Komandan Tim Kampanye Nasional (TKN) Fanta pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Arief Rosyid Hasan memberi sindiran menohok ke Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) soal State of the Global Islamic Economy (SGIE). Arief Rosyid menyebut Cak Imin seharusnya tahu singkatan itu.
"Jadi kalau kalau ditanya bagaimana pertanyaannya, saya kira sangat relevan dan itu ditanyakan ke Cak Imin selaku ketua umum PKB harusnya tahu dong masa seorang ketua umum partai Islam gak tahu apa yang dimaksud dengan indeks untuk ekonomi Islam itu," ujar Arief Rosyid kepada wartawan usai membawakan pidato kebudayaan bertajuk 'Gerbong Pemuda dan Visi Indonesia Emas 2045' di Gedung Mulo, Makassar, Rabu (27/12/2023).
Menurut Arief Rosyid, Cak Imin seharusnya tahu soal SGIE itu karena sedang memperjuangkan nasib umat. Dia juga menilai Gibran mampu menggaungkan isu ekonomi dan keuangan syariah di visi-misinya saat debat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal dia (Cak Imin) sedang berdiri, dia sedang memperjuangkan hal-hal berkaitan dengan umat. Saya kira sangat relevan dengan pernyataan itu dan alhamdulillah Mas Gibran mampu mengarusutamakan isu ekonomi dan keuangan syariah, dibanding yang lain bahkan tahu pun tidak," ujarnya.
Mantan komisaris Bank Syariah Indonesia (BSI) ini menyebut pertanyaan soal SGIE itu kontekstual dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia yang mencapai 87 persen. Kata dia, Indonesia saat ini naik dari peringkat 4 ke peringkat 3 di The Global Islamic Economy Indicator dalam SGIE terbaru.
"Sehingga saya kira kontekstual pertanyaannya Mas Gibran itu karena Indonesia 87% muslim yang mana kalau kita pengen rakyat kita sejahtera memang salah satu sektor utama yang harus didorong adalah ekonomi dan keuangan syariah karena potensinya Rp 4.000 triliun. Itu dua kali lipat dari APBN kita setiap tahun," ujar Arief.
Diketahui, Gibran melontarkan pertanyaan ke Cak Imin soal SGIE dalam sesi Debat Cawapres untuk Pilpres 2024. Serangan itu membuat Cak Imin kebingungan lantaran tidak tahu arti dari SGIE.
Momen itu mengundang perhatian dalam debat yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (22/12). Gibran awalnya bertanya ke Cak Imin untuk menaikkan peringkat Indonesia di SGIE.
"Terus terang SGIE saya nggak paham, SGIE itu apa?" tanya Cak Imin menanggapi pertanyaan Gibran dilansir dari detikNews, Jumat (22/12).
Cak Imin mengatakan tidak pernah mendengar istilah itu. Cak Imin baru memberikan penjelasan setelah Gibran memberikan gambaran terkait singkatan dari SGIE tersebut.
"Baik Gus, kita kan sedang fokus mengembangkan ekonomi syariah, keuangan syariah, otomatis kita harus ngerti juga masalah SGIE," kata Gibran.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...
Timnas AMIN Soroti Pertanyaan SGIE
Asisten Pelatih Timnas AMIN Tamsil Linrung sebelumnya menanggapi pertanyaan Gibran yang diajukan kepada Cak Imin dan Mahfud Md sewaktu debat Cawapres pertama. Tamsil menilai pertanyaan Gibran soal State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report dan Carbon Capture Storage (CCS) sangat tidak substantif.
"Substansinya hampir nggak ada dan seperti orang yang membaca dalam bertanya. Jadi mestinya (lebih substantif). Seperti dia bertanya carbon storage ke Pak Mahfud. Ya itu kan pertanyaan yang tidak substantif. Mestinya yang dia tanyakan juga yang lain," ucap Tamsil di Makassar, Minggu (24/12).
Dalam kesempatan itu, Tamsil juga menjelaskan soal Cak Imin yang ikut pootong tumpeng di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Tamsil menyebut kehadiran Cak Imin di IKN dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR untuk meninjau proyek ibu kota baru tersebut.
"Dia datang itu sebagai orang DPR. Dia datang bukan karena setuju. Dia datang untuk melihat betulkah ini (IKN)" ujar Tamsil.
Tamsil menuturkan, sepulang dari IKN, Cak Imin menilai kehadiran ibu kota baru itu tidak efektif lantaran menghabiskan banyak anggaran. Sementara, masyarakat di sekitar IKN membutuhkan bantuan dari sisi pendidikan dan infrastruktur yang lebih tepat guna daripada membangun IKN.
"Setelah dia (ke IKN), pulang dia menganalisa ternyata ini nggak benar, misalnya. Karena itu kita tidak dukung. Lebih baik pilih yang lain daripada (menghabiskan anggaran) Rp 466 triliun itu (untuk membangun IKN), bangunkan aja jembatan orang Kalimantan itu. Bangunkan aja sekolahan orang Kalimantan itu. Lakukan saja pemberdayaan, paling Rp 50 triliun sudah selesai. Dari pada punya kota malah tidak mensejahterakan masyarakatnya," papar Tamsil.