Tanggal Berapa Galungan 2024? Ini Jadwal, Makna dan Sejarahnya

Tanggal Berapa Galungan 2024? Ini Jadwal, Makna dan Sejarahnya

Irmalasari - detikSulsel
Rabu, 28 Feb 2024 10:21 WIB
Hari Raya Galungan
Ilustrasi Hari Raya Galungan 2024 (Foto: Putu Intan Raka Cinti/detikcom)
Makassar -

Hari Raya Galungan merupakan salah satu perayaan penting bagi penganut agama Hindu. Lantas, tanggal berapa Hari Raya Galungan 2024?

Waktu perayaan Galungan dalam kalender Masehi berbeda-beda setiap tahunnya. Hal ini lantaran peringatan galungan mengacu pada perhitungan kalender Bali yang dirayakan setiap 6 bulan atau setiap 210 hari.

Mengutip laman resmi DJKN Kementerian Keuangan RI, Hari Raya Galungan adalah hari raya keagamaan bagi umat Hindu untuk memperingati terciptanya alam semesta dan seluruh isinya. Selain itu, juga untuk merayakan kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umat Hindu akan merayakan Hari Raya Galungan ini dengan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya) sebagai bentuk ungkapan syukur. Saat peringatan hari raya ini, maka umat Hindu akan memasang Penjor (semacam hiasan bambu sesuai tradisi masyarakat bali) di tepi jalan setiap rumahnya yang merupakan aturan kehadapan Bhatara Mahadewa.

Lantas kapan perayaan Hari Raya Galungan ini dalam penanggalan Masehi 2024. Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak ulasan lengkapnya berikut ini.

ADVERTISEMENT

Tanggal Berapa Galungan 2024?

Penetapan hari perayaan Galungan tertuang dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 7 Tahun 2023 tentang Hari Libur Nasional, Cuti Bersama dan Dispensasi Hari Raya Suci Hindu di Bali Tahun 2024. Merujuk pada SE tersebut, Hari Raya Galungan diperingati pada tanggal 28 Februari dan 25 September 2024.

Agar lebih jelas, berikut rinciannya:

  • Rabu, 28 Februari 2024: Hari Raya Suci Galungan
  • Rabu, 25 September 2024: Hari Raya Suci Galungan

Dispensasi Libur Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali

Dalam rangka merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2024, Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan dispensasi libur. Ketetapan ini dimaksudkan agar umat Hindi di Bali dapat melaksanakan hari raya suci keagamaan dengan swadarmanya.

Berikut rincian dispensasi libur Hari Raya Suci Hindu di Bali 2024 berdasarkan SE Gubernur Bali Nomor 7 Tahun 2023:

  • Selasa, 9 Januari 2024: Hari Raya Siwaratri
  • Selasa, 27 Februari 2024: Hari Raya Suci Penampahan Galungan
  • Rabu, 28 Februari 2024: Hari Raya Suci Galungan
  • Kamis, 29 Februari 2024: Hari Raya Suci Umanis Galungan
  • Jumat, 8 Maret 2024: Hari Raya Suci Penampahan Kuningan
  • Sabtu, 9 Maret 2024: Hari Raya Suci Kuningan
  • Minggu, 10 Maret 2024: Hari Raya Suci Tawur Kesanga
  • Senin, 11 Maret 2024: Hari Raya Suci Nyepi Caka 1946
  • Selasa, 12 Maret 2024: Hari Raya Suci Ngembak Geni
  • Rabu, 13 Juli 2024: Hari Raya Suci Saraswati
  • Rabu, 17 Juli 2024: Hari Raya Suci Pagerwesi
  • Selasa, 24 September 2024: Hari Raya Suci Penampahan Galungan
  • Rabu, 25 September 2024: Hari Raya Suci Galungan
  • Kamis, 26 September 2024: Hari Raya Suci Umanis Galungan
  • Jumat, 4 Oktober 2024: Hari Raya Suci Penampahan Kuningan
  • Sabtu, 5 Oktober 2024: Hari Raya Suci Kuningan.

Makna Hari Raya Galungan

Dikutip dari buku Hari Raya Galungan Sebagai Momentum Bertumbuhnya Dharma dalam Diri yang diterbitkan oleh STAHN-TP Palangka Raya, Hari Raya Galungan merupakan simbol perayaan hari kemenangan kebaikan/kebenaran atas ketidakbaikan. Hari Raya Galungan disebut sebagai hari "Rerahinan Gumi" yang artinya semua umat Hindu wajib melaksanakannya agar terhindar dari marabahaya.

Upacara Hari Galungan yang diyakini dapat memberikan kekuatan spiritual bagi umat Hindu. Hal ini akan membuat mereka memiliki kekuatan fisikis dan non-fisikis utuk membedakan mana perbuatan yang baik dan tidak baik.

Hari Raya Galungan memberikan makna sebagai momen untuk menyatukan kekuatan pikiran, perkataan, dan perbuatan untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran atau kebaikan. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang merupakan wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan dalam pikiran itu merupakan wujud adharma.

Sejarah Hari Raya Galungan

Masih dari buku Hari Raya Galungan Sebagai Momentum Bertumbuhnya Dharma dalam diri, sejarah pelaksanaan Hari Raya Galungan di Indonesia sulit untuk dipastikan. Namun, jika merujuk Kitab Usana Bali yang merupakan sumber tradisi di Bali, dapat diketahui bahwa Galungan telah dirayakan pada masa Pemerintahan Valajaya atau Taranajaya tepatnya saat kepemimpinan Jayakusuma putra dari Raja Bhatara Guru (1246-1250 tahun Saka).

Namun menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan pada tanggal 15 tahun 804 Saka atau 882 Masehi. Dalam lontar disebutkan:

"Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya."

Artinya: Perayaan Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, Wuku Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka)

Sejak itu, Galungan dirayakan oleh umat Hindu di Bali secara meriah. Namun setelah Galungan ini dirayakan kurang lebih selama tiga abad, tiba-tiba pada tahun 1103 Saka perayaan tersebut dihentikan.

Hal tersebut terjadi ketika Raja Sri Ekajaya memegang tampuk pemerintahan. Selama Galungan tidak dirayakan, konon musibah datang tak henti-hentinya.

Umur para pejabat kerajaan konon menjadi relatif pendek. Akhirnya pada masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu, ia mulai mempertanyakan hal tersebut.

Untuk mengetahui penyebabnya, Raja Sri Jayakasunu mengadakan tapa brata dan samadhi di Bali yang terkenal dengan istila Dewa Sraya (mendekatkan diri pada Dewa). Dewa Sraya itu dilakukannya di Pura Dalem Puri, tidak jauh dari Pura Besakih.

Kesungguhan Raja Sri Jayakasunu melakukan tapa brata membuatnya mendapatkan pawisik atau bisikan religius dari Dewi Durgha, sakti dari Dewa Siwa. Dalam pawisik itu, Dewi Durgha menjelaskan kepada raja bahwa leluhurnya selalu berumur pendek karena tidak lagi merayakan Galungan.

Karena itu, Dewi Durgha meminta kepada Raja Sri Jayakasunu agar kembali merayakan Galungan setiap Rabu Kliwon Dungulan sesuai dengan tradisi yang pernah berlaku.

Nah itulah tadi penjelasan tentang jadwal Hari Raya Galungan 2024 lengkap dengan makna, sejarah, dan dispensasi liburnya. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads