpa tanpa henti
Serta dalam sunyi kuangkat beban derita seorang diri

Oh, betapa ingin kubelajar dari-Mu
Duh Yesusku, Gusti junjunganku,
Bagaimana mengakhiri perjuangan hidupku
Dengan seruan-Mu seperti di Jumat siang itu:
"Bapa, kepada-Mu Kuserahkan roh-Ku!"

Puisi Paskah #9: Sajak Paskah

Oleh: Norman Adi Satria

Di hari keempat sebelum Paskah
Yeshua terkulai pasrah
rebah di tanah
di tengah Getsemani nan basah
oleh airmatanya yang resah
menitik berupa tetesan darah:
Abba, jauhkanlah cawan ini dariku,
namun bukan kehendakku yang jadi,
melainkan kehendak-Mu.

Dia tengah meniru kata
yang pernah dia dengar ketika
berada di perut ibunda-Nya, Maria:
terjadilah padaku, menurut kehendak-Mu.

Dia takut, namun percaya
Tuhan akan menyelamatkannya.
Seperti senandung Daud di bait dua puluh tiga:
Tuhan adalah gembalaku,
takkan kekurangan aku.
Dibaringkan-Nya aku di rumput hijau.
Kau menuntunku ke air yang tenang.
Gada dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

Namun, cawan pun harus tertuang
demi menyeka kepalanya dengan urapan,
karena dia takkan jadi Mesias tanpa pengurapan.

Sayang, cawan itu bukanlah berisi narwastu,
namun sebuah takdir yang terikat waktu.
Bila waktunya tiba,
maka segala daya upaya jadi sia-sia.
Melenggang kabur ketika berdoa pun takkan bisa.

Yeshua ditangkap, dilucuti, dihina caci maki,
dan disalibkan di Golgota
bersama dua pemberontak kaisar keji.

Yeshua mati.
Dia mati seusai tangisnya membahana:
Elohi, Elohi, lama sabakhtani?
Dia nyaris kehilangan kepercayaan,
Dia tak lagi memanggil Tuhannya: Abba, Bapa
namun: Elohi, sapaan kepada JHVH bagi bangsa Yahudi.

Di hela napas terakhir,
Dia pasrah dan kembali memanggil Tuhannya Bapa
mungkin dengan sedikit percaya:
Abba, ke dalam tangan-Mu
Kuserahkan nyawaku.

Di hari ketiga usai kematian-Nya,
hari yang telah dijanjikan Tuhan untuk kebangkitan-Nya,
Yeshua membuka mata,
melihat luka di telapak dan lambung-Nya,
kemudian menggulingkan sendiri batu kubur-Nya.

Tuhan bertanya: Paskah?
Yeshua menjawab: pas sekali, Tuhan. Pas di hari ketiga.

Puisi Paskah #10: Keputusan yang Tepat

Oleh: Nikodemus

Sampai saat ini, aku merasa bersyukur
Karena waktu itu aku memutuskan untuk menemui-Nya
Jika tidak...mungkin aku akan ada di barisan orang-orang itu
Tidak mengerti apa-apa...begitu buta

Aku lahir dari keluarga imam
Ayahku pemimpin agama
Sehingga aku pun mewarisi jabatan itu

Hukum Taurat...??
Jangan tanya...
Aku hafal di luar kepala

Dulu aku merasa, kamilah yang paling benar
Anak-anak dari Abraham
Mengetahui segala sesuatu
Di atas siapapun juga

Sampai muncul desas-desus itu...
Seorang tukang kayu mengobrak-abrik Synagoge
Pada hari raya Paskah
Sesumbar bahwa Ia akan membangun Synagoge dalam waktu tiga hari

Tidak hanya itu,
Ia banyak melakukan tanda-tanda
Mengubah air menjadi anggur,
Mencelikkan orang buta,
Menyembuhkan orang sakit

Aku benar-benar penasaran
Ingin menemuinya dan mengenalnya
Jadi aku datang padanya

"Rabi, aku tahu bahwa Engkau adalah guru yang diutus Tuhan
Tidak ada seorangpun dapat mengadakan tanda-tanda sepertimu
Jika tidak disertai Tuhan"

Aku tahu kalau beberapa ratus tahun sebelumnya
Bahkan beberapa ribu,
Banyak nabi yang diutus oleh Tuhan
Mengadakan banyak tanda
Elia yang menurunkan api
Elisa yang membangkitkan seorang anak

Sudah lama tidak ada tanda-tanda pada bangsa kami
Sampai Dia datang

"Jika seseorang tidak dilahirkan kembali,
Dia tidak akan melihat Kerajaan Surga"

Dilahirkan kembali? Apa maksudnya

Dan Dia mengajarku tentang Kerajaan Surga
Tentang lahir dari air dan roh
Tentang Anak Manusia
Dan tentang Kasih Tuhan yang begitu besar
Yang dapat menjamin keselamatan seseorang

Aku begitu kagum dengan pengajarannya
Aku belum pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya

Sepulang dari pertemuan itu
Aku semakin penasaran
Apakah Dia adalah Mesias yang kami nantikan?
Apakah Dia yang ditulis dalam kitab nabi-nabi
Apakah Dia penyelamat bangsa kami

Sejak saat itu,
aku menyempatkan diri untuk mengikutiNya
Mendengarkan pengajaranNya

Begitu banyak hal ajaib yang dilakukannya
Menyembuhkan seorang anak
Memberi makan lima ribu orang
Bahkan Dia dapat membangkitkan orang

Aku ada di sana,
Ketika bangsa kami menyeretnya untuk disalib
Dia disiksa dengan sangat kejam
Tapi Dia diam saja

Aku ada di sana,
Ketika Dia diturunkan dari salib
Aku memberi lima puluh kati minyak mur dan gaharu
Untuk tubuhNya

Aku ada di sana,
Ketika para penjaga datang
Dan mengatakan kalau seorang malaikat menggulingkan batu

Aku ada di sana
Ketika kebohongan itu disebar
Bahwa murid-muridNya menculik mayatNya

Tapi aku tidak buta seperti mereka
Aku tahu bahwa Dia telah bangkit

Kini aku mengerti apa artinya dilahirkan kembali
Aku mengerti siapa itu Anak Manusia
Aku mengerti apa artinya diselamatkan
Aku mengerti siapa itu Sang Anak yang diutus oleh Tuhan

Dan saat ini,
Ketika aku mengingat malam itu
Aku bersyukur karena keputusanku untuk menemuinya
Adalah tepat...

Nah, itulah kumpulan puisi Paskah yang bisa jadi inspirasi bagi detikers. Semoga bermanfaat ya!




(alk/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads