1 Ramadhan 2024 Tanggal Berapa? Ini Versi Muhammadiyah, Pemerintah, dan NU

1 Ramadhan 2024 Tanggal Berapa? Ini Versi Muhammadiyah, Pemerintah, dan NU

Urwatul Wutsqa - detikSulsel
Minggu, 10 Mar 2024 15:18 WIB
ilustrasi Ramadan
Ilustrasi Ramadan (Foto: Freepik/@pikisuperstar)
Makassar -

Umat muslim di berbagai belahan dunia akan segera menyambut masuknya bulan Ramadhan. Di Indonesia sendiri, pertanyaan terkait 1 Ramadhan tanggal berapa sering ditanyakan karena kerap terjadi perbedaan.

Sebagaimana diketahui, perhitungan kalender Hijriah ini berbeda dengan kalender Masehi karena mengacu pada peredaran Bulan terhadap Bumi. Dalam penentuan bulan baru kalender Hijriah ini, terdapat beberapa metode yang bisa digunakan sehingga penentuannya kadang berbeda.

Di tahun 2024 ini, awal puasa Ramadhan berpotensi jatuh di tanggal yang berbeda. Lantas, 1 Ramadhan 2024 tanggal berapa dalam versi Muhammadiyah, Pemerintah, dan Nahdlatul Ulama (NU)?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1 Ramadhan 2024 Versi Pemerintah

Berdasarkan kalender Islam Hijriah 2024 yang dirilis Kemenag RI, awal puasa Ramadhan akan dimulai pada Selasa, 12 Maret 2024.

ADVERTISEMENT

Namun, tanggal tersebut belum ditetapkan sebagai awal Ramadhan 2024 secara resmi. Kemenag RI perlu melaksanakan sidang isbat terlebih dahulu untuk menentukan awal puasa Ramadhan dari pengamatan hilal.

Melansir laman resmi Kemenag RI, sidang isbat penetapan awal puasa Ramadhan 2024 akan dilaksanakan pada Minggu, 10 Maret 2024. Oleh karena itu, awal puasa Ramadhan versi pemerintah hanya akan diketahui setelah sidang isbat dilaksanakan.

Berikut jadwal dan lokasi sidang isbat Kemenag RI:

  • Hari/Tanggal: Minggu, 10 Maret 2024
  • Waktu: Pukul 17.00 WIB - Selesai
  • Tempat: Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Adapun sidang isbat ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Berikut rinciannya:

Tahap 1-Seminar Posisi Hilal (17.00 WIB)

Sesi pertama sidang isbat akan dilakukan dengan pemaparan posisi hilal (bulan) awal Ramadhan 2024 berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi).

Pemaparan dilakukan oleh Tim Hisab dan Rukyat Kemenag. Sesi ini juga terbuka untuk umum dan disiarkan secara langsung melalui Kanal YouTube Bimas Islam Kemenag.

Tahap 2-Pelaksanaan Sidang Isbat (18.15 WIB)

Selanjutnya, proses sidang isbat akan dilakukan oleh pihak Kemenag untuk menetapkan awal 1 Ramadhan 2024. Sidang ini akan dimulai setelah sholat magrib dan dilakukan secara tertutup.

Penetapan awal Ramadhan didasarkan pada hasil pemaparan posisi hilal berdasarkan hasil Hisab yang telah dipaparkan oleh Tim Hisab dan Rukyat Kemenag.

Selain berdasarkan hisab, hasil sidang isbat juga akan didasarkan pada laporan hasil pemantauan hilal (rukyatulhilal) yakni pemantauan bulan secara langsung yang dilakukan Tim Kemenag di 134 titik lokasi di seluruh Indonesia.

Hasil pantauan ini dijadikan sebagai konfirmasi penentuan hilal berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi).

Tahap 3-Konferensi Pers Penetapan 1 Ramadhan 1445 H (19.05 WIB)

Pada tahap terakhir, pemerintah akan menggelar konferensi pers untuk mengumumkan hasil sidang isbat penentuan awal puasa 1 Ramadhan 2024.

Sesi ini juga akan disiarkan secara langsung melalui media sosial Kemenag.

Jika Ramadhan 2024 dipastikan jatuh pada 12 Maret 2024, maka berikut jadwal puasa, libur Ramadhan, dan Idul Fitri selengkapnya:

  • Awal Puasa Ramadhan 1 Ramadhan 1445 H: Selasa 12 Maret 2024
  • Cuti Bersama Sebelum Hari Raya Idul Fitri 1445 H: Senin-Selasa, 8-9 April 2024
  • Hari Raya Idul Fitri 1445 H: Rabu-Selasa, 10-11 April 2024
  • Cuti Bersama Setelah Hari Raya Idul Fitri 1445 H: Jumat, 12 April dan Senin, 15 April 2024

1 Ramadhan 2024 Versi NU

Organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) puasa Ramadhan 1445 H diprediksi jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Dikutip dari laman resmi NU Jombang, prediksi ini didasarkan pada pengamatan posisi hilal dari sisi tinggi dan elongasinya.

Tampak hilal 29 Syaban 1445 H bertepatan dengan Ahad Legi, 10 Maret 2024. Adapun data perhitungan falak LF PBNU menunjukkan tinggi hilal 0 derajat 11 menit 25 detik.

Di samping itu, ijtima atau konjungsi terjadi pada Ahad Legi, 10 Maret 2024 M pukul 16:00:50 WIB. Titik markaznya berlokasi di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat dengan koordinat koordinat 6º 11' 25" LS 106º 50' 50" BT. Sementara letak Matahari terbenam berada di posisi 3 derajat 55 menit 36 detik selatan titik barat, dan letak hilal di posisi 5 derajat 7 menit 23 detik selatan titik barat.

Kedudukan hilal sendiri berada pada 1 derajat 11 menit 27 detik selatan Matahari dalam keadaan miring ke selatan dengan elongasi 2 derajat 30 menit 25 detik. Untuk memastikannya, LF PBNU akan melakukan rukyatul hilal (pemantauan hilal) awal Ramadhan 1445 H pada Ahad 10 Maret 2024 atau 29 Sya'ban 1445 H.

1 Ramadhan 2024 Versi Muhammadiyah

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin 11 Maret 2024. Dikutip dari laman resminya, keputusan tersebut dilakukan dengan metode hisab Wujudul Hilal Hakiki.

Penetapan 1 Ramadhan 1445 H telah tertuang dalam Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024. Maklumat ini ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti pada 12 Januari 2024.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan bahwa pada Ahad 10 Maret 2024, bulan sudah berada di atas ufuk (hilal sudah wujud) di wilayah Indonesia, kecuali di Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M," tulis keterangan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada maklumat yang dirilis pada tanggal 29 Desember 2023 lalu.

Prediksi Perbedaan Awal Puasa Ramadhan 2024

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, awal puasa Ramadhan 2024 diprediksi akan berbeda. Oleh karena itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengimbau umat muslim untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan toleransi dalam menyikapi perbedaan awal ramadhan 1445 H ini.

Hal tersebut dijelaskan dalam Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor SE 1 Tahun 2024. Disebutkan bahwa diperlukannya menjunjung nilai tolerasi yang tinggi dalam pelaksanaan ibadah Ramadan ini demi menjaga kekhusyukan beribadah.

"Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan tooleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi," tulis keterangan dalam Surat Edaran tersebut.

Selain itu, umat muslim diimbau juga untuk melaksanakan ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri nantinya sesuai dengan syariat Islam dengan menjunjung tinggi nilai toleransi.

Metode Penentuan Awal Ramadhan versi Pemerintah, NU, Muhammadiyah
Penetapan tanggal awal puasa masing-masing organisasi Islam dan pemerintah tidak sama karena menggunakan metode pengamatan hilal yang berbeda. Mengutip NU Online Jabar, organisasi Nahdlatul Ulama menggunakan metode pengamatan rukyat.

Sementara, Muhammadiyah menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan, pemerintah menggunakan kedua metode tersebut dikutip dari laman resminya.

Nah, agar lebih memahami perbedaan jadwal puasa yang ditentukan masing-masing organisasi, berikut penjelasan selengkapnya yang dilansir dari laman Kemenag RI.

Metode Rukyat

Metode Rukyat dikenal juga dengan metode observasi atau mengamati hilal atau istikmal. Mayoritas Ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan hanbali menyatakan awal bulan Ramadhan hanya bisa ditetapkan dengan metode Rukyat.

Metode ini menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari. Sebagaimana dijelaskan pada firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 185 berikut ini:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Artinya: "Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada) nya."

Metode Hisab

Metode Hisab merupakan perhitungan untuk menentukan posisi hilal. Para ulama yang menggunakan metode ini berpegang pada firman Allah SWT dalam surah Yunus ayat 5 sebagai berikut:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ

Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu)."

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tujuan diciptakannya sinar matahari dan cahaya bulan serta penetapan tempat orbit keduanya dilakukan agar manusia mengetahui bilangan tahun dan perhitungan Waktu. Artinya, Allah SWT mensyariatkan kepada manusia untuk menggunakan hisab dalam menentukan awal dan akhir bulan dalam kalender Hijriyah.

Imbauan Kemenag Menyikapi Potensi Perbedaan Awal Ramadhan 2024

Perbedaan dalam penetapan Awal Ramadhan 2024 bulanlah hal yang baru di Indonesia. Oleh karena itu, hendaknya perbedaan ini tidak menjadi bagi umat muslim dapat menjalankan ibadah bulan Ramadhan dengan tentram.

Menanggapi perbedaan ini, Kemenag RI juga telah mengeluarkan imbauan terkait potensi perbedaan penetapan 1 Ramadhan 1145 H. Imbauan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Kemenag No 1 Tahun 2024.

Dalam SE tersebut, deisebutkan bahwa diterbitkannya SE Kemenag No 1 Tahun 2024 dimaksudkan agar dapat menjadi panduan bagi pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1445 H dengan tetap menjunjung tinggi nilai toleransi.

Terdapat sedikitnya 9 poin yang menjadi imbaun Kemenag dalam SE tersebut, yaitu:

  1. Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi.
  2. Umat Islam melaksanakan ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri sesuai dengan syariat Islam dan menjunjung tinggi nilai toleransi.
  3. Umat Islam dianjurkan untuk mengisi dan meningkatkan syiar pada bulan Ramadan dengan tetap mempedomani Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
  4. Umat Islam dimbau untuk melaksanakan berbagai kegiatan di masjid, musala, dan tempat lain dalam rangka syiar Ramadan dan menyampaikan pesan-pesan taqwa serta mempererat persaudaraan sesama anak bangsa.
  5. Takbiran Idul Fitri dilaksanakan di masjid, musala, dan tempat lain dengan ketentuan mengikuti Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
  6. Takbir keliling dilakukan mengikuti ketentuan pemerintah setempat dan aparat keamanan dengan tetap menjaga ketertiban, menjunjung nilai-nilai toleransi, dan menjaga ukhuwah islamiyah.
  7. Salat Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah/2024 Masehi dapat diadakan di masjid, musala, dan lapangan.
  8. Materi ceramah Ramadan dan Khutbah Idul Fitri disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak bermuatan politik praktis sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan.
  9. Mengimbau kepada umat Islam untuk lebih mengoptimalkan zakat, infak, wakaf, dan sedekah di bulan Ramadan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat.

Nah, demikianlah informasi lengkap terkait awal Ramadhan 2024 versi Muhammadiyah, Pemerintah, dan NU. Semoga bermanfaat, detikers!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads